Mohon tunggu...
Residensi Sastra
Residensi Sastra Mohon Tunggu... Editor - Media Sastra Online

Residensi Sastra merupakan Ruang dan Panggung media berkarya dalam dunia literasi dan sastra Indonesia. Gerakan inspirator untuk mewujudkan para penulis dan penyair agar terus bersinergi dengan melibatkan berbagai pembinaan kesusastraan. Semoga ini menciptakan keyakinan dan kepercayaan kepada para penggiat literasi dan sastra dalam berkarya secara mentalitas dan produktivitas, juga terlibat terampil melangkah secara nyata maupun maya. Yang tengah bergulir sejak tanggal 21 Juli 2022. Residensi Sastra membuka kesempatan memuat karya-karya para penulis dan penyair terlebih dalam dunia sastra dari seluruh Nusantara. Juga melalui aktivitasnya di Instagram, Facebook, atau blog yang telah memuat ratusan karya terpilih dan selektif. Dalam aktivitasnya juga mengagendakan seminar workshop atau pelatihan melalui live bersama para narasumber yang handal. Dan merilis karya-karya terbaik dari kontributor untuk diterbitkan dalam buku. Dari kami mengucapkan selamat! Atas karya dahsyatnya yang telah termuat oleh Residensi Sastra. ___________________ Partner: - Komunitas_Pelataran Sastra Kaliwungu - Komunitas_Titan Arum - Media_Obyektif.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dokumentasi Bincang Sastra Bedah Cerpen Pak Tua Lebaran di Penjara Karya Ali Adhim

10 Oktober 2023   12:35 Diperbarui: 10 Oktober 2023   12:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah Catatan Pendek Tentang Cerpen "Pak Tua Lebaran di Penjara"

.

Di sini saat kita mendengar kata karya sastra cerpen, maka, ada sebuah hal yang sangat otentik dengan fenomena jiwa sosial dan budaya dari seorang pengarang atas kepekaannya. Terlebih cerpen itu suatu potret dari kehidupan yang ditemukan sebagai jalur dokumentasi dalam menangkap berbagai kisah-kisah adalah wujud intuitif yang sangat bernilai tentunya untuk dinikmati setiap pembaca.

Jika kita melihat cerpen dari Mas Ali Adhim ini saya menilai sebuah karya yang dihasilkan oleh seorang pengarang yang sangat cermat juga lihai dalam meraba atmosfer kehidupannya dalam bersikap dan bersosial. 

Cerpen ini meski bertema religius, namun tidak hanya mengalir di titik religius tersebut, tetapi juga memotret gambaran kehidupan kemanusiaan dalam kesehariannya. Dengan penyampaiannya yang matang dan literatur mampu menyeimbangkan antara keagamaan, kemanusiaan, juga kebudayaan 

Seperti Mas Ali Adhim memulai dengan gambaran sebuah suasana pasar dan sekitarnya, lalu, kehakikatan manusia yaitu kepedulian mendalam antara keluarga dan harapan hidup selanjutnya yang sempat juga menyinggung sebuah malam Lailatul Qadar. Juga sebuah merapal mantra yang tentunya hal itu sangat dekat dengan budaya.

Sebuah ketulusan yang mencolok dari seorang ayah terhadap anak terdesain juga di sini, dari bagian hal yang sangat intensif tentunya dalam kasih sayang ayah tidak pernah main-main dan memang sangat besar dalam memeluk sebuah tanggung jawab dalam berumah tangga. Meski terjadi sesuatu di luar yang tidak diinginkan, yaitu akhirnya tetap menjadi seorang pencuri, tetapi sebagai orang tua tidak mau mewariskan sebuah keburukannya untuk sang anak dan tetap akan mendidik lebih baik lagi, seperti pada ungkapan kata "Selagi aku masih membimbingmu mengaji, bismillah"

Dan potret ketidakberdayaan sebagai seorang hamba dengan Maha Pencipta juga tergambar dari melihat Pak Tua yang asal mulanya ia seorang marbot Masjid yang begitu dekat dengan perihal ibadah kepada Tuhan, dan itu semua tetap terjadi karena memang manusia itu lemah, tempatnya salah, dan lupa, tanpa pertolongan dari kekuasaan Tuhan.

Dan yang tidak kalah penting dalam kisah ini yaitu ada kepedulian yang memang harus diperhatikan secara global dalam mengemban sebuah makna kemaslahatan, terlebih dalam almamater agama, jadi, tidak hanya memperdulikan secara material bangunan saja, misalnya hanya fokus di kejayaan tempat beribadah tersebut, tetapi, juga mementingkan kesejahteraan umat di sekitar, dan itu juga perlu untuk diutamakan.

Jadi dalam konteks cerpen Mas Ali Adhim ini, bisa dibilang telah memberikan kontribusinya terhadap sosial kemanusiaan yang sangat bernilai tinggi dengan menyentuh sebuah tradisi juga rakyat kecil yang sangat sarat dengan kepedulian dan perhatian dari pihak tertentu yang seharusnya terlibat untuk mensejahterakan, agar meminimalisir sebuah hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita.

Dari sisi stilistika Mas Ali Adhim mampu mendedahkan kisah yang sangat menyayat dan menyentuh hati, dengan meski disajikan dalam keadaan tragis dan monumental, tetapi, Mas Ali Adhim mampu mengalirkan sebuah konflik juga tragedinya dengan sangat natural. 

=============

Dokumentasi Bincang Sastra Volume 11. Sastra lebih dengan dekat dengan realita kehidupan juga sosial, menjadi jalur untuk mengkomunikasikan sebuah fenomena melalui penyaringan hati dan renungan.

Dan bagi Mas Ali Adhim; sastra tidak hanya dipersempit dalam sebuah karya saja, sastra juga mampu menjadi langkah proses menjalani hidup.

#residensisastra #dawuhguru #bincangsastra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun