Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Overland Singapore Malaysia

3 Februari 2017   16:09 Diperbarui: 3 Februari 2017   16:35 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Balik ke terminal waktu sudah menunjukkan pukul 21 lebih. Terdengar suara hingar bingar musik ditimpa suara mesin ding dong. Ingin tahu, saya berkeliling gedung. Saya sedikit heran pengunjungnya banyak sekali orang Thai. O Oh, ternyata gedung tersebut adalah pusat hiburan malam Thai. Gadis gadis cantik hilir mudik. Beberapa keluar dari sebuah ruangan temaram menuju toilet. Seorang dipapah temannya terhuyung huyung mabuk berat. Di toilet yang joroknya minta ampun saya lihat seorang gadis menangis sambil marah. Temannya berusaha menghibur. Entah apa yang mereka bicarakan. Mereka tidak peduli keberadaan saya disitu. Tak lama masuk seorang gadis lain yang muntah muntah. Entah mabuk entah sakit. Seorang temannya yang masuk kemudian menawarkan obat gosok yang ditolaknya.

Kembali ketempat penjualan tiket saya ngobrol dengan bapak penjual. Dia menawarkan untuk ganti jam keberangkatan lebih cepat tapi saya tolak karena saya tidak mau terlalu pagi sampai di KL. Hilir mudik penumpang datang, sebagian adalah penonton F1 yang bermukim di KL. Beberapa pasangan suami istri expatriate dengan keringat bercucuran mengeluhkan hawa panas Spore. Tak lama seorang pria muda duduk disebelah saya. Sambil tersenyum dan sksd saya tanyakan tujuannya. Ternyata kami menumpang bis yang sama. Dia berasal dari Darjeeling India berbatasan dengan Nepal. 

Darjeeling terkenal dengan perkebunan teh, tahukan teh Darjeeling? . Pemuda ini bekerja dijawatan kereta api. Dia heran melihat saya bepergian seorang diri. Seperti biasa dia akan bertanya soal privat apakah sudah menikah, anak berapa, apakah suami tidak keberatan bepergian jauh sendirian. Dia tercengang ketika tahu bahwa anak anak sudah mahasiswa dan senior high school. Belum tahu dia kalau yang diajak ngobrol ini sudah nenek nenek hehehe. Dia baru saja balik liburan dari Bangkok. Disana dia menginap dirumah seorang teman didaerah Sukhumvit. Dengan mata berbinar dia bercerita betapa luar biasanya hiburan di Bangkok. Saya hanya tertawa dalam hati, bagaimana nggak seneng wong mainnya ketempat hiburan yang seperti itu. Maklumlah wong ndeso biasa cuma lihat kebun teh disuguhi hiburan ala Thai yang aduhai.

Bis terlambat datang, jadwal molor hingga pukul 24.00. Bis warna hitam memasuki halaman gedung, kamipun bergegas masuk. Seatnya 2-2,reclining dan ACnya alamak dingin sekali.secara saya tidak bawa jaket tebal. Bagian dalam bis sangat bersih. Setiap penumpang diberi selimut, sekotak kue dan air mineral. Sayangnya selimut yang diberikan tidak mampu menghalang hawa dingin. Jadilah saya meringkuk seperti beruang hibernasi. Sebelah saya seorang pria (lagi lagi India) yang langsung tarik selimut dan tidur. 2 kursi sebelah kanan ditempati pasangan (India lagi) pengantin baru. Hawa dingin bis cocok untuk mereka yang sedang bulan madu. Daripada ngiri mendingan tidur aja.

Bis melaju dijalan bebas hambatan yang lengang dengan kecepatan konstan. Meski jalanan kosong tidak sedikitpun bis ngebut. Salut dengan kedisiplinan para sopir dan armada bis. Coba itu di Indonesia sudah pasti tancap gas sekencang kencangnya. Entah pukul berapa kami dibangunkan oleh kondektur untuk turun dengan membawa semua barang bawaan kami. Rupanya sudah sampai diimigrasi Singapore-Malaysia. Dengan terkantuk kantuk kami turun. Beberapa penumpang menyeret luggagenya. Suasana sepi dan lengang. Pelayanan sangat cepat baik dari sisi Singapore maupun Malaysia. Bis sudah menunggu dibagian Malaysia atau tepatnya Johor Bahru. Bergegas kami masuk ke dalam bis dan melanjutkan tidur. 

Menjelang pukul 4 pagi kondektur memberitahu agar kami bersiap siap turun karena bis sudah dekat IMBI station. Lha katanya jam 5 berarti saya kepagian. Rupanya ketika memasuki wilayah Malaysia bis melaju lebih kencang sehingga kedatangan lebih cepat 1 jam. Jadilah saya dan beberapa penumpang nongkrong dibawah stasiun MRT IMBI menunggu jam buka pada pukul 6 pagi. Masih lama men 2 jam. Beberapa sopir taxi menawari saya untuk menuju hotel. Seorang pemuda Bangladesh yang hendak melanjutkan perjalanan ke Thailand bertanya hotel. 

Ditunjukkanlah hotel dibelakang gedung pertokoan dimana kami nongkrong. Dia pun jalan kesana tapi tak lama kemudia dia balik lagi. Wuaah, ternyata rate hotelnya mahal dia mau cari yang murahan. Ya jelas mahal lha wong bintang 5. Para sopir taxi langsung ngoceh katanya minta hotel yang bagus yaa ternyata nggak punya duit. Sok ah. Saya cuma nyengir melihat mereka ngomel. Sambil menunggu stasiun buka saya ngobrol dengan sopir taxi. Bosan ngobrol sayapun tidur tiduran dibawah tiang bendera tempat saya duduk sedari tadi. Jangan ditiru ya.

Pukul 6 pagi stasiun IMBI dibuka. Kami berlima yang menunggu dari pukul 4 segera naik keatas. Mbolang di Malaysia segera dimulai, tarataraaaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun