Mohon tunggu...
RERIN MAULINDA
RERIN MAULINDA Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sastra Indonesia

Seorang Ibu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Pendekatan Komunikatif-Integratif di Tingkat SMP

29 Juni 2021   16:11 Diperbarui: 29 Juni 2021   16:14 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guntur Tarigan (1981: 15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan dan penempatan persendian, jika komunikasi berlangsung, secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik pembicara). Djago Tarigan (1990: 149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa dihadapkan pada kegiatan berbicara. Di manapun kita berada, kita selalu dituntut kemampuan berbicara. Dengan berbicara seseorang berusaha mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Mengingat begitu produktifnya kegiatan berbicara, Soenardi (1996: 68) menegaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 17- 20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. 

Secara umum dikatakan bahwa dalam pembelajaran di sekolah saat ini, masih banyak siswa yang masih kurang terampil berbicara. Banyak dari siswa-siswi menghadapi beragam kendala dalam mengungkapkan sesuatu hal di hadapan teman-temannya, ataupun sekadar bercerita di depan kelas atau pun berdiskusi secara teratur. Terkadang persoalan ini membuat mereka enggan apalgi bergabung dalam pembelajaran yang berkaitan dengan bicara. Hal ini menimbulkan hal tak baik dalam setiap pembelajaran. selain kurang rasa percaya diri, maka terbuangnya waktu percuma hanya untuk menanti keberanian siswa-siswi.

Dengan adanya keterampilan berbicara diharapkan para siswa dapat dapat berkomunikasi dengan semua orang, sehingga mampu memberikan pendapat dan mempresentasikan hasi diskusi melalui bahasa lisan. Arsjad Mukti U.S (1993: 23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimatkalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990: 149) terdapat lima golongan berikut ini: 1) berbicara untuk menghibur 2) berbicara untuk tujuan menginformasikan 3) berbicara untuk menstimulasi pendengar 4) berbicara untuk menggerakkan pendengarnya.

Seorang guru yang baik selalu berpikir untuk mengaktifkan siswanya dalam belajar. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengalami, mencoba, dan melaksanakan atau mempraktikan apa yang dipelajarinya untuk memperoleh hasil yang lebih mantap. Hal seperti ini diamanatkan pula dalam Kurikulum 2006, yaitu pusat dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai pembelajar, sedangkan guru hanya dijadikan sebagai motivator. Hal ini juga dikemukakan oleh Tarigan (1986: 88), keadaan pengajaran berbicara, sejalan dengan keadaan pengajaran bahasa Indonesia, belum memuaskan. Keterampilan berbicara dalam arti luas, para pelajar belum memadai. Kenyataan dalam diskusi, seminar, ataupun ceramah menunjukkan bahwa sebagian besar pesertanya diam, kurang bersuara.

Berikut ini terdapat beberapa hal mengenai kriteria penilaian menurut Suhendar (1992: 118-131) bahwa menilai kemampuan berbicara seseorang sekurangkurangnya ada enam hal yang diperhatikan, seperti: lafal, struktur, kosakata, kefasihan, isi pembicara, dan pemahaman. Sedangkan Sapani (1990: 12-16) berpendapat mengenai penilaian keterampilan berbicara keterampilan berbicara ini mencakup tiga aspek sebagai berikut: (1) bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, serta gaya bahasa dan pragmatik; (2) isi pembicara, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi; (3) teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik dan hubungan dengan pendengar, volume suara, serta jalannya pembicara. Kegiatan pengajaran bahasa yang hanya berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan akan berdampak negatif terhadap perkembangan siswa. 

Kecakapan beradu argumentasi masih jauh dari memadai. Faktor-faktor penyebabnya yaitu siswa jarang berlatih, kurang adanya kesinambungan antara keterampilan berbahasa yang satu dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya, dan guru masih kurang memberikan motivasi kepada siswa serta mungkin pula guru kurang terampil dalam mengajarkan keterampilan berbicara. Hal inilah yang mendorong untuk memberikan tindakan khusus dalam pembelajaran melalui pendekatan komunikatif-integratif yang menyatupadukan seluruh keterampilan berbahasa, tetapi dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada satu keterampilan, yaitu keterampilan berbicara.

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara melalui pendekatan komunikatif-integratif.  Bahan pelajaran utama untuk pendekatan komunikatif, pendekatan integratif ini adalah keempat keterampilan berbahasa. Pengembangan kompetensi pendekatan komunIkatif dan integratif melibatkan aspek kognitif dan tingkah laku yang diperoleh melalui praktik Pendekatan komunikatif mewakili studi bahasa yang memberikan kemampuan bahasa keterampilan untuk didukung oleh pengetahuan bahasa. 

Pendekatan komunikatif diajarkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar siswa memahami penelitian yang lebih memiliki makna. Pendekatan komunikatif ini dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengutarakan pendapat secara lisan dan juga merangkai katakata untuk diberitahukan kepada temantemannya dengan sendirinya. Prinsip dasar pendekatan komunikatif adalah: a) item harus terdiri dari bahasa sebagai sarana komunikasi, b) item desain harus menekankan proses belajar mengajar non diskusi fundamental, c) item harus mendukung siswa untuk berkomunikasi dengan cara biasanya.

Strategi belajar mengajar dalam pendekatan komunikatif bergantung pada cara pembelajaran siswa aktif, yaitu siswa terlibat dalam proses belajar secara aktif. Strategi berdasarkan prosedur pendekatan komunikatif yaitu memendekkan presentasi dialog, mempresentasikan dialog pelatihan lisan, presentasi pertanyaan dan jawaban, observasi dan studi, penarikan kesimpulan, aktivitas interaktif, pembuatan tugas dan evaluasi pelaksanaan. Oleh karena itu, melalui pendekatan komunikasi siswa diharapkan dapat mengatur keterampilan berbicara sehingga mampu meningkatkan keterampilan berbicara yang dievaluasi sesuai, keakuratan, dan kefasihan berbicara. Melalui pembelajaran pendekatan komunikatif juga dapat mengevaluasi kekurangan siswa secara intensif dan memberikan bimbingan yang diperlukan agar aktivitas belajar lebih aktif dengan minat dan interaktif.

Hal-hal yang diamati terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran sebagai berikut: (1) kemampuan membuka pelajaran; (2) sikap guru dalam proses pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (4) kemampuan menggunakan media (tema cerita yang menarik); dan (5) kemampuan menutup pelajaran. Proses belajar dengan pendekatan komunikatif-integratif dilaksanakan dalam keterampilan berbicara di tingkat SMP. Hal-hal yang harus diamati terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yaitu: (1) keaktifan siswa berbicara, khususnya dalam bercerita; (2) aktivitas siswa dalam mengemukakan idenya ketika bercerita; (3) keseriusan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, dan (4) keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan temuan-temuan selama pembelajaran berupa aktivitas siswa dalam berkomunikasi, melanjutkan cerita, dan menulis apa-apa yang telah diceritakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun