Seperti yang sama-sama kita ketahui Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama 1 tahun lebih. Bahkan baru-baru ini dikabarkan terjadi lonjakan kasus baru lagi. Entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Bukan tanpa alasan, Pandemi Virus Covid-19 ini telah mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia seperti misalnya pada sektor ketahanan pangan (Food Security). Namun sebelum membahas lebih jauh lagi pertama-tama kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu konsep Food Security atau Ketahanan Pangan. Dalam website resmi FAO disebutkan bahwa Ketahanan Pangan (Food Security) itu adalah ketika semua orang memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi ke pangan yang cukup, aman dan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi pangan mereka untuk hidup aktif dan sehat setiap saat.
Adapun lawan dari Food Security adalah Food Insecurity yang artinya ketika semua orang tidak memiliki akses fisik, sosial atau ekonomi yang memadai terhadap makanan. Dalam karya tulis ini akan membahas bagaimana pandemi Covid-19 bisa memperburuk ketahanan pangan di negara-negara Benua Afrika mengingat di Benua Afrika masih terdapat banyak sekali negara miskin yang tentunya akan berdampak pada sektor ketahanan pangannya. Â Sehingga kemiskinan dan kelaparan disana masih banyak terjadi bahkan sebelum terjadi Pandemi Virus Covid-19 ini. Namun tidak bisa dipungkiri mengapa di Benua Afrika masih terdapat banyak negara miskin. Hal itu terjadi karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti misalnya kepadatan penduduk, faktor geografi, serta rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan,dsb.
Kita bisa melihat pada salah satu negara di Benua Afrika bagian Barat yaitu Nigeria. Berdasarkan data hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan oleh salah satu jurnal yang berjudul "Household Food Security And The COVID-19 Pandemic In Nigeria" karya Cleopatra,dkk menyebutkan bahwa di masa pandemi ini hanya 12% rumah tangga yang tahan pangan, 5% rawan pangan ringan, 24,5% rawan pangan sedang, dan lebih dari separuh rumah tangga (58,5%) mengalami kerawanan pangan berat (Food Insecurity).
Lebih dari separuh adalah angka presentase Food Insecurity berat yang cukup fantastis bagi Penulis. Masih dalam jurnal tersebut, Cleopatra,dkk mengatakan bahwa variabel sosial ekonomi seperti Pendidikan,Pendapatan, dan Status Kekayaan adalah sebagai penentu ketahanan pangan selama masa Pandemi. Artinya hanya beberapa orang saja yang memiliki akses terhadap sumber pangan. Sehingga menurut studi tersebut juga disebutkan bahwa lebih dari dua pertiga rumah tangga mengalami kerawanan pangan (Food Insecurity) di Nigeria.Â
Lantas bagaimana sebenarnya pandemi Covid-19 ini dapat mempengaruhi ketahanan pangan negara-negara di Benua Afrika sehingga memperparah ketahanan pangan disana seperti di Nigeria ini. Jadi Benua Afrika adalah salah satu importir bahan pangan yang banyak bergantung pada negara dominan atau negara maju. Hal ini dapat dipelajari dengan teori dependensi. Menurut salah satu tokoh teori dependsi yaitu Prebisch,mengatakan bahwa sebuah negara dependen dalam hal ini yang dimaksud yaitu Afrika akan terus bergantung pada negara dominan atau negara maju dan negara dependen tidak akan bisa memiliki pendapatan lebih besar daripada negara dominan.
Di masa Pandemi Covid-19 ini beberapa negara maju menerapkan kebijakan pelarangan ekspor seperti misalnya negara anggota Uni Eropa yaitu Rumania. Rumania memberhentikan sementara aktivitas ekspor bahan pangan seperti gandum,jagung,dsb di masa pandemi ini dengan alasan melindungi persediaan pangan di negaranya. Jadi kebijakan ini sebenarnya lebih kepada kepentingan nasional dan sebagai upaya penerapan kebijakan proteksionisme. Karena adanya kebijakan Social Distancing serta mengurangi aktivitas diluar rumah demi mencegah penyebaran Virus Covid-19 menyebabkan proses produksi tidak bisa berjalan dengan lancar. Sehingga diterapkan kebijakan tersebut.
Itu adalah salah satu alasan mengapa Pandemi Covid-19 memperparah ketahanan pangan negara-negara di Afrika. Afrika terlalu banyak mengandalkan impor pada sektor pangannya dikarenakan beberapa negara di Benua hitam tersebut masih belum memiliki sistem pangan yang maju. Hal itu membuat Afrika belum mampu menghasilkan barang komoditi ekspor bahan pangannya sendiri sekaligus untuk persediaan konsumsi sendiri. Disisi lain sebanyak 40 % bahan pangan yang mampu diproduksi Afrika sendiri tidak dapat dipakai dan terbuang sia-sia dikarenakan ketiadaan fasilitas penunjang dan kurang efisiennya dalam melakukan pengelolaan bahan pangan.
Memang sudah seharusnya Afrika menjadi perhatian dunia internasional. Organisasi Internasional seperti PBB dan negara-negara lain pun ikut berpartisipasi dalam membantu Afrika agar ketahanan pangannya tidak rentan. Hal ini terbukti dengan adanya bantuan dari PBB senilai 100 Juta dollar untuk beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah. Namun terlepas dari itu sebenarnya dari pemerintah negara-negara di Afrika sendiri telah mengupayakan membuat kebijakan dalam ketahanan pangan di masa pandemi ini seperti misalnya dalam bidang pertaniannya.Â
Di Nigeria petani skala kecil diizinkan untuk melanjutkan kegiatan bertani walaupun ada kebijakan Lockdown selain itu kegiatan pertanian, panen dan penyimpanan produksi pertanian dilanjutkan untuk mencegah pemborosan produksi pertanian serta petani kecil, pedagang makanan informal, grosir toko, pasar grosir, pasar makanan diminta untuk melanjutkan kegiatannya demi menjamin ketersediaan pangan dengan kuantitas dan kualitas yang tepat. Hal itu dapat dikatakan sebagai kebijakan intervensi dalam pertanian di Afrika agar dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan.Â
Pemerintah negara-negara Afrika seharusnya juga menerapkan praktik pertanian berkelanjutan agar bisa menekan angka kelaparan lebih lagi di masa pandemi seperti ini. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kebijakan pelarangan ekspor oleh negara maju di masa pandemi membuat ketahanan pangan menjadi rentan di negara-negara Benua Afrika. Meskipun begitu pemerintah negara-negara di Afrika seperti Nigeria tetap mengupayakan mencari solusi agar ketahanan pangan tidak rentan. Dari PBB sebagai organisasi internasional pun juga ikut turun tangan memberikan bantuan ke negara-negara di Afrika.
Â
Referensi
Diakses dari http://www.fao.org/3/y4671e/y4671e06.htm  Pada 01 Juli 2021 Pukul 21:00 WIB
Ibukun, C. O., & Adebayo, A. A. (2021). Household food security and the COVID19 pandemic in Nigeria. African Development Review, 33, Page 75
Isaac Bonuedi, Kofi Kamasa, dan Eric Evans, "Enabling trade across borders and food security in Africa," Food Security 12, 2020, hlm. 1121-1140, Â Diakses dari https://link.springer.com/article/10.1007/s12571-020-01095-y. Pada 02 Juli 2021 Pukul 00:50 WIB
Kathleen,M,dkk. (2020). Polemik Pembatasan dan Larangan Ekspor Global di Masa Pandemi COVID-19. Diakses dari https://journal.unpar.ac.id/index.php/Sentris/article/view/4308/3153 Pada 02 Juli 2021 Pukul 00:38 WIB
Otekunrin, O. A., Otekunrin, O. A., Fasina, F. O., Omotayo, A. O., & Akram, M. (2020). Assessing the zero hunger target readiness in Africa in the face of COVID-19 pandemic. Caraka Tani J. Sustain. Agric, 35, Page 222
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H