Mohon tunggu...
Reshafa Arta
Reshafa Arta Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN MALANG

Astrophile, suka makan dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuda Lumping, Kesurupan dan Psikologi

10 November 2022   22:41 Diperbarui: 10 November 2022   23:00 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Identitas nasional merupakan jati diri dari suatu bangsa, misalnya identitas bangsa Indonesia adalah bahasa, budaya, suku, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, lambang negara dan sebagainya. Indonesia sangat kaya akan ragam kebudayaan.

Di Jawa Timur, terdapat kesenian yang beraneka ragam. Kuda lumping adalah salah satunya yang paling terkenal. Kuda lumping biasa disebut jaran kepang. Biasanya, jaran kepang di undang pada acara hajatan ataupun kepentingan tertentu. 

Jaran kepang identik dengan menari sesuai irama dengan diiringi musik khas Jawa, yakni gamelan dan terompet yang bersuara khas. Mereka juga membawa pecut atau cambuk yang dibawa saat menampilkan jaran kepang.

Pada saat di tengah acara, saat sedang menari, mereka akan mengalami kesurupan yang diyakini oleh masyarakat setempat berkaitan dengan hal yang berbau mistis atau ghaib karena perilaku mereka yang tidak wajar dan raga nya di percaya dimasuki atau dikendalikan oleh setan karena seperti bukan dirinya yang asli atau yang biasanya.

Kuda lumping atau jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional asal suku Jawa yang menampilkan beberapa prajurit yang tengah menunggangi kuda. Kuda tersebut terbuat dari anyaman bambu dan dibentuk menyerupai kuda. Kemudian, anyaman tersebut di cat dan di beri plastik yang di potong panjang menyerupai rambut lalu di tempel pada anyaman tersebut.

Biasanya tarian kuda lumping hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, namun mereka juga menampilkan atraksi kesurupan, memakan pecahan kaca dan lain sebagainya. 

Tarian kuda lumping adalah bentuk apresiasi rakyat jelata kepada pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi tantara Belanda, dan beberapa versi lain. Aksi ekstrem yang dipertontonkan berbau supranatural yang dipercaya pada jaman dahulu berkembang di Jawa untuk menyerang pasukan Belanda.

Gamelan adalah musik yang mengiringi kuda lumping terdiri atas kendang, kenong, gong, dan slompret. Slompret yaitu terompet khas dalam acara kuda lumping yang bersuara melengking. Nyayian yang dibawakan juga mengandung seruan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan ingat kepada Sang Pencipta, biasanya berupa sholawat.

Tariannya bisa dilakukan oleh sekelompok perempuan ataupun sekelompok laki-laki. Untuk menyembuhkan para pemain kuda lumping yang kesurupan, biasanya terdapat seorang yang disebut pendekar. Tampilan pendekar sendiri biasanya membawa dupa, wangi-wangian, dan sebuah kain. 

Sebuah kain tersebut biasanya akan digunakan untuk membantu dalam proses kesurupan dengan memberi wangi-wangian, kemudian di tempel pada hidung pemain jaran kepang agar roh cepat masuk ke dalam tubuh pemain, kemudian mengalami kesurupan. Saat kesurupan, pemain kuda lumping akan berguling-guling atau melompat-lompat serta kehilangan kesadaran akan dirinya dan lingkungan sekitarnya.  

Sebelum tampil memainkan kuda lumping, pemain dianjurkan untuk berpuasa selama beberapa hari. Kemudian pendekar atau orang yang bisa memanggil penunggu leluhur atau makhluk halus akan melakukan ritual di tempat-tempat tertentu yang menurut masyarakat setempat disebut tempat yang sakral untuk diberi sesajen atau sesembahan. 

Nama tempat tersebut biasa dinamakan punden yang biasanya berupa makam seseorang yang disegani untuk meminta agar acara yang diselenggarakan dapat berjalan dengan lancar. Saat melakukan proses memasukkan roh halus ke tubuh pemain, pendekar juga membawa dupa atau wewangian melati sebagai pemicu agar roh datang merasuki para pemain kuda lumping. 

Saat mengalami kerasukan, mereka tidak merasakan apa-apa sehingga berani memakan beling ataupun melakukan aksi debus. Mereka akan merasa kecapekan saat mereka selesai melakukan aksi tersebut. Tidak jarang juga setelah kesurupan mereka mual dan muntah-muntah. Ada juga yang setelah sadar dari kesurupan mereka merasa linglung dan tidak ingat siapa dirinya dan tidak sadar berada di mana.

Dari sudut pandang medis, kesurupan tidak dikaitkan dengan hal yang berbau mistis melainkan terdapat penjelasan ilmiah. Dalam pandangan medis, kesurupan merupakan gangguan mental yang di sebut possession trance disorder. 

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), possession trance disorder merupakan gangguan yang terjadi ketika seseorang kehilangan identitas pribadi dan kesadaran lingkungannya secara sementara. Saat pemain kuda lumping atau jaran kepang mengalami kesurupan, mereka akan kehilangan kesadaran secara sementara dan bahkan lupa akan dirinya sendiri. 

Mereka tidak dapat mengendalikan diri sendiri dan terkadang berperilaku yang tidak wajar seperti memakan beling ataupun mengupas kulit kelapa dengan gigi. Momen kesurupan inilah yang ditunggu para penonton karena menurut pandangan mereka, seorang pemain kuda lumping dipercaya dirasuki setan sehingga dapat berlari ataupun berjalan dengan mata tertutup.

Menurut psikolog orang yang kesurupan biasanya dikarenakan tersugesti atau memiliki keyakinan yang kuat tentang hal yang bersifat supranatural atau tidak kasat mata. Dalam dunia medis, kesurupan dikaitkan dengan gangguan disosiatif yakni kondisi psikologis karena perubahan fungsi dalam diri individu yang melibatkan kesadaran, identitas dan memori. 

Orang yang mengalami kesurupan dapat berubah secara bertahap maupun tiba-tiba. Mereka seolah-olah menjadi orang lain saat kesurupan. Menurut Cleveland clinic, kata disosiatif berarti putusnya hubungan baik dari orang lain, lingkungan, maupun diri sendiri. 

Hal tersebut terjadi dengan menggambarkan keadaan mental yang terlepas dari diri sendiri. Gangguan ini biasanya berkembang sebagai reaksi trauma dan stress atau dalam kondisi sangat tertekan sehingga tidak dapat mengendalikan diri sendiri. 

Contoh lain adalah kesurupan masal yang terjadi di sekolah yang biasanya dialami oleh anak kelas akhir ketika akan menghadapi ujian nasional. Menurut sudut pandang medis, hal tersebut dapat terjadi bukan karena hal mistis melainkan karena stress atau pengaruh tekanan.

Indonesia memang memiliki beragam budaya yang patut kita banggakan dan syukuri. Karena dengan banyaknya perbedaan inilah kita dapat saling menghargai satu sama lain. Budaya dapat timbul karena kebiasaan ataupun penghormatan terhadap sesuatu, misalnya penghormatan kepada pahlawan. 

Sekarang pun banyak contohnya, di negara yang budaya nya hanya ada satu, mereka sering berkonflik karena perbedaan pendapat dan lainnya. Tetapi berbeda dengan Indonesia yang walaupun berbeda-beda budayanya kita tetap dapat saling menghargai. 

Peneliti juga masih meneliti lebih lanjut terkait fenomena kesurupan dalam pandangan medis.Sebagai generasi muda, kita patut melestarikan kebudayaan yang ada agar tidak dilupakan di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun