Mohon tunggu...
narendra arimurti
narendra arimurti Mohon Tunggu... -

Kebenaran adalah milik Tuhan YME.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Sebagai Karya Seni

11 Februari 2015   21:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:24 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film sendiri merupakan gabungan dari beberapa potongan gambar yang disatukan dan dapat bergerak bebas dari scene ke scene yang lainnya serta memiliki suara dan berwarna, serta memiliki rangkaian cerita yang dapat menarik penontonnya. Film sendiri dibuat dengan arahan sutradara, selain itu ada juga beberapa elemen yang turut dalam membangun sebuah film antara lain, artistik, pencahayaan, dan tentu saja pengaruh kamera juga turut berperan aktif dalam membuat film. Film dalam proses pembuatannya, memerlukan pengambilan gambar yang dinamakan shot. Shot dilakukan dengan menggunakan kamera, kamera disini mewakili atau dapat dianalogikan sebagai mata manusia. Tentu saja, dalam pengambilan gambar ini terasa adanya pembatasan gambar (terbatasnya sudut kamera), dengan adanya pembatasan dalam pengambilan gambar ini film dapat dikatakan sebagai seni, misalnya saja seorang kameramen, diperintah oleh sutradara untuk mengambil suatu keadaan perang dengan kondisi dalam perang tersebut seluruh orang tersebut berkumpul dititik yang sama, maka kamera harus dapat mengambil sudut itu secara tepat, dengan keterbatasannya yang telah disebutkan diatas, maka seharusnya kamera di tempatkan beberapa meter jauh sehingga mendapatkan sudut yang sempurna untuk mengambil objek secara keseluruhan. Kejadian tersebut juga dapat dibandingkan dalam kegiataan saat menonton dibioskop, ketika seseorang memesan tiket dan duduk di kursi bagian atas atau yang posisinya paling jauh dengan layar bioskop, maka memperoleh sudut menonton yang sesuai dengan daya kemampuan mata, dan posisi tersebut sempurna apabila mendapatkan bangku yang ditengah sehingga sejajar dengan posisi layar, namun berbeda ketika seseorang memperoleh tiket dan duduk dekat dengan posisi layar bioskop, memiliki perspektif yang berbeda dengan orang yang duduk di atas dan jauh dari layar bioskop (Arheim, 1957: 17-19).

Dengan keterbatasannya tersebut film pandang sebagai seni, maka peranan sutradara sangat penting. Sutradara menduduki posisi yang tertinggi dari segi artistik, karena merupakan pemimpin pembuatan film tentang “bagaimana yang harus tampak” oleh penonton. Tanggung jawab sebagai sutradara, meliputi beberapa aspek antara lain, aspek kreatif, baik interpretatif maupun teknis, dari sebuah film. Selain mengatur laku di depan kamera dan mengarahkan akting serta dialog, sutradara juga bertugas mengontrol posisi kamera, karena posisi kamera memberikan sumbangan yang besar kepada penonton dalam memahami isi dari film tersebut, selain itu sutradara juga harus mengontrol suara dan pencahayaan juga. Film juga suatu seni yang banyak bergantung pada teknologi yang melibatkan manusia. Dengan ini peranan Sutradara semakin membesar, karena seorang sutradara harus memiliki wawasan dan pemikir yang kreatif, karena harus mampu membuat unsur-unsur yang terpisah menjadi suatu kesatuan desain serta keutuhan. Adanya wawasan dan keterampilan sutradara yang akan memberikan cap kepada film dan mengisinya dengan roh atau jiwa serta makna (Sumarno, 1996: 34-36).

Kegiatan di lapangan tugas sutradara melaksanakan apa yang diistilahkan dalam bahasa Prancis sebagai mise en scene. Istilah tersebut diterjemahan bebas diartikan sebagai menata dalam adegan, atau yang lebih tepatnya pengadeganan dalam kaitan dengan fungsi kamera, Tugas ini berkaitan dengan penciptaan ruang-ruang filmis berupa jenis-jenis shot. Pengertian shot disini merupakan dipotretnya sebuah subyek, saat tombol kamera dipijit dan dilepaskan, sebagaimana yang dtentukan dalam skenario. Setiap Shot, berhubungan dengan masalah pembingkaian, yaitu sedikit atau banyaknya subyek yang dimasukkan ke dalam bingkai. Dengan bingkai ini pembuat film memberikan batas antara dunia subjek yang ditampilkan dan dunia nyata, dan bertujuan untuk memberi makna harfiah dan makna simbolik tentang apa, siapa, dan bagaimana maksud cerita yang akan disampaikan (Sumarno, 1996: 37).Sebuah Film cerita terdiri atas ratusan shot. Setiap shot dihasilkan dari sudut pandang kamera (Camera angle) terhadap aksi-aksi yang hendak direkam. Sang sutradara merupakan orang pertama yang berhak menetapkan sudut pandang kamera ini. Ada tiga faktor yang menentukan sudut pandang kamera, yaitu yang pertama adalah besar-kecil subjek, yang kedua sudut subjek, dan yang ketiga ketinggian kamera terhadap subyek.

Penentuan shot dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan praktis tertentu, Biasanya sutradara akan memilih shot yang dapat mengantarkan dengan baik aksi dramatis sebuah adegan. Namun, jika sutradara dihadapkan pada pilihan antara efek emosional dan kejelasan informasi yang diperlukan untuk mengantarkan apa yang sedang terjadi maka kebanyakan sutradara akan memilih yang terakhir dan mendapatkan dampak emosional melalui cara lain (Sumarno, 1996: 40-43). Jadi film sebagai seni, bertumpu pada keterbatasan kamera dalam mendapatkan suatu objek, maka untuk mendapatkan film yang dapat diterima oleh penonton, peranan sentral seorang sutradara sangat penting dalam menentukan hal-hal apa saja yang akan ditampilkan misalnya saja dalam hal artistik yang diperlukan dalam film itu apa saja dan bagian-bagian mana saja yang perlu diambil gambarnya (scene-scene penting), sehingga pada akhirnya para penonton dapat memahami yang akan disampaikan sutradara.

SUMBER

Arheim, Rudolf. 1957. Film as Art. California: University Of California Press.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Grasindo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun