Mohon tunggu...
Redining Nila Astuti
Redining Nila Astuti Mohon Tunggu... Freelancer - penikmat yang bukan pengila

menulis bukan hanya di kertas, pemimpi yang ingin bergerak dengan mata terbuka

Selanjutnya

Tutup

Money

Berjuang untuk Sembuh yang Sama

15 April 2020   11:08 Diperbarui: 15 April 2020   11:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Wabah pandemi corona atau santer terdengar dengan sebutan covid-19. Bermula dari Negara tirai bambu china pada malam perayaan pergantian tahun baru di umumkan oleh World Health Organization (WHO) terjadi di Wuhan Tiongkok sebagai kasus pneumonia jenias virus corona baru, menurut data WHO kini wabah tersebut telah menjangkit 200 negara.

Dari 200 negara tersebut, Indonesia termasuk dalam hitungan Negara yang ikut terjangkit. Karna persebaran virus bersifat pola eksponen, banyak membuat warga panik dalam mengambil sikap, semisal panik berbelanja secara berlebihan. Padahal panik berbelanja itu dapat mengakibatkan inflasi barang karna pembelian secara besar-besaran terjadi secara bersamaan, menyebapkan harga meningkat sedangkan stock yang dapat di produksi belum memenuhi kebutuhan pasar saat masa panik berbelanja tersebut. Dengan panik berbelaja juga dapat berakibat pada penarikan dana secara masif di bank atau yang biasa di sebut dengan istilah Rush Money. 

Rush Money ini berbahaya, akan berdampak pada perekonomian. Dimana setiap bank faktanya hanya memiliki sekitar 10% dari simpanan seluruh nasabah yang terdaftar. Kenapa hanya 10%, karna biasanya pihak bank menyimpan tabungan nasabah dalam bentuk aset, semisal di jadikan sebagai pinjaman atau menginvestasikan pada reksadana untuk proses bisnis yang mereka miliki. Nah, disini masih belum keliatan dimana bahayanya.

Ketika terjadi pembelanjaan secara besar-besaran dan secara bersamaan yang berdampak pada pengambilan dana atau penggunaan dana secara serentak. Mengakibatkan pihak bank harus mempunyai dana yang besar untuk memenuhi kebutuhan massif masyarakat. Padahal uang yang telah di depositkan sudah berubah berupa aset, nah aset ini lah yang mau tidak mau harus di jual oleh pihak bank secara cepat untuk memenuhi kebutuhan proses yang tidak jarang di jual dengan harga minim agar dapat segera terjual.

Kondisi tersebut membahayakan Negara dalam kondisi yang tidak stabil. Mengutip pernyataan Ibu Sri Mulyani pada Tahun 2016 "Sektor keuangan kena dampaknya, ekonomi tidak stabil. Kalau ekonomi tidak stabil, yang kena masyarakat kelas tadi. Jadi kalau masyarakat peduli dengan perekonomian Indonesia, dia akan menjaga dan tidak mudah dihasut untuk merusak negaranya sendiri karena itu (rush money) adalah hasutan berbahaya,"

Melihat dampak dari panik berbelanja tadi yang berujung rush money, berakibat tidak baik untuk Negara dan juga diri sendiri. Ada baiknya kita pandai dalam berbelaja, semisal kita membutuhan sabun, atiseptik dan desinfektan. Jangan beli dalam jumlah secara berlebihan yang tujuannya hanya untuk kepentingan pribadi menaikan harga. Kali ini kemanusian kita juga sedang di uji, kebersamaan bukan hanya dalam satu tempat secara bersama-sama, menolong pun bukan berarti dengan cara mengulurkan tangan kemudian menarik.

Dimasa ini kebersamaan dan menolong bisa jadi menjadi pengertian, kita berbelanja berdasarkan keperluan kita saja bukan tujuan untuk menimbun barang, agar masing-masing induvidu dapat membeli dan memenuhi kebutuhan masing-masing dengan harga jual standar yang tidak mahal. Yang kita lawan itu makhluk micro yang ga biasa di lihat dengan kasat mata, jadi keegoan kita baik nya diminimalisir, karna untuk menyelesaikan wabah kitah butuh kerjasama dengan satu tujuan yang baik yaitu sembuh terbebas dari pandemi.

Panik berbelanja tersebut juga tidak terhindar dari infomasi yang silih berganti masuk melalui sosial media, hp maupun komputer. Untuk menjaga diri dari pemikiran yang kurang baik, apabila mendapat info yang kurang jelas ada baiknya kita mencari infomasi lebih luas lagi sebagai pembanding, bertujuan agar tidak terprovokasi.

Semisal ketika mendapat pesan, "gunakan sabun A dan cairan B, ini ampuh banget buat mematikan virus". Karna telah mendapatkan pesan tersebut kemudian berfikir, "baik nanti belanja saya beli banyak". Sebenernya ga masalah, kalo yang belanja hanya kita, tapi yang mendapatkan pesan dan berfikiran serupa untuk membeli barang tersebut, dengan merek yang tertera pada informasi itu ada banyak orang. Jadi ?

Sedikit tips belanja, semisal kita membeli sabun atau cairan pembersih. Pada barang yang akan kita beli tadi, pastiin barang memiliki label Halal, SNI dan BPOM. Sekedar berbagi informasi, sebuah perusahaan untuk untuk mendapatkan sebuah label Halal serta cap SNI dan nomor BPOM. 

Perusahaan harus melewati Hasil uji laboraturium yang di lakukan secara berkelanjutan, kemudian masing-masing produk memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS), dimana takaranya harus sesuai berdasarkan tujuan. Contoh sabun untuk menghilangkan bakteri dan micro organisme berbahaya, nah berarti perusahaan sabun tersebut harus memiliki bukti hasil dari uji laboraturium agar dapat memenuhi standar dari badan Halal, SNI dan BPOM tadi.

Kembali ke pesan berantai yang mencantumkan keampuhan sebuah merek untuk mematikan virus. Ada baiknya kita mengecek label yang tercantum serta takarannya. Bisa jadi pada produk lainnya yang tidak di tuliskan dalam pesan, bisa lebih ampuh dan lebih murah, jadi ga panik berbelanja. Karna sejatinya semua sabun itu membersihkan dari kuman dan micro organisme.

Pengunaan media sosal yang bermanfaat kali ini benar-benar amat sangat disarankan, untuk menjaga pemikiran bersama agar lebih baik, terhindar dari rasa was-was atas situasi pandemi. Mari berperilaku cerdas di tengah ketidakpastian, karna sistem imunitas diri yang baik tercipta dari pemikiran yang tidak dalam ketakutan. Jadi.. yuk kira gunakan media social dengan baik, memilah mana yang membangun informatif tapi bukan provokatif. Untuk dapat berperilaku cerdas supaya keuangan terhindar dari krisis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun