Mohon tunggu...
Resi Prasasti
Resi Prasasti Mohon Tunggu... Freelancer - Resi Prasasti

Aktif Blogger 2016, untuk menyalurkan hobi menulis dan menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain. Berbagi ilmu dan informasi itu baik. *Pengalaman sebagai freelance: penulis , penerjemah buku, notulen dan pernah bekerja formal di berbagai bidang (LSM, Konsultan Komunikasi, Properti, Lembaga Negara)*. Penggemar coklat dan es krim, nonton, kuliner dan kucing Blog lainnya di kataresi.blogspot.com Twitter @resi_san & Insta @resicute

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sehari Pegang Kendali Bersama KPK dan Flazz Danamon

11 Maret 2017   22:08 Diperbarui: 12 Maret 2017   08:00 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 

Terakhir hadir Ayudia Respati, yang dikenal sebagai seorang food blogger dan berawal dari hobi saja mengabadikan foto makanan di instagramnya. Ayudia memberikan beberapa tips tentang food photography berdasarkan pengalamannya selama ini. Beberapa tips ala Ayudia Respati:

  • Membuat akun profile informatif dan melengkapi profil medsos dengan nomer kontak untuk memudahkan
  • Membuat akun menjadi semacam fanpage
  • Unggahlah foto yang menarik di akun
  • Foto tidak blur,tidak shaking dan tidak gelap
  • Sertakan informasi yang cukup tentang produk yang diposting
  • Buatlah konsep khusus untuk setiap akun medso
  • Perbanyaklah interaksi dengan follower
  • Gunakan dan perbanyak hastag yang berkaitan dengan postingan
  • Minimal posting 1 foto setiap harinya pada primetime (jam 4-6 sore)
  • Perhatikan pencahayaan saat mengambil foto
  • Foto itu melukis dengan cahaya
  • Tiga sudut (angle) pengambilan foto
  • Eyebird view/flat lay = pengambilan dari atas
  • Eye level = pengambilan sejajar
  • Sudut 45 derajat
  • Masukan unsur human element kedalamfoto makanan
  • Lakukan olah digital untuk mempercantik foto
  • Pasang Watermark pada foto, untuk menghindari pencurian


 Wow, banyak ternyata tipsnya yang sangat bermanfaat untuk diterapkan kalau kamu mau jadi food blogger. Yang paling berkesan dari penyampaian Ayudia adalah faktor “ngeces’able” alias faktor yang bisa menggambarkan bahwa suatu makanan itu sangat enak dan sangat membuat kita ingin memakannya. Setelah bincang-bincang, acara dilanjutkan dengan menyantap menu yang sudah kupesan sebelumnya yaitu nasi dan ayam bakar kecombrang yang sangat menggugah selera dan ditambah segarnya es blackcurrant tea ala Keuken Koffie yang terasa blackcurrantnya.

Grebek Kuliner Surken

Perut sudah terisi dan segar kembali, saatnya perjalanan lanjut ke kawasan Jalan Surya Kencana (Surken) yang diresmikan oleh pemerintah nama jalannya pada tahun 1970an. Konon sejarahnya Surken dikenal sebagai kawasan Pecinan Bogor. Angkutan umum yang kami sewa berhenti di ujung jalan Surken. Sebelum hunting dimulai kami diberikan sedikit pengarahan oleh ka Yayat karena bakalan ada live fanpage facebook Danamon selama kita hunting kuliner di Surken.

Sepanjang Surken kami susuri, kami melihat berbagai macam jualan makanan.  Perhatianku tertuju pertama kali ke jualan asinan jagung bakar. Aku suka banget jagung dan penasaran kalau dibuat menjadi asinan seperti apa. Gerobaknya asinan jagung bakarnya bertuliskan jagung bakar Suhanda. Harga seporsi asinan jagung bakar ini 15 ribu. Butiran jagung bakar dicampur dengan kuah cuka dan ditambah irisan ketimun serta kacang goreng. Niat beli untuk dibungkus tapi akhirnya bungkusan dibuka untuk live report untuk di fanpage fb Bank Danamon. Buat yang penasaran bisa dilihat ke live report Danamon kuliner Surken-Asinan Jagung Bakar.Rasa dari asinan jagung bakarnya unik, asem dari kuah cukanya, seger dari ketimunnya dan ada rasa crunchy dan manis dari jagung bakarnya serta gurih dari kacang gorengnya. Aku suka.

Yang terkenal juga di Surken adalah soto kuning. Selama menyusuri Surken, aku menemukan dua (2) soto kuning ala Pak Yusuf dan Pak Yusup.  Kalau yang Soto pak Yusuf (pake F ya) itu  jeroannya diletakkan di dalam etalase dan pelayannya berpakaian seragam kaos warna kuning. Pelayannya ramah-ramah dan mau berbagi cerita. Kebetulan saat itu ada pemiliknya juga yang mengenakan kaos putih dan berkumis lebat. Soto Pak Yusuf ini berdiri sejak 1979 dan selalu menjaga kualitas sotonya. Kuah soto pak Yusuf tidak terbuat dari tulang untuk mendapatkan kaldunya, namun terbuat dari rebusan sumsum dan daging. Terlihat bening kuahnya dan selalu disajikan panas karena selalu dalam tungku yang dinyalakan setiap saat. Harga per porsi soto kuning pak Yusuf 35ribu.

Untuk soto kuning pak Yusup (pake P) dibandrol harga 30ribu. Penataan jeroan dagingnya menggungah selera diatas gerobak yang terbuka dan pengunjungnya makan diruang terbuka dekat dengan gerobak berbeda dengan soto kuning pak Yusuf yang ada ruangan makan dan meja, bisa menampung lebih banyak penikmat soto kuning. Satu yang pasti keduanya memiliki rasa yang enak dan pas untuk dinikmati di kota Bogor yang langganan hujan.

Ada lumpia juga di Surken, tapi ini lumpia basah. Kulit lumpianya bukan instan, dibuat sendiri homemade oleh si penjual. Untuk isiannya bukan rebung melainkan bengkuang yang diiris kotak kecil dan dimasak bersama tauge, telur dan bumbu. Lumpia basah yang baru jadi, panas-panas disajikan diatas daun pisang. Rasanya enak, yang unik ada rasa manis dari bengkuangnya yang membuatnya berbeda dengan lumpia biasanya dan dimakan tanpa kuah. Satu porsi lumpia basah harganya hanya 8ribu dengan ukuran lebih besar bisa dinikmati untuk bersama-sama.

Di Surken aku juga menemukan bakso ikan tuna. Bakso biasanya terbuat dari daging sapi, yang ini dari ikan tuna. Harganya terbilang murah. Untuk satu pentolnya dengan ukuran lumayan cuma dua ribu rupiah. Untuk rasa boleh diadu karena enak dan tidak amis. Aku memakannya tanpa kuah dan menggunakan saus cabe. Di sepanjang Surken ada beberapa kuliner lainnya. Sempat terlihat Urap Tales. Sayang aku tidak sempat membelinya. Salah satu kawan kompasianer membeli urap tales untuk oleh-oleh bahkan ada yang membeli tales yang belum diolah untuk ibundanya. Sempat terlihat juga beberapa tempat makanan dengan olahan daging selain sapi.

Waktu 20 menit sebenarnya tidak cukup untuk menelusuri kuliner di Surken. Harus menyiapkan waktu lebih banyak dan perut yang lebih kosong lagi sepertinya. Tetapi untuk pengenalan Surken terbilang cukup menyenangkan apalagi keseruan ini bersama teman-teman Kompasianer KPK. Bahagia hati karena di akhir acara mendapatkan apresiasi untuk live tweet seharian ini dengan hastag #KPKTripBogor dan #SaatnyaPegangKendali. Kamipun kembali balik ke Jakarta menggunakan commuterline dan Kartu Flazz Danamon yang masih ada saldonya. KPK Trip Bogor kali ini sangat menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun