Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah tentang Skippy dan Boy, Sebuah Pelajaran Kehidupan

1 Maret 2016   20:34 Diperbarui: 2 Maret 2016   08:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tiba saatnya Bapak harus kembali kekota asal kami karena tugasnya sudah selesai. Yang kami bingungkan adalah bagaimana dengan Skippy. Secara rumah kami tidak besar, tidak ada halaman dan dipinggir jalan raya. Lingkungan yang tidak sehat untuknya. Apalagi Skippy sudah tua untuk ukuran umur anjing, setara 50 tahun umur manusia. Ditengah kebingungan memikirkan nasibnya ,suatu hari Skippy tidak pulang. Kami cari kemana mana tidak ketemu. Kami susuri setiap gang tetap tidak nampak hidungnya. Beberapa hari hasilnya nihil. akhirnya Bapak mencoba mencari tahu dengan cara berdzikir. Suatu malam Bapak mengumpulkan kami dan memberitahu bahwa skippy tidak akan pernah pulang lagi. Dalam dzikirnya Bapak diberi petunjuk bahwa Skippy sudah mati dengan cara dijerat lehernya oleh beberapa orang. Kemungkinan dagingnya dimasak. Kami semua syok dan menangis. Adik adik marah besar dan berdoa buruk untuk sipenjerat itu. Kami tidak habis pikir bagaimana mereka bisa tega. Bukankah masih banyak anjing liar dijalanan. Memang badan Skippy tinggi besar sangat sehat dibandingkan anjing anjing kampung itu. Ibu menenangkan adik adik dengan kalimat bijaknya bahwa ini adalah cara Tuhan. Bukankah kita bingung bagaimana membawa Skippy pindah, sekarang kami tidak perlu lagi bingung. Skippy tidak ingin pindah. Ia tahu kebingungan kami. Ia sering memandang dengan sinar mata sedih, sinar mata perpisahan.

Sudah puluhan tahun peristiwa itu terjadi, saya masih sering terkenang. Saya ceritakan kepada anak anak mengenai dua ekor anjing itu. Karena bagi kami mereka bukan sekedar binatang peliharaan, mereka adalah bagian dari keluarga. Kami kehilangan ketika mereka pergi dan selalu berdoa untuk jiwa yang ada didalamnya. Hingga hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun