Mohon tunggu...
Raina Widy
Raina Widy Mohon Tunggu... Guru -

Terbuka dengan perbedaan pendapat rainawidy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berebut Suara Umat Mayoritas?

18 September 2018   15:19 Diperbarui: 18 September 2018   15:47 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mestinya menjadi mayoritas adalah juga menjadi panutan apalagi ajaran yang dibawa adalah ajaran rahmat bagi seluruh semesta alam.

Saya tidak habis pikir mengapa isu-isu yang sifatnya mendesak ini harus mengalah hanya untuk memperebutkan suara umat mayoritas?

Kenapa tidak ada yang keluar dari lingkaran, mengangkat isu-isu yang lebih urgen? Sistem pendidikan yang selalu berubah-ubah, masalah hukuman para koruptor hingga kelompok minoritas, cara agar pertanian kita bisa memenuhi kebutuhan negeri sendiri sehingga tidak perlu banyak impor dan segudang isu lainnya.

Isu yang membutuhkan solusi segera dan berkesinambungan agar terus dapat dilanjutkan ke generasi berikutnya. Sejauh ini kedua kubu bolak balik ingin menunjukkan siapa yang paling membela umat mayoritas tadi. Jika sudah jadi mayoritas apalagi merasa sudah ditakuti, kenapa butuh pembelaan?  

Kita harus belajar dari negara-negara maju. Mereka tidak membawa isu-isu agama sebagai landasan memilih pemimpin negara. Agama adalah urusan pribadi sedangkan pemimpin adalah urusan hajat hidup orang banyak, meliputi semua golongan dan kepentingan.

Kita pula harus belajar dari negara-negara yang mengangkat isu agama dan kepentingan golongan dalam hal memilih pemimpin, bagaimana negara-negara itu kemudian porak poranda untuk membuktikan image sebagai hamba Tuhan yang paling taat.

Kita tentu tidak mau hal yang sama juga terjadi di negeri tercinta ini hanya untuk berebut suara umat mayoritas. Salam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun