Gizi yang seimbang adalah fondasi utama dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Pemenuhan kebutuhan gizi yang tepat sejak usia dini bukan hanya berperan dalam perkembangan fisik, tetapi juga memengaruhi kemampuan kognitif dan produktivitas seseorang. Sayangnya, masalah gizi masih menjadi tantangan besar, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, di mana terjadi fenomena double burden---kekurangan gizi dan obesitas hadir bersamaan.
   Gizi yang baik bukan hanya soal mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup, tetapi juga tentang variasi dan keseimbangan kandungan nutrisi. Tubuh memerlukan karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral dalam porsi yang tepat untuk berfungsi optimal. Namun, tren modern yang memicu pola makan tidak sehat, seperti meningkatnya konsumsi makanan cepat saji, rendahnya asupan sayur dan buah, serta gaya hidup yang semakin tidak aktif, berkontribusi pada meningkatnya kasus obesitas dan penyakit kronis.
   Di sisi lain, kekurangan gizi, terutama pada anak-anak, masih menjadi masalah serius. Stunting, yang merupakan akibat dari kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, memiliki dampak jangka panjang pada pertumbuhan fisik dan kemampuan belajar. Ini menghambat potensi generasi masa depan dan merugikan pembangunan bangsa secara keseluruhan.
    Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan holistik diperlukan, mulai dari edukasi tentang pola makan sehat, peningkatan akses terhadap makanan bergizi, hingga kebijakan yang mendukung produksi dan distribusi pangan sehat. Masyarakat juga perlu diajak untuk lebih sadar akan pentingnya gizi, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk keluarga dan komunitas.
   Dengan gizi yang baik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H