Tanggal 9 Juni 2021, tepatnya pukul 11.00 WIB menu BTS Meal sebagai bentuk kolaborasi Grup Boyband besar asal Korea Selatan BTS dengan Gerai Franchise raksasa asal Amerika Serikat McDonald (Mcd) diluncurkan di Indonesia. Promosi ini tidak hanya tersedia di Indonesia, tetapi di seluruh gerai McDonald di seluruh dunia).Â
Mulai tanggal itu pula, selama 4 minggu ke depan (jika tak terjadi perubahan) menu BTS Meal bisa dibeli melalui drive thru dan aplikasi pengantaran makanan online. Namun menurut pihak gerai penjual, ada pengecualian jam pemesanan BTS meal, dimana menu ini tidak tersedia pada jam sarapan (pukul 06.00-11.00).
Kehadiran menu kolaborasi promosi ini tentu saja menjadi hal yang sangat dinantikan oleh para ARMY, sebutan fans BTS di seluruh dunia. Termasuk ARMY yang berbasis di Indonesia yang menurut sepengetahuan saya jumlahnya cukup banyak. Apalagi mereka termasuk salah satu basis fans yang cukup militan.Â
Kenyataan militannya ARMY cukup valid dan mudah dijumpai terutama bila anda cukup aktif dalam berselancar di media sosial. Sudah berkali-kali para ARMY "bentrok" dengan berbagai pihak yang baik sengaja atau tidak, mengkritik dan atau menghina idola mereka.
Coba saja anda mengkritik BTS di media sosial, hampir bisa dipastikan jika kritikan anda diketahui para ARMY, pembelaan secara cukup masif harus anda hadapi bahkan serangan balik dari mereka.Â
Saya yakin loyalitas dan militansi dari ARMY ini juga yang dilihat, dimanfaatkan, dan menjadi dasar bagi McDonald untuk membangun kerja sama kolaborasi promosi dengan BTS. Apalagi di tengah kondisi dunia yang belum terlepas dari efek pandemi korona yang cukup berdampak pada pasar ritel maupun entertainment.Â
Lalu siapa saja yang diuntungkan melalui kolaborasi ini?Â
Pertama, McDonald tentu saja pihak paling diuntungkan dalam promo kolaborasi ini menurut saya. Meskipun saya belum menemukan data laporan keuntungan khusus dari menu BTS Meal ini, melihat antusiasme di berbagai gerai McDonald di berbagai tempat rasa-rasanya hampir mustahil tidak ada lonjakan keuntungan.Â
Pihak McDonald yg saya maksud tentu saja yg terutama perusahaan induknya (McDonald's Corporation) baik yang berbasis di pusat Maupun perwakilan perusahaan di setiap negara.Â
Sedangkan para pemegang franchise McDonald di setiap gerai sepertinya sedikit direpotkan oleh berbagai kasus kerumunan yg tak bisa diantisipasi, berujung dibubarkan, ditutup sementara, hingga harus membayar denda pelanggaran prokes. Namun sepertinya keuntungan yg didapat masih lebih tinggi dibanding konsekuensi pelanggaran yg harus dihadapi.Â
Kedua, manajemen dan personil BTS jadi penerima keuntungan terbesar selanjutnya. Informasi yg saya dapatkan dari artikel berita Korea Times, BTS kemungkinan bakal menerima pembayaran sekitar 10 milyar won (128 milyar rupiah) dari kolaborasi ini.Â
Angka tersebut kemungkinan juga belum final karena belum termasuk hasil penjualan merchandise yang juga dijual bersamaan menu BTS meal ini.Â
Ketiga, perusahaan aplikasi layanan pengantaran makanan. Menu BTS meal ini tidak tersedia untuk dine in maupun take away. Menu hanya bisa didapat melalui drive thru maupun lewat layanan pengantaran makanan. Dalam kondisi ini, pastinya berdampak pada peningkatan trafik pengantaran yg secara tidak langsung merupakan keuntungan bagi perusahaan.Â
Meskipun sebuah keuntungan bagi layanan pengantaran makanan, namun hal ini masih bisa diperdebatkan secara dampak bagi pengemudinya. Nyatanya untuk menyelesaikan sebuah orderan, pengemudi harus menghabiskan waktu yg jauh lebih lama karena antrean yg begitu panjang akibat pemesanan serempak oleh customer.Â
Belum lagi antrean pengemudi online yang membentuk kerumunan membuat resiko munculnya potensi penularan dan kluster baru penyebaran virus korona yang tentu saja akan merugikan sang pengemudi itu sendiri dan masyarakat bila penularan ini benar-benar terjadi.Â
Lalu bagaimana dampak fenomena ini sendiri bagi Indonesia? Jika berbicara mengenai keuntungan, perekonomian, bagaimana efek kolaborasi ini berdampak bagi perekonomian Indonesia?
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih belum kembali normal, bahkan di kuartal pertama tahun 2021 masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang minus.Â
Dengan kondisi tersebut, maka gebrakan promo yang benar2 bisa menarik daya beli masyarakat seperti BTS meal ini tentu saja serasa membawa angin segar dan optimisme pulihnya daya beli masyarakat, dan tentu saja pertumbuhan ekonomi nasional.Â
Pajak pertambahan nilai (ppn), pajak restoran dsb, yang masuk ke kantong kas negara adalah bentuk nyata apa yg dinikmati Indonesia hasil dari kolaborasi McDonald x BTS. Tetapi apa yg didapat oleh Indonesia hanya sebagian kecil dari potensi pemasukan yg dihasilkan dari promosi ini.Â
Pajak hanya berkisar 10% dari potensi pendapatan sebenarnya. Sedangkan potensi utamanya lari ke mana? Tentu saja ke McDonald's Corporation dan manajemen BTS selaku dua pihak utama yg melakukan kolaborasi.Â
Ini artinya, sebenarnya kita yg begitu antusias menyerbu promo ini hanya menjadi target pasar saja. Kalau boleh saya menggunakan bahasa yg lebih vulgar, kita ini masih sebatas "sapi perah yang terus diperah susunya, kemudian diberikan jerami yang bisa kita nikmati dan kita olah lagi menjadi susu yg siap diperah lagi".
Hasil penjualan besar-besaran BTS meal dibawa keluar sedangkan negara ini dan rakyatnya hanya diberi bagian kecil dalam bentuk setoran pajak.
Fenomena kolaborasi ini mungkin bisa merangsang, membuat perekonomian Indonesia kembali berlari, tetapi di saat yg sama membuat ekonomi negara lain terbang.Â
Maksudnya apa? Perilaku konsumtif yg begitu tinggi terhadap produk asing apalagi jika tidak diimbangi dengan kecintaan kepada produk dalam negeri dan produk umkm kita sendiri, tidak akan benar-benar bisa membantu negara kita untuk mengejar ketertinggalan kita terhadap negara lain.Â
Memang masih banyak banyak produk yg belum bisa diproduksi secara mandiri oleh negara ini sehingga ketergantungan terhadap produk asing belum bisa benar-benar diatasi. Tapi bagaimana dengan produk-produk yg sudah bisa kita produksi sendiri? Akankah kita mau untuk lebih memilih produk dalam negeri?Â
Mana yg akan lebih anda cintai? Mcdonald atau brand burger lokal? Nikmatnya resep KFC atau anda lebih pilih ayam goreng tepung lokal yg mudah anda jumpai di berbagai tempat?Â
Seberapa banyak anda mampu habiskan uang untuk membeli produk entertainment asing macam cd musik BTS dibanding membeli konten-konten entertainment Indonesia sendiri yg saya rasa tidak kalah juga?Â
Jangan sampai anda rela menabung demi bisa membeli album baru artis luar, beli tiket mahal konser artis luar namun disaat yg bersamaan membajak untuk bisa menikmati lagu-lagu dari artis kita sendiri di Indonesia.Â
Semoga kita semua, saya, anda yg membaca ini, dan orang2 lain diluar sana sadar bahwa Korea Selatan bisa begitu maju entertainment nya dimulai dari kecintaan warga mereka terhadap produk-produk entertainment mereka sendiri, bukan dengan membawa dan membesarkan produk entertainment orang lain di dalam negeri.
Boleh dong kita suka dengan makanan Mcdonald, boleh dong kita suka dengan K-pop, tetapi maukah kita tetap berkomitmen memajukan produk kita sendiri?Â
Komitmen memajukan produk dalam negeri itu bisa dilakukan dengan banyak cara, sebagai contoh: jika kita berniat membeli album musik BTS seharga 100 ribu rupiah misalnya, maka habiskan juga minimal 2x lipat jumlah uang untuk membeli album musik artis Indonesia sendiri.Â
Jadikan rumus itu menjadi prasyarat kita sendiri untuk tetap bisa menikmati musik luar yg kita benar-benar sukai. Maka di satu sisi kita tetap bisa menikmati produk luar tetapi disisi yang lain kita akan mampu membuat negara kita terbang mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain.Â
Pada akhirnya nasib bangsa ini, nasib negara ini ada di tangan warganya sendiri. Kita yang punya pilihan apa yg kita konsumsi. Seberapa banyak uang yg kita setor ke luar negeri dibandingkan kita setor kepada anak-anak bangsa.Â
Jikalau pada suatu saat kecintaan kita terhadap produk asing sudah terlalu berlebihan, maka mungkin memang tidak ada salahnya apa yg beberapa tokoh pernah lontarkan: Kita tidak lagi harus belajar mencintai produk Indonesia, tetapi juga bagaimana membenci produk asing.Â
Selamat berkontribusi bagi bangsa ini, salam damai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI