Mohon tunggu...
Resa Roosmana
Resa Roosmana Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan biasa yang senang menulis

Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Untuk Diriku di Penghujung 2022: Terima Kasih Sudah Sekuat Ini

22 Desember 2022   11:13 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:20 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pexels


Pernahkah kalian merasa lelah dengan manusia saat ini? Ya, orang-orang seperti sangat sibuk mengejar sesuatu. Seperti berdosa saat kamu menjadi pribadi yang biasa saja. Menjadi karyawan biasa dengan pendapatan yang biasa-biasa saja namun cukup untuk memenuhi kebutuhan harianmu. Menjadi seseorang yang mempunyai gaya hidup biasa saja.

Tidak mengikuti tren, tidak pergi ketempat-tempat viral, tidak mewajibkan staycation untuk melepas penat. Self reward terbaik bagimu adalah bersantai dirumah, bermalas-malasan di dalam kamar, cheating day dengan menu-menu junk food sembari berkelana di sosmed atau maraton drama korea kesayangan. Kalau iya, tos dulu, kita sama!

Ya, aku merasakannya. Aku seperti pribadi yang tidak spesial saat memutuskan menjadi manusia dengan prestasi biasa-biasa saja. Sepertinya aku tertinggal jauh dari orang lain. Seolah aku ini tidak pantas disebut sukses.

Sukses dimata orang-orang saat ini adalah bekerja di perusahaan besar ternama. Jika itu perusahaan startup maka perusahaan tersebut harus viral di sosial media dengan pendapatan perbualan hingga dua digit. Fashion kerja yang kekinian dengan pekerjaan yang super padat dari pagi hingga malam. Menenteng laptop, menyetir mobil kemana-mana untuk meeting dengan klien, dan menutup akhir pekan dengan self healing bernilai fantastis. Wow, sumpah kalian keren!

Lalu bagaimana denganku? Haha, semua itu berbanding terbalik dengan keseharianku. Saat setiap orang mempunyai target yang luar biasa, aku justru memilih menjadi karyawan biasa. Saat mereka berlomba menggapai gaya hidup sesuai tren, hidupku justru biasa-biasa saja. Apakah aku salah? Apakah aku berdosa jika tidak ikut andil dalam arus kebanyakan orang?

healing-63a3d14208a8b5350d0c9fb2.jpeg
healing-63a3d14208a8b5350d0c9fb2.jpeg

Sumber: pexels

Ya, kita memang dituntut untuk serba cepat dan hebat. Jujur aku terkadang terlampau lelah melihat hiruk-pikuk pekerja saat ini. Seolah mereka tak ada ruang sedikitpun untuk bernafas. Huft, melelahkan sekali. Mereka harus berlomba dengan mentari, berdesak-desakan menuju tempat penghasil cuan. Tak berhenti raga dan otak mereka berputar dari senin hingga jumat. Bahkan, terkadang mereka masih memaksa memeras raga dan pikiran disaat orang lain melepas lelah dan tidur lelap. Ah, ternyata dunia memang sesibuk ini.

Tidak salah untuk menjadi biasa. Kita berhak menentukan arah hidup kita. Pun, tak ada salahnya menjadi luar biasa. Menjadi pribadi yang ambisius, bersemangat, dan penuh inovasi. Yang salah adalah saat kita memaksakan diri seperti orang lain.

Ingat, hidup kita itu ibarat sepatu. Dan kita mempunyai ukurannya masing-masing. Saat ukuran sepatu itu kekecilan, sudah selayaknya kita mencari yang lain. Bukan malah memaksakan kaki kita untuk masuk ke lubang yang sempit. Sudah pasti rasa sakit yang kita terima.

Pun sebaliknya, saat ukuran sepatu itu terlampau besar maka, sepatu akan mudah terlepas karena longgar. Dan saat sepatu kesayangan kita hilang, kita pasti akan merasa sangat sedih. Jadi, sebelum kehilangan, lebih baik mencari yang sesuai.

Carilah ukuran sepatu yang pas dengan kaki kita. Mungkin tak sebagus dan semahal sepatu orang lain. Tapi setidaknya itu membuat kita nyaman. Nyaman untuk sekedar dikenakan, nyaman saat kita pakai berjalan, dan bisa jadi sangat nyaman ketika kita hendak berlari kencang.

quote-63a3d5e908a8b554df63eac2.jpeg
quote-63a3d5e908a8b554df63eac2.jpeg

Sumber: pexels

Terima kasih karena sudah bertahan sejauh ini. Terima kasih untuk tetap bangkit walau tubuh terasa sakit. Terima kasih untuk tetap tersenyum saat menyambut pagi. Berharap hari ini adalah hari yang indah dan patut disyukuri. Terima kasih sudah sekuat ini, terima kasih diriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun