Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Harta, Tahta, Amerika

9 November 2020   16:00 Diperbarui: 9 November 2020   16:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Pixabay dari pexels

Pemilu di Amerika Serikat (US Election) sudah hampir final, atau malah bisa dikatakan final karena sudah pasti ada calon yang mendapatkan lebih dari 270 electoral college dari 538 electoral college yang tersedia sebagai syarat kemenangan, dialah Joe Biden dari partai demokrat.

Walaupun sebenarnya (diluar cara gugatan) masih ada kemungkinan nol koma sekian persen keadaan kepastian kemenangan berbalik, yaitu jika ada cukup banyak pejabat electoral college yang diraih Biden kemudian berkhianat dan memilih Trump. Kalau bingung maksud penulis, coba pelajari tentang sistem electoral college di pemilu Amerika Serikat.

Balik lagi, kemungkinan itu hanya nol koma sekian persen atau hampir mustahil karena pastinya nya pejabat yang ditunjuk untuk memiliki suara elektoral berasal dari pejabat partai pemenang di setiap negara bagian. Tetap saja kemungkinan tetaplah kemungkinan, tidak boleh dikatakan mustahil juga.

US Election ini begitu terasa prestige-nya mungkin jika dibanding pemilu negara lain, dan selalu menjadi sorotan dunia. Jawabannya tentu karena Amerika Serikat mendapat julukan negara adidaya, maksudnya karena pengaruh yang besar di dunia.

Sebenarnya apa saja sih yang "didapatkan" oleh orang yang terpilih menjadi presiden Amerika Serikat? Layakkah penulis kemudian menggunakan istilah "Harta, Tahta, Amerika" yang juga dijadikan judul tulisan ini untuk menggambarkan kondisi "kuatnya" orang yang terpilih menjadi presiden di Amerika Serikat? Mari kita lihat pandangan penulis.

Pertama, mengenai gaji dan tunjangan. Bersumber dari fox bussines yang saya ambil dari kompas.com, seorang presiden terpilih Amerika Serikat mendapatkan gaji setidaknya 400.000 US Dollar setahun masih diluar tunjangan yang jika dirupiahkan sekarang mencapai lebih dari 5,6 milyar rupiah dalam setahun.

Saya tidak tahu apakah anda menganggap gaji itu kecil atau besar bagi pemimpin negara sebesar Amerika Serikat, karena seorang pengusaha di Indonesia masih sangat mungkin melebihinya. Yang pasti sudah jadi rahasia umum tentang fasilitas dan keamanan pribadi seorang presiden Amerika Serikat yang tidak perlu diragukan lagi. Nyamuk pun mungkin enggan mendekat. Lebih lagi, pensiunan presiden mendapatkan tunjangan separuh dari gajinya atau 200.000 US Dollar.

Kedua, Amerika Serikat masih dianggap negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Dengan tingkat penguasaan teknologi yang tinggi ditambah kualitas sumber daya manusia yang juga tinggi dari sekitar 320 juta lebih warganya, negara ini menjadi penguasa banyak sektor seperti produk-produk perangkat elektronik, layanan teknologi, pengobatan, perangkat dan kendaraan militer bahkan teknologi luar angkasa.

Banyak sekali perusahaan besar (bahkan terbesar) penguasa bidangnya masing-masing yang berbasis di Amerika Serikat. Segala sektor dari produk jasa industri, hingga pertambangan bahkan pertanian sudah dikerjakan dengan teknologi tingkat tinggi. Salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia yang juga beroperasi di Indonesia bernama Freeport berbasis pula di negara yang dijuluki negeri paman sam.

Contoh perusahaan berbasis di Amerika serikat misal Apple, microsoft, google, Ford Chevrolet, Boeing,  wallmart, amazon. Siapa yang tidak tahu perusahaan-perusahaan ini, tentunya masih banyak lagi.

Yang pasti, orang yang jadi presiden di negara ini siapapun dia punya pengaruh terhadap perusahaan-perusahaan ini, setidaknya melalui kebijakan-kebijakan yang diambil. Lewat perusahaan ini pula secara tidak langsung dia punya pengaruh kepada dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun