Mohon tunggu...
Raina Widy
Raina Widy Mohon Tunggu... Guru -

Terbuka dengan perbedaan pendapat rainawidy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tak Hanya Siswa, Guru Pun Harus Introspeksi Diri

2 Februari 2018   17:43 Diperbarui: 3 Februari 2018   14:11 3234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun keegoan kita, sebagai guru, menafikan bahwa peran penting kita pula ambil bagian dalam pembentukan karakter mereka tersebut. Bayangkan saja jika perkataan dan perlakuan seperti yang saya tulis di atas berlangsung bertahun-tahun, di rumah, di sekolah, di lingkungan sekitar. Seperti menanam bom waktu, menunggu waktunya saja meledak. Dalam hal kekerasan ini, kita cenderung melimpahkan kesalahan sepenuhnya kepada anak didik. Mereka-lah sumber masalah sedangkan guru adalah korban.

Bisa jadi niat baik kita sebagai guru adalah menegur tapi pada akhirnya tindakan kita malah mempermalukan, menjatuhkan harga dirinya, bahkan tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan fisik dan verbal dengan dalih kedisiplinan.

Mungkin cara guru berkomunikasi dengan anak didik juga terbawa emosi karena bercampur dengan masalah-masalah pribadi sehingga memicu ketegangan. Begitu juga dengan interaksi di dalam kelas, mungkin ada yang salah dengan cara menyampaikan materi pelajaran, cara mengajar, dan sikap kita sehingga proses belajar mengajar menjadi membosankan dan membuat anak tidak betah di kelas. Sayangnya, kita lupa menyadarinya.

Generasi milenial ini tidak bisa disamakan dengan generasi kita, anak-anak yang belasan bahkan puluhan tahun yang lalu menjadi anak yang patuh, takut, diam saja ketika dikerasi baik fisik maupun verbal oleh guru dan pihak sekolah. Kids jaman now ini lebih kritis, berani bahkan cenderung nekat dalam bertindak maka pendekatan yang dilakukan pun sudah berbeda.

Sebagai guru, kita harus menyadari perubahan ini dengan mencari jalan keluar bukan dihadapi dengan tindakan pesimistis apalagi emosional. Guru pula harus melek hukum dan tahu kode etik profesi sehingga pepatah yang mengatakan berpikir dulu sebelum bertindak dapat benar-benar diresapi.

Hal ini dimaksudkan bukan untuk menekan guru supaya takut kepada siswa dan orang tua siswa tapi lebih kepada menaati rambu-rambu hukum yang ada. Jadi, dampak yang ditimbulkan yang akan berakibat fatal bagi diri sendiri, keluarga dan siswa yang bersangkutan dapat diminimalisir. Selain berperan sebagai pendidik, kita juga adalah warga negara yang taat hukum, bukan?

Tidak perlu fokus memberikan perhatian terhadap beberapa anak-anak didik yang membuat banyak ulah sehingga mengabaikan puluhan anak lain yang lebih berhak mendapat perhatian. Anak-anak yang bermasalah dari rumah cenderung mempunyai emosi yang labil, mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah, dan tidak segan-segan melakukan perlawanan. 

Jadi, selama mereka tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, lebih baik diabaikan. Ada waktunya ketika mereka menyadari apa yang mereka lakukan tidak bermanfaat atau malah merugikan diri mereka sendiri. Guru dan pihak sekolah perlu bekerjasama dalam pemberian hukuman atau tindak kedisiplinan lainnya sehingga jika ada masalah di kemudian hari, guru yang bersangkutan tidak bertanggung jawab sendirian.

Namun, jika dirasa sudah menganggu proses belajar dan mengajar, bertindaklah dengan tegas dan efektif tanpa melakukan kekerasan verbal terlebih lagi kekerasan fisik. Dan jika tidak bisa lagi untuk dididik, ada baiknya untuk dikembalikan kepada orangtuanya dengan begitu orang tua mungkin akan mencarikan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan anaknya.

Kunci dalam menjalankan tugas mulia ini adalah kesabaran, tidak mudah tersulut emosi ketika menghadapi anak-anak yang menurut aturan sekolah sudah termasuk kategori melakukan pelanggaran. Mengurangi kekerasan baik fisik maupun verbal di sekolah tentu juga menciptakan lingkungan sekolah yang sehat secara mental, aman, dan nyaman bagi orang-orang di dalamnya.

Andai kita juga mau menahan emosi, tentu hal-hal buruk yang tidak diinginkan tidak perlu terjadi. Jika sudah terjadi, maka saya pun mendukung proses hukum yang berlaku baik terhadap siswa maupun guru yang bersalah. 

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun