Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bioantropologi Etnobotani Pangan sebagai Konvergensi Interdisipliner Gastronomi

23 Maret 2024   16:06 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:53 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan konvergensi gastronomi hari ini adalah hubungannya dengan keadaan ekologis dan sosial, bagaimana krisis iklim berdampak pada tatanan sistem pangan dari mulai : pra-produksi (lahan pertanian, teknologi pertanian, fasilitas pertanian, digitalisasi pertanian, sumber daya alam dan manusia dalam sektor pertanian), Produksi (pengolahan dari sumber komoditas, pengolahan pasca panen, mitigasi pangan berlimpah yang tidak terkelola baik, inovasi pangan, teknologi pangan, zat gizi buatan, dan banyak hal yang dicampurkan melalui berbagai gagasan dan perkembangan pangan secara luas), Distribusi (armada dari setiap ekosistem mencakup : maritim, darat, udara dan lintas negara dan benua untuk kebutuhan bisnis, diplomasi negara, bantuan pangan dan sosial, dan monopoli dagang dari komoditas pangan dalam rantai pasok pangan yang menentukan harga pangan), Konsumsi (inilah isi piring dari setiap manusia yang siap disantap oleh unit terkecil yaitu setiap individu dan kelompok kecil, katakanlah itu keluarga atau pasangan dan keberadaan anak-anak, dimana nilai-nilai gizi terbaik menyatu dalam sesuap santapan akan berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan bagi tubuh manusia selama proses tumbuh kembang dan selama manusia itu makan dan minum untuk menjelang kematiannya). 

Sosio budaya pangan dari Indonesia dari masa ke masa sebetulnya mudah ditelusuri dari pengalaman para orang tua terdahulu dan berhenti serakah dalam berbagai sektor, terlebih kepentingan politis akan membuat tatanan sosio budaya pangan yang tertata rapi dengan kebudayaannya yang lestari akan menjadi ironis karena ada keserakahan menguasai fungsi ekologis untuk kepentingan bisnis, sudah bukan lagi kebutuhan hal-hal humanis, sebagai manusia yang menyongsong masa depan dalam menata sistem pangan dari skala terkecil yaitu individu menghilangkan ketergantungan konsumsi pada satu bahan komoditas pangan adalah alternatif lain, kembali bertani dan menanam pangan bersama dengan gotong royong adalah ciri bagaimana manusia berkelompok, bergotong royong dan hidup harmonis. 

Mungkinkah keakraban sosial kembali hadir ditengah berbagai disrupsi, korupsi, dan reduksi hak-hak kemanusiaan yang sudah hampir rusak karena terlalu banyak bencana ekologis dan kebablasan kekuasaan politis ? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun