Mohon tunggu...
Restalina Nainggolan
Restalina Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Teacher Biology

Memiliki hobi menulis, traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Oryctes Rhinoceros Si Primadona Jepang

20 Oktober 2023   20:20 Diperbarui: 20 Oktober 2023   20:22 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                       ORYCTES RHINOCEROS PRIMADONA JEPANG

Kumbang merupakan ordo serangga terbesar dimuka bumi, sekitar 350.000-400.000 spesies dalam empat subordo yakni Ordo Adephaga, ordo Archostemata, Myxophaga, dan ordo  Polyphaga). pada umumnya kumbang bersarang atau berhabitat di kayu lapuk, tandan kosong, batang kelapa sawit yang busuk, dan batang kelapa yang busuk dan lembab.

Kumbang memiliki peranan fungsinal sebagai penyerbuk tanaman (polinator), pengurai (dekomposer), untuk dikonsumsi (jenis: kumbang tanduk panjang (Oryctes rhinoceros)  dan pengendali hama. perlu kita ketahui bahwa pemanfaatan kumbang terbaru yaitu untuk untuk bioteknologi serangga.

Pada umumnya yang biasa dijadikan makan kumbang adalah emelur batang yang telah mengalami pembusukan, pupa yang terbungkus bahan yang terbentuk dari tanah, daun-daun serta cairan makhluk hidup.

Kumbang pada umumnya berkembang biak secara Ovovivivar, Dijepang kumbang banyak dijadikan sebagai hewan peliharaan. dan biasanya kumbang yang hidup diindonesia selalu menjdi incaran warga jepang, yang menjadi kumbang primadona jepang adalah kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros).

Alasan yang menyebabkan Kumbang Tanduk khas Indonesia menjadi primadona bagi warga Jepang  dikarekan  bentuknya yang sangat elok dan ukurannya bisa tumbuh lebih besar, jika dibandingkan dengan yang hidup dijepang. Dan perlu kita ketahui bahwa kumbang tanduk hanya bisa ditemukan di hutan jawa dan sumatera saja, biasanya di ketinggian 800 meter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun