Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masyarakat Gerah, Karangan Bunga Tercurah

24 November 2020   16:00 Diperbarui: 24 November 2020   16:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Markas Kodam Jaya di Cililitan, Jakarta Timur, dipenuhi karangan bunga, Senin (23/11/2020)(KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD)

Meski sebenarnya masih bisa diperdebatkan juga karena ada tugas perbantuan anggota militer untuk kegiatan tertentu pemerintah termasuk dalam rangka menjaga ketertiban.

Kritik dari FPI, pengikut Habib Rizieq, politikus afiliasi dan beberapa pengamat bermunculan diarahkan kepada tindakan "represif terhadap baliho" yang dilakukan oleh TNI termasuk kepada keberanian sang Pangdam dalam menyatakan keresahannya.

Ketika kemudian ada pihak yang menyatakan Pangdam, TNI menyalahi prosedur, melanggar tupoksi. Nyatanya dimata masyarakat, tindakan TNI dilihat lain.

Puluhan bahkan ratusan karangan bunga dikirim ke markas Kodam Jaya oleh masyarakat sebagai bentuk dukungan dan ucapan terimakasih dari masyarakat. Ternyata meski diam, masyarakat sudah resah dengan berbagai tindak tanduk sekelompok orang ini.

Respon pemerintah pusat yang dianggap terlambat, dan pembiaran oleh pemda rupa-rupanya telah membuat gerah masyarakat yang terganggu dan diresahkan oleh berbagai kegiatan kelompok yang menyatakan diri memperjuangkan revolusi akhlak ini. Sebuah perjuangan revolusi akhlak yang dilakukan tanpa akhlak.

Keberanian dan tindak tegas Pangdam dianggap angin segar dalam keberanian penegakan peraturan terhadap kelompok-kelompok yang meresahkan. Itu sebabnya euforia ditunjukkan oleh masyarakat melalui pemberian karangan bunga.

FPI yang disalahkan atas pemasangan baliho membela diri dengan menyebutkan bahwa pemasangan baliho dilakukan oleh masyarakat karena kecintaan dan kerinduan masyarakat terhadap sang imam besar FPI. Pertanyaannya masyarakat yang mana? Mungkin masyarakat FPI itu sendiri, karena kenyataannya masyarakat pula yang mengirimkan karangan bunga ke Makodam Jaya.

Kegerahan masyarakat yang diekspresikan dengan pengiriman bunga sebenarnya bukan hanya sebatas karena pemasangan  baliho, tetapi lebih kepada seluruh rangkaian kegiatan yang telah meresahkan. Keresahan itu memuncak, membuat gerah, hingga akhirnya muncul sang Pangdam dengan jiwa  nasionalismenya sedikit melepas kehausan masyarakat atas penegakan peraturan yang tegas.

Masyarakat sebenarnya menginginkan dan mendukung pemerintah dengan tegas tanpa membedakan untuk melakukan penertiban kepada siapapun yang melanggar aturan dan bertindak semena-mena. Bagi masyarakat, siapapun dia termasuk orang yang punya embel-embel "Imam besar" pun tidak berarti memiliki kekebalan terhadap hukum dan aturan.

Andaikata benar sebuah pendapat yang menyatakan jika pemerintah ragu dengan FPI atau kelompok sejenis,  seharusnya pemerintah tak perlu ragu lagi. Karangan bunga sebenarnya juga menunjukkan jika masyarakat ada di belakang pemerintah dalam penegakan peraturan.

Bagi pihak-pihak yang saat ini sedang mengupayakan terjadinya revolusi akhlak, semoga kita bisa memulai dari diri sendiri untuk membenahi akhlak, tidak melakukan tindakan yang malah meresahkan masyarakat banyak yang kemudian ketika dikritik malah mecari-cari kesalahan serupa dari orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun