Mohon tunggu...
Resh Romero
Resh Romero Mohon Tunggu... freelance -

simple way ~ penyuka teh manis, sandal jepit dan biru : pada laut, pada langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[HUT RTC] Hujan Bulan Juni, Aku Ingin Menjadimu

5 Maret 2016   07:46 Diperbarui: 7 Maret 2016   21:20 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Minggu pertama : terinspirasi puisi.

 

Juni masih juga belum tampak. Belum sanggup kubaui. Entahlah, seperti begitu jauh jarak yang membentang, masih berhari lamanya. Aku masih di sini, perlahan menuju. Seperti roda roda yang perlahan bergulir. Di sini, Maret yang basah, disini di tepian ini. Oleh gerimis yang tak henti hentinya bertamu. Lalu menjadi dingin. 

Membayangkanmu, gelora ini membuncah di dada. Dada yang selalu terbelenggu. Dada yang seolah berhamba. Pada gelap. Pada hitam. Pada larut. Pada iblis dan suara-suara mengaum yang aneh. Hingar bingar dan hiruk pikuk, seperti hari ini. Waktu yang egois.

Tak tertahan ingin menemuimu. Hujan. Kaukah yang bersembunyi pada sajak sajak yang tak bisa mati?

Telah kudengar kabar yang dibawa pipit kuning bersama angin senja. Mereka sedang mampir pada dahan jambu di depan senja. Betapa berbahagianya kekasih-kekasihmu, yang kau doai sepanjang waktu fana. Kutahu, itu selalu dalam diammu. Betapa mereka seharusnya. 

Aku menjadi iri padamu, pada cinta yang sebegitunya di dada. Hingga kau rahasiakan dalam tabah. Kau senyapkan dalam arif. Sehening itu rindumu. 

Aku tahu, bersama akar pohon yangberbunga, itu. Dan kau tahu, aku telah benar benar ingin mencintaimu. Ya, benar benar mencintaimu dan menjadimu. Tidak seperti. 

Aku menjadimu.

*Terinspirasi Puisi Sapardi Djoko Damono

 

Hujan Bulan Juni

 

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

 

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

 

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

 

 

Karya ini diikutsertakan untuk memeriahkan HUT perdana Rumpies The Club.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun