Sepertinya sang banteng moncong putih masih memiliki tanduk yang cukup tajam untuk kuat menjaga kandangnya di kota Solo ini. Begitu pula kharisma dari Jokowi masih melekat cukup kuat di hati masyarakat, sehingga sosok anaknya (Gibran) masih diperhitungkan meski dianggap sebagai bentuk dinasti politik.
Perkawinan dua faktor itu pula yang menghasilkan angka 87-90% kemenangan meski masih berupa hasil perhitungan sementara, yang penulis kira sudah pasti juga akan menang. Nyatanya dinasti politik tak jadi momok yang ditakuti oleh warga Solo.
Mungkin warga solo melihat potensi dari seseorang yang masih cukup "bersih dari dosa politik", mengingat Gibran baru masuk berkecimpung di bidang politik tepat saat menyatakan keinginannya maju sebagai cawalkot di kota kelahirannya.
Mungkin pula warga solo menginginkan cara kerja seperti Jokowi dulu sewaktu masih menjadi walikota dan melihat potensi itu ada pada anaknya. Semoga Gibran mampu menepati segala janji dan rencana yang pernah dikemukakan sehingga dinasti politik tak lagi jadi sesuatu yang selalu berujung negatif.
Yang pasti, PDIP tetap menjadi kekuatan terbesar yang sudah merasuk sampai sendi-sendi kehidupan masyarakat kota Solo, dan belum ada yang bisa menggeser sampai detik ini.
Selamat melayani Gibran-Teguh, salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H