Pangeran Puger berkoalisi dengan VOC dengan digelarnya perjanjian di Semarang, di Semarang ini pula tinggal seorang saudagar Tionghoa Bernama Tan Kwee Djan yang melihat peluang besar diantara konflik keluarga keraton.
 Tan Kwee Djan awalnya memihak pada Amangkurat III dan menjanjikan tambahan prajurit yang diambil dari kalangan non-Jawa, dari perjanjian ini pula Sunan Amangkurat III memberi gelar pada Tan sebagai Jayaningrat.
 Tak ada musuh abadi, tak ada teman abadi begitulah istilah yang tepat untuk persekongkolan antara Amangkurat III dan Jayaningrat. Sebelum terjadi peperangan, Jayaningrat membuka perundingan dengan rival Amangkurat III yaitu koalisi Pangeran Puger dan VOC, hal itu lantas menambah kekuatan pasukan Pangeran Puger dan berhasil meringsek masuk ke keraton Kartasura, Amangkurat pun terusir dari takhtanya.
 Setelah Pangeran Puger menangkat diri sebagai menjadi Sunan Pakubuwana I, Sesuhunan menawari Jayaningrat menjadi penguasa Lasem, akan tetapi hal itu ditolak Jayaningrat. Pada 1707 setelah melalui setahun perundingan akhirnya disepakati Jayaningrat menjadi bupati Pekalongan dan adik laki-lakinya bernama Puspanegara menjadi bupati Batang.
 Selanjutnya di era kepemimpinan Jayaningrat sebagai bupati Pekalongan inilah, muncul Kabupaten Wiradesa di tahun 1710 dan Puspanegara ditugaskan menjabat untuk Batang dan Wiradesa.
 Wiradesa terus menjadi wilayah berkembang dengan produksinya indigo dan tebunya. Akan tetapi kekuasan keluarga Jayaningrat harus kandas setelah prahara Geger Pecinan di tahun 1740, termasuk Puspanegara yang harus meletakan jabatan atas Wiradesa dan Batang.
 Setelah itu Wiradesa dipimpin oleh Raden Arya Suralaya seorang yang juga menjadi pemimpin di Brebes dan Lebaksiu.
 Selepas prahara Geger Pecinan kembali memunculkan konflik diantara keluarga keraton yaitu perlawanan yang dilakukan Pangeran Alap-alap Sambernyawa dan Pangeran Mangkubumi terhadap Pakubuwana II. Saat itu Pangeran Mangkubumi menundukan wilayah Mataram sebelah barat, dalam babad Pakunagara disebutkan bahwa Mangkubumi mendudukan seorang bupati bernama Jayengrana yang juga memiliki gelar Amongraja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI