Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain) Kopi di Negara Demokrasi

3 Juli 2024   19:09 Diperbarui: 5 Juli 2024   10:20 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : dokumentasi pribadi (penumbukan manual biji kopi) 

Proses menuju ritel (sebutan mudahnya pengecer) akan melalui proses penjualan kopi langsung kepada konsumen melalui berbagai saluran seperti kafe, toko kopi, supermarket, dan platform online. 

Ini melibatkan penyediaan berbagai produk kopi, seperti biji kopi, kopi bubuk, dan minuman kopi siap saji, serta sering kali menawarkan pengalaman konsumen yang menarik dan edukatif tentang kopi. Misalnya Tur Kopi, ini adalah cuplikan kegiatan tur kopi yang dilakukan oleh komunitas anak muda kreatif di Tasikmalaya. 

Sumber video : Youtube Repa Kustipia (dokumentasi oleh hwkstudio) 

4. Konsumen Kopi 

Membahas konsumen kopi tentunya hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan menikmati kopi, tidak hanya tingkat skala lokal tapi global, karena konsumen kopi selalu ada dari setiap negara. 

Membaca kajian Catherine M. Tucker seorang antropolog lingkungan yang fokus pada kajian kopi dari Wilayah Amerika Latin menuliskan bahasan konsumen kopi lokal dengan budaya menikmati kopi dari seluruh belahan dunia yang dituangkannya dalam bukunya berjudul Coffee Culture: Local Experiences, Global Connections.

Mengeksplorasi konsumen kopi, Tucker membahas bahwa kopi bisa menjadi identitas budaya melalui kekuatan komoditas yang membantu perekonomian seseorang bahkan suatu kelompok etnis karena mengolah sumber daya komoditas kopi di lahannya.

Praktik dan tradisi interaksi pasar lokal sampai global pada komoditas kopi akan mengubah sektor ekonomi (terlihat menuju sejahtera atau merugi dan menjadi masalah kemiskinan dari sektor pertanian karena bertani kopi hanyalah menyambung hidup dan berkegiatan saja tidak merubah taraf hidup menjadi lebih layak jika keadaannya dibawah garis kemiskinan).

Tucker juga kritis menjelaskan tren global pada komoditas kopi dimana dampak sosial dari segelas kopi akan menerjemahkan status seseorang dan suatu kelompok misalnya jika seseorang menikmati kopi-kopi mahal artinya ingin ada pengakuan bahwa dirinya mampu secara finansial untuk menikmati segelas kopi dengan harga yang menurut kalangan umum dominasi menyebutnya mahal, dan dampak lingkungan berpengaruh pada kondisi rantai pasok kopi, coba saja jika tidak ada penikmat kopi akankah kegiatan berkebun kopi masih eksis sampai hari ini ? Artinya kopi membawa rezeki untuk ekologi dna petani, bukan? 

sumber gambar : dokumentasi pribadi (kebiasaan menikmati kopi) 
sumber gambar : dokumentasi pribadi (kebiasaan menikmati kopi) 

Kopi, Penikmat Kopi dan Dinamika Sektor Hilir Kopi di Negara Demokrasi 

Mengapa kopi selalu dikaitkan dengan negara-negara demokrasi? 

Karena komoditas kopi menjadi hal yang dibicarakan dan digemari masyarakat Eropa dan Amerika pada abad ke-17 dan 18. di mana banyak bermunculan kedai-kedai kopi atau tempat kopi untuk membahas bahkan diskusi politik dengan para intelektual. 

Istilah "nongkrong sambil ngopi ngomongin berbagai isu sosial, ekonomi, politik dll dikenal dengan istilah Penny Universities, di mana coffeehouse menjadi medium untuk bertukar pikiran sambil menyeruput kopi yang populer di Inggris pada masa itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun