Sindrom Tourette dengan gejala ringan pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Penanganan diberikan jika gejala  yang muncul tergolong parah, mengganggu aktivitas,  atau bahkan membahayakan si penderita. Beberapa metode penanganan tersebut adalah :
- Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif  bertujuan untuk melatih kesadaran pasien sindrom Tourette agar dapat mengontrol tic. Terapi ini juga dapat mengatasi kondisi lain yang terkait dengan sindrom Tourette, seperti ADHD dan obsessive compulsive disorder (OCD).
Dalam sesi psikoterapi, terapis juga dapat menggunakan metode bantuan seperti hipnoterapi, meditasi, serta teknik pernapasan atau relaksasi.
- Obat-obatan
Obat-obatan digunakan untuk meredakan gejala tic. Beberapa jenis obat yang dapat diresepkan oleh dokter adalah:
- Obat antipsikotik, seperti risperidone, fluphenazine, dan haloperidol
- Antidepresan, seperti fluoxetine
- Suntik botulinum toxin (botox)
- Obat antikonvulsan, seperti topiramate
- Deep brain stimulation (DBS)
Deep brain stimulation adalah penanaman implan ke dalam otak untuk merangsang saraf di otak dengan aliran listrik. DBS hanya disarankan bagi penderita sindrom Tourette dengan gejala yang parah dan tidak bisa ditangani menggunakan terapi lain.
Pada kasus yang jarang terjadi, anak dengan sindrom Tourette yang menjalani terapi DBS dapat mengalami gangguan bicara, mati rasa, dan perdarahan. Oleh sebab itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai manfaat dan risiko yang dapat terjadi akibat terapi DBS.
NOTE : bagi penderita sindrom tourette pada saat mengalami tics jangan dilihat terus yang membuat si penderita tidak nyaman dan semakin memperparah, seperti yang dilansir pada postingan akun tiktok @belva.faristha sebagai penderita sindrom tourrete di Indonesia (21/08/2022) mengatakan "agak ga nyaman post video ini tp biar makin banyak orang tau. hai gue belva. Video ini bukan rekayasa maupun pura-pura. Tujuan gue adalah ngasih #awareness tentang #tourettes syndrome yang baru-baru ini gue alami. Gerakan dan suara-suara itu refleks dan ada secara ga sadar tanpa diniatkan. Gue tau hal ini aneh dan asing tp tolong ketika kalian ketemu yang kayk gini jangan diliatin karena itu bikin ga nyaman dan memperparah tics (gerakan-gerakan tersebut). Tourette ga menular jadi kalian ga perlu jauhin orangnya, berperilaku aja biasa seakan-akan ga ada apa-apa. Makasi."
Referensi :Â
Mayoclinic.org - diseases conditions tourette syndromeÂ
Rery Febriani Putri Agnesha
Irenne Putren S.Pd., M.PdÂ
Bahasa indonesia
Fakultas Ekonomi & Bisnis / Akuntansi S1
Universitas Pamulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H