Lucunya, menurut Lionel, keripik 'Kuai Kuai' tidak dapat digunakan sebagai jimat setelah tanggal kedaluwarsanya tiba. Oleh karena itu harus diganti dengan keripik baru yang baru sebanyak dua kali setahun, yaitu pada awal Tahun Baru Imlek (Februari) dan saat Festival Roh (Juli). Begitu juga, keripik yang dimaksudkan sebagai jimat sama sekali tidak boleh dimakan karena bisa memusnahkan kekuatannya sebagai pelindung mesin.
Sementara itu Irene Liao bersyukur bahwa  camilan warisan ayah dan kakeknya sangat dihargai oleh tenaga kerja Taiwan, terutama karena kepercayaan pada kekuatan keripik sebagai pengawal spiritual teknologi telah membantu perusahaannya bertahan.Â
"Ini satu-satunya tempat di dunia di mana merek makanan ringan bisa menjadi fenomena budaya. Saya tidak bisa melihat itu terjadi di tempat lain." Katanya dikutip bbc.com.
Selain itu meskipun dia menyadari bahwa hanya sebagian kecil dari keripik yang dibeli konsumen benar-benar dikonsumsi, namun dia tidak tergoda untuk merendahkan kualitas bahan yang digunakan untuk membuat Kuai Kuai karena, seperti yang dia katakan," (Keripik Kuai Kuai) Itu dimaksudkan untuk dimakan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H