Tetapi ketika kerumunan itu tidak ditindak, nyatanya banyak pakar mengatakan rawan meningkatnya kasus covid yang berarti juga merugikan masyarakat.
Kelompok ini tahu ketika mereka nekat, yang akan pusing pemerintah, yang akan disalahkan oleh masyarakat adalah pemerintah karena dianggap tidak tegas. Istilahnya pemerintah ini "maju kena mundur kena", seperti judul film lawas warkop.
Penulis ambil contoh lain bagaimana pemerintah sering terpojok. Ketika ada demo berujung anarkis, andai tidak ditindak siapa yang salah? Saya yakin jawabannya pemerintah karena tidak bisa melindungi masyarakat. Kalau ditindak, apa yang akan muncul? Suara-suara yang mengatakan pelanggaran HAM, saya yakin. Lalu siapa yang salah? Lagi-lagi pemerintah.
Dua alasan tadi jadi penguat argumentasi penulis bahwa Habib Rizieq tak akan melunak. Andai nantinya dari penyelidikan ada penetapan tersangka yang merupakan tokoh dari kelompok Habib Rizieq, apalagi beliau sendiri. Sudah pasti serial 212 memasuki season baru yang akan ditayangkan hampir di seluruh stasiun tv kesayangan anda.Â
Apabila penyelidikan hilang ditengah jalan pemerintah pula yang harus bertanggung jawab atas kekecewaan masyarakat yang sudah diresahkan oleh sekelompok orang.
Pada akhirnya, Habib Rizieq masih akan tetap jadi Habib Rizieq yang sama, dengan gayanya yang sama. Habib Rizieq yang mudah merasa dizalimi, yang cerdas mendapat simpati dan empati, yang mampu mengubah empati menjadi kekuatan untuk melawan.
Di negara demokrasi dimana kekuatan utama ada pada rakyat, mungkin kekuatan rakyat pula yang bisa menekan dan melunakkan kelompok rakyat lain yang meresahkan. Ketika persoalan seperti ini dilemparkan ke pemerintah dan aparat untuk mengatasi, hanya salah dan salah ujungnya.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H