Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Pihak kelurahan mencetak KTP saya dengan nama lengkap Robby Milana. Saya benar2 cuma orang biasa aja. Orang bilang, akar rumput. Saya gemar membaca, menulis, mendengar, dikritik dan menelaah apa saja yg singgah di indera-indera tubuh saya. Tidak ada hal yg istimewa dlm diri saya, kecuali saya selalu merasa gelisah menjadi warga Indonesia yg ingin negerinya selalu dihargai negara lain karena kualitas, bukan karena "gaya"-nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Club 99

29 Mei 2010   16:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:53 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman kerajaan dahulu kala, hidup seorang raja yang sangat berkuasa. Sebagai raja, jelas dia telah memiliki apa saja. Namun mengherankan bahwa hidup tidak pernah membuatnya puas. Dia selalu saja merasa kurang.

Suatu pagi saat raja itu sedang gundah karena ditekan oleh berbagai keinginannya yg belum tercapai, dia mendengar seseorang bernyanyi agak jauh dr tempat kediamannya. Karena penasaran, dihampiri sumber suara itu. dilihatnya seorang pembantu kerajaan sedang membersihkan halaman belakang kerajaan dengan begitu ceria. Dia bernyanyi dan sesekali berlenggak-lenggok seakan menikmati betul pekerjaannya, walaupun hanya sebagai pembantu kerajaan.

Raja heran dan tidak habis pikir. Bagaimana bisa dengan hanya menjadi pembantu tapi dia tampak sangat gembira?

Raja segera kembali kekerajaan dan memanggil patih atau penasihat kerajaan. Patih menghadap dan menanyakan kenapa raja memanggilnya.

Raja diam sejenak, lalu menceritakan kejadian yg baru saja dilihatnya. Raja bercerita seakan-akan di kerajaan itu hanya si pembantu tadilah orang yang paling bahagia. Patih tersenyum, kemudian berucap, "Paduka, pembantu itu belum masuk ke dalam CLUB 99. Sehingga wajar jika dunianya begitu polos dan ceria."

Raja mengernyitkan dahi, "CLUB 99? Apa itu?"

Patih tersenyum, "Hamba akan tunjukkan apa itu CLUB 99. Namun sebelumnya izinkan hamba meminjam 99 koin emas kerajaan."

Raja memberikan 99 koin emas dengan dibungkus kantong uang. Patih menerimanya. Kedua orang itu lalu menuju tempat kediaman si pembantu tadi. Lima puluh meter di depan kediaman si pembantu, patih meminta raja menunggu, sementara dia melangkah ke pintu rumah pembantu tadi dan meletakkan kantong berisi 99 koin emas di depan pintu. Segera dia kembali dan bersembunyi bersama raja sambil memantau kediaman sang pembantu. "Kita tunggu saja, paduka."

Menjelang sore, pembantu tadi pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Sampai di depan pintu, betapa terkejutnya dia mendapati sebuah kantong yg dia sadari itu merupakan kantong uang. Tanpa menoleh kiri-kanan, dia langsung mengambil kantong itu dan membukanya. Kedua matanya seperti hendak melompat keluar ketika menyaksikan ada begitu banyak koin emas di dalam kantong. Tanpa pikir panjang dia mulai menghitung jumlahnya, "Sembilan puluh sembilan?"

Dahinya berkerut. Dan dia mulai berasumsi, "Tidak mungkin cuma ada 99. Pasti ada 100 koin emas di dalam kantong ini." Karena penasaran, dia menghitung lagi dan lagi dan lagi. Hasilnya tetap sama: 99! Karena ditekan oleh perasaan penasaran, dia mulai mencari ke seluruh rumahnya, ke halaman dan bahkan ke atas genting. Tetap tidak ada. Ketidakpuasan menguasai dadanya. "Kalo memang koin yang satu tidak ku temukan, maka aku akan bekerja lebih giat agar dapat mengumpulkan banyak uang dan kemudian menggenapkan isi kantong ini menjadi 100."

Sejak hari itu, si pembantu bekerja lebih giat dari biasanya. Namun ada yg hilang sekarang: dia tidak lagi menikmati pekerjaannya. Jika sebelumnya dia bekerja sambil bernyanyi dan berlenggak-lenggok dengan ceria, kini dia bekerja dengan sangat serius. Bahkan terkadang raut mukanya tampak masam. Isi kepalanya selalu ditodong kalimat: "Genapkan isi kantong menjadi 100 koin emas."

Selama 3 bulan dia bekerja keras, akhirnya uang yg dikumpulkan terpenuhi menjadi 1 koin emas. Betapa senang hatinya. Dia pulang dan segera menuju ke tempat penyimpanan kantong uangnya. Namun dia sangat terkejut bahwa kantong uang yg telah dia simpan dengan sangat rapih dan tersembunyi hilang. Dia meraung. Dadanya seperti ditekan oleh penyesalan yg teramat dalam.

"99 koin emas ku hilang karena aku mencari 1 koin emas!"

Melihat hal itu dari tempat tersembunyi, patih tersenyum kepada raja yang berdiri di sampingnya, "Sekarang dia telah masuk ke dalam CLUB 99."

Raja tersenyum getir. Rupanya dia menyadari bahwa dia juga merupakan salah satu anggota dari CLUB 99.

Saat membaca kisah itu dari sebuah buku, saya langsung tertunduk malu. Raja dan si pembantu itu mirip dengan saya. Seringkali saya tidak mensyukuri apa yang telah diberikan kepada saya. Saya juga sering tidak menghargai apa yang sudah saya miliki. Saya selalu tidak puas dengan apa yg saya punya dan selalu mencari apa yg tidak saya punya, padahal apa yg telah saya punyai nilainya jauh lebih besar dibanding apa yg saya akan cari. Namun, dalam mencari yang lebih kecil itu seringkali saya tidak mencemooh apa yg sudah ada di dalam kehidupan saya. Saya menyia-nyiakannya.

Dan saya baru akan merasa sangat kehilangan ketika apa yg sudah saya punya itu hilang atau pergi. Hanya untunglah...saya tidak pernah menyia-nyiakan keluarga dan orang-orang terbaik yg selalu ada ketika saya jatuh dilubang paling dalam sekalipun.

Saya anggota CLUB 99...dan saya sangat ingin keluar dari club itu untuk meraih keceriaan dan kebahagiaan saya. Hidup memang sangat rumit, namun juga sangat indah. Saya dapat menghadapinya dengan segala apa yg sudah saya miliki: sekecil apapun itu.

Sekecil apapun itu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun