Mohon tunggu...
Paramida Tuseptsada
Paramida Tuseptsada Mohon Tunggu... Apoteker - Pelajar

Penyuka travelling, dan sangat suka kesenian, sedang belajar menulis tentang banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Buku: Syar'i Traveller-The Heritage of Ottoman

19 Januari 2021   16:43 Diperbarui: 21 Januari 2021   11:28 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pereview: Paramida Tuseptsada mahasiswa prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

"Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya)." (HR. Bukhari dan Muslim).

     Walaupun makanan yang kita makan tidak sesuai dengan lidah kita, jangan sampai mencela makanan yang ada dihadapan kita. Karena sebagai seorang muslim wajib menghargai nikmat tersebut dan mensyukurinya. Walaupun makan yang tersedia sepele, atau aneh dilihat, celaan tidak layak muncul dari bibir seorang muslim.

     Ketika mengunjungi salah satu destinasi yang penting dan istimewa yaitu salah satu makam khalifah terbaik Usmani yaitu Sultan Abdul Hamid II. Ketika masuk, kita akan dibuat takjub dengan arsitektur dari semua bangunan disana yang sangat megah dan indah. Penulis menceritakan bagaimana kekagumannya kepada sultan Abdul Hamid II. Pengorbanannya sangat besar untuk Islam. Begitu tinggi kecintaan beliau kepada agama Allah, hingga ia tidak menerima jika ada pihak lain yang ingin merebut sejengkal tanah milik umat muslim.

    Isi buku ini juga mengenalkan sultan atau raja yang berpengaruh pada saat itu, yaitu:

  • Osman Ghazi, gelar Osman ghazi diberikan kekuasan oleh ayahnya, karena beliau merupakan seorang panglima besar dibawah kekuasaan Sultan Sajuk, yang membawa perubahan bagi umat Islam saat itu.
  • Orhan Ghazi, Ibnu Batutah menceritakan Orhan Ghazi sebagai pemimpin militer. Orhan hampir memiliki seratus benteng-benteng pertahanan. Sebagian waktunya disibukkan berkeliling, mengawasi dan berdiam di setiap benteng selama beberapa hari untuk mempertahankan keadaan yang baik.
  • Murad I, beliau mmebentuk pemerintahan provinsi, membangun benteng Rumeli di Eropa. Murad I telah berhasil melepaskan Usman dari bayang-bayang kesultanan Saljuk dan orang pertama yang menetapkan gelar sultan kepada keturunan Osman yang berkuasa.
  • Beyazid I, Beyazid melanjutkan perjuangan Murad I untuk menaklukan Eropa. Namun penaklukan terhenti ketika Usmani mendapat serangan dari Kerajaan Mongol, Timurlang. Hingga akhirnya Kesultanan Usmani pecah dan hampir hilang.
  • Mehmet Celebi, prestasi beliau adalah mengembalikan kekuasaan Utsmani sehingga beliau dikenal sebagai pendiri kedua Kesultanan Utsmani. Beliau telah membangun berbagai masjid, madrasah dan bangunan lainnya.
  • Murat II, beliau bukan hanya seorang sultan, namun beliau juga seorang seniman dengan nama Muradi. Dimasanya beliau membangun ratusan masjid, sekolah, jembatan, dan istana. Dalam masanya pula banyak buku ditulis dan buku asing diterjemahkan kedalam bahasa Turki.
  • Muhammad Al-fatih, beliau adalah putra dari Murad II dan telah berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel di usia 22 tahun. Kecerdasannya dalam mengatur strategi mengantarkannya pada cita-cita leluhurnya Usmani yang juga merupakan cita-cita besarnya umat Islam saat itu yaitu penaklukkan Konstantinopel.

     Majunya peradaban Islam dimasa lalu menjadi bukti, ternyata ketika kita melibatkan Allah dalam kehidupan kita maka kita akan menghasilkan sebuah peradaban yang luar biasa. Begitu juga dengan Pendidikan, bila kita menjadikan Allah sebagai dasarnya maka bukan tak mungkin jika umat Islam akan mengulang kembali kegemilangan seperti dulu.

     Namun sangat disayangkan, masjid sebagai jantung peradaban kini sudah tinggal cerita. Banyak masjid di Turki yang dialih fungsikan menjadi tempat wisata. Sekulerisme telah membuat Turki menjadi negara yang menjadikan Islam hanya menjadi ruang pribadi.

     Perjalanan ke Turki ini bukan untuk sebuah kesenangan, bukan untuk gengsi-gengsian, apalagi untuk sekedar menghilangkan kebosanan. Perjalanan ini untuk membuka lembaran-lembaran sejarah yang hampir hilang ditelan zaman.

Pereview: Paramida Tuseptsada mahasiswa prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
Pereview: Paramida Tuseptsada mahasiswa prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun