Mohon tunggu...
Herbert COO of LK21 Indonesia
Herbert COO of LK21 Indonesia Mohon Tunggu... Jurnalis - Chief Operating Officer at LK21 (baca: LKRI) - Layar Kaca Republik Indonesia

Sedang membangun sebuah startup Movie Database Terbesar di Indonesa: https://LKRI.co.id #SayNoToPiracy #DukungFilmIndonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

10 Industri yang "Mati" Akibat Pola Hidup Kaum Millenials

30 Oktober 2018   14:29 Diperbarui: 30 Oktober 2018   14:53 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Percaya atau tidak, kaum Millenials (mereka yang lahir di awal 1980-an hingga awal 2000-an) telah mematikan 10 usaha berikut ini:


1. Toko Kelontong (Grosir)

Dulu yang namanya jajan atau beli bahan-bahan keperluan rumah tangga ya pasti ke grosir terdekat. Karena semuanya ada. Tapi sekarang lengkap aja gak cukup, sebuah toko harus full AC, lengkap, nyaman dan ada dimana saja. Kemunculan convenience store yang bisa belanja sekaligus tempat nongkrong telah menggusur keberadaan toko kelontong tradisional.

2. Travel Agent

Dulu Travel Agent adalah pintu gerbang ke dunia luar. Kemanapun kita pergi, kita harus menggunakan jasa Travel Agent untuk membeli tiket pesawat, tiket kereta api, memesan kamar hingga membeli paket tour. Sekarang semuanya itu ada dalam genggaman gadget kita. Cukup beberapa kali klik sudah bisa terbang. Tak heran usaha ini sudah semakin redup meskipun masih ada beberapa yang bertahan.

3. Counter Pulsa

Saat menjamurnya penggunaan handphone, kios pulsa adalah salah satu usaha yang paling menjanjikan. Bagaimana tidak? Untuk membeli pulsa kita harus melalui counter ini. Tapi sekarang kita bisa beli pulsa dari situs online atau bahkan dari mobile Banking kita masing-masing. Gak perlu nunggu dan jauh lebih murah. Makanya banyak kios yang tutup atau beralih fokus menjadi jual beli handphone.

4. Wartel

Masih inget masa dimana kita bisa nelfon berjam-jam di Wartel? Kalau dulu rasanya kita bisa menemukan wartel dimanapun, karena udah jadi kebutuhan penting pada saat itu. Namun di jaman hape murah seperti sekarang ini, apa boleh buat.. usaha wartel harus tutup total.

5. Warnet

Siapa yang gak tahu warnet? Ini adalah tempat nongkrong paling populer di awal kemunculan internet di Indonesia. Warnet adalah satu-satunya tempat kita bisa terkoneksi dengan internet, mulai dari chatting, voting, cari lirik sampai download lagu. Setelah para millenials menggunakan ponsel pintar, warnet seakan sulit untuk bernafas lagi. Kalaupun ada lebih sering menjadi tempat game online.

6. Angkutan Umum

Dulu yang namanya angkot atau koasi adalah moda transportasi utama untuk ke sekolah ataupun ke tempat kerja. Sekarang kaum millenials lebih memilih transportasi online yang lebih jelas waktu dan harganya. Angkutan umum seperti koasi atau taksi lokal memang masih ada, namun sangat bisa dihitung dengan jari.

7. Rumah Makan

Memang tidak semua rumah makan sepi akan pengunjung. Jika rumah makan tersebut memiliki sesuatu yang khas dan enak maka itu akan menjadi "buruan" kaum Millenials. Namun mayoritas rumah makan terutama yang skala kecil sudah sulit untuk bersaing dengan tekanan dari brand asing serta layanan antar makanan online yang menjangkau semua wilayah.

8. Penginapan

Bisnis penginapan memang masih eksis dan jumlah hotel cenderung bertambah. Namun secara keseluruhan tingkat okupansi mereka rata-rata berkurang, apalagi penginapan bintang 3 ke bawah. Generasi Millenials sekarang lebih senang menyewa villa atau apartemen secara online yang jauh lebih murah.

9. Fotocopy

Ini adalah usaha yang sangat bersinar pada masanya. Hampir semua orang membutuhkan fotokopi, mulai dari pegawai negeri hingga anak SMP. Tapi sekarang mayoritas dokumen bisa di-share melalui email atau cloud. Tinggal di-download dan dibaca. Praktis & hemat kertas. Walaupun sudah semakin sedikit namun usaha fotokopi yang dekat dengan wilayah kampus masih tetap bertahan.

10. Media Cetak

Di Indonesia sudah banyak media cetak yang tutup dan menghentikan sirkulasinya, sebut saja majalah HAI, Sinar Harapan hingga Tabloid Bola. Di Amerika sendiri juga cukup banyak, sebut saja The Washington Post yang sangat tenar itu. Imbasnya tukang koran juga semakin berkurang. Perilaku Millenials yang doyan dengan berita cepat & instan di gadget mereka adalah alasan utama hal ini terjadi.

Bagaimana menurut Anda? Ditunggu komentarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun