Suku bajo dikenal sebagai pengembara laut atau suku yang hidupnya berpindah-pindah dari satu pulai kepulau lainnya. Pada mulanya kesenian genrang bajo itu dimulai pada saat peristiwa suku bajo yang ditimpa musibah penyakit yang tiba-tiba sembuh setelah mendengar suara genrang yang terbuat dari kulit ikan. Dengan peristiwa tersebut kesenian genrang bajo mulai berkembang dan dilestarikan oleh komunitas suku bajo.
Kebudayaan music genrang bajo dilaksanakan pada saat upacara-upacara ritual seperti ritual masunna ana pada suku bajo. Sedangkan fungsi genrang bajo pada upacara tersebut yaitu sebagai alat komunikasi bagi roh-roh parah leluhurnya yang telah tindah. Genrang ini di bunyikan supaya para arwah para leluhur dan dewa hilir yang iya percayai sebagai penyelamat mengetahui bahwa masyarakat suku bajo sedang melaksanakan upacara-upacara ritual (SUKRI, 2012).
Genrang bajo juga dipercayai oleh masyarakat suku bajo sebagai peredah sakit apa bila anak keturunannya di sunat. Genrang bajo juga dipercayai sebagai penolak bahaha bagi anak keturunan yang di sunat. Jika tidak membunyikan genrang bajo pada saat di sunat maka roh-roh nenek moyangnya akan merasukinya apabila anak sedang di sunat.
- Tarian Manca
Tari Manca adalah tarian yang populer di masyarakat suku Bajo. Tarian ini digelar pada saat pesta pernikahan yang resmi. Biasanya tarian ini dibawakan oleh seorang pemanca atau tukang manca. Pemanca ini terdiri dari dua orang, dan keduanya sama-sama membawa pedang. Tarian ini merupakan sebuah tarian yang turun temurun dari nenek moyang mereka. Dimana tukan manca itu sudah dilatih sejak kecil, sehingga pada saat ditampilkan sesuai dengan irama dan juga gendang. Manca bagi masyarakat Bajo melambangkan kesatriaan sejati, karena tarian ini dianggap sebagai bekal untuk penjagaan diri dari mara bahaya.Â
Pada saat tarian ini dilaksanakan, para pemancah bisa saling bergantian apabila pemanca tersebut lelah. Umumnya, tarian ini dilaksanakan pada saat pengantin laki-laki dating ke rumah pengantin perempuan, dimana di depan pintu pengantin perempuan sudah ada keluarga yang sudah dekat dengan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan tersebut. Hal ini disebut juga dengan istilah nyambo'. Jika pengantin laki-laki disebut dengan nyambo' lille, sedangkan pengantin perempuan disebut dengan nyambo' dinde.
- Tradisi Suku Bajo
Terdapat salah satu tradisi yang sangat kental dari suku Bajo, yaitu tradisi duata (pengobatan). Tradisi ini merupakan tradisi berupa ritual yang telah diwariskan secara turun temurun dari leluhur suku bajo, yang digunakan sebagai ritual penyembuhan penyakit secara tradisional yang dilakukan sewaktu waktu. Ritual duata ini, dilakukan dalam rangka sebagai sarana permohonan kepada penguasa alam serta menggambarkan prinsip prinsip yang menjelaskan keyakinan mengenai hubungan manusia dengan makhluk penguasa alam, hubungan manusia dengan alam sekitarnya dan makhluk-makhluk metafisik lainnya.
Hal tersebut dapat dilihat pada sistem kepercayaan dari masyarakat lokal itu sendiri dalam memanifestasikan wujud penghormatan dengan bentuk upacara adat/ritual. Dalam pelaksanaannya, ritual duata ini dilakukan di tengah laut dengan cara melarungkan sesajian berupa beras warna warni kedalam laut oleh dukun atau di sebut dengan sandro, hal tersebut dilakukan dengan kepercayaan bahwa memberikan sesajian kepada penguasa laut maka dapat menyembuhkan masyarakat yang sedang sakit.
Suku bajo juga meyakini bahwa pengobatan yang dilakukan dengan ritual duata ini terdapat hal yang harus dipercaya bahwa semua penyakut yang dialami tidak selamanya dapat disembuhkan dengan menggunakan tenaga medis, terlebih masyarakat bajo banyak yang menderita penyakit turunan (duata). Sehingga ritual duata ini dilakukan ketika terdapat masyarakat yang menderita sakit yang secara medit tidak dapat disembuhkan.
Sebelum pelaksanaan ritual duata, seorang dukun harus mengumpulkan sarana/ materi untuk ritual. Sarana atau materi tersebut biasanya dikumpulkan langsung ditempat pasien yang diawasi langsung oleh sandro. Yang kemudian dukun akan melakukan pemeriksaan terhadap tubuh pasien untuk memastikan apakah dapat benar disembuhkan. Proses terbut diawali dengan komunikasi antara sandro dengan roh yang merasuki pasien. Ritual ini dimulai pada pukul 18.00 wita dengan ditandai dengan dukun yang mlakukan prosesi penyiraman (mamandi) terhadap pasien dengan menggunakan air yang sudah diberi mantra dan diiringi bunyi-bunyian tetabuhan gendang tanda dimulainya ritual duata.Â
Setelah selesai pasien diminta untuk mengganti pakaian dengan sarung dan tidak boleh keluar rumah sampai ritual selesai. Kemudian dilanjutkan pada pukul 04.00, yaitu memandikan lagi pasien dengan menggunakan air yang sama dengan menggunakan buah mayah untuk mengalirkan air keseluruh tubuh pasien, hal tersebut dilakukan selama tiga hari berturut turut yang tidak lepas dengan bunyi tabuhan irama gendang. Kemudian dalam tahapan terakhir merupakan tahapan permohonan keselamatan dan kesembuhan terhadap penguasa alam, roh-roh penguasa laut, dan leluhur (keke).
- Keunikan dan Kekhasan Suku Bajo
Suku bajo identik dengan berbagai macam keunikan yang hanya dimiliki oleh suku bajo sendiri, diantara keunikan tersebut terdapat beberapa hal yang menjadi ciri khas dari suku bajo yaitu (Bestari, 2022)
- Asal suku bajo yang berasal dari Filipina Selatan