Sekelumit pertanyaan tentang relasi manusia dengan ekologi selalu dihubungkan dengan peranannya di planet bumi sebagai homo sapiens atau homo ekonomikus ?Â
Homo SapiensÂ
Penelitian yang dilakukan Chris Stinger, seorang antropolog fisik dari Inggris yang meneliti evolusi manusia, bukunya yang berjudul The Origin and Evolution of Homo Sapiens yang menggambarkan manusia modern bersumber dari catatan arkeologis dan penemuan fosil menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan homo sapiens adalah padanan dari bahasa latin yaitu homo (manusia) dan sapiens (bijaksana), hingga kata homo sapiens digunakan untuk sebutan ilmiahnya manusia.Â
Homo sapiens dalam catatan fosil dibatasi pada spesimen yang memiliki sejumlah fitur turunan dengan manusia modern yang masih hidup, asal-usul spesies Homo sapiens ditempatkan pada masa Pleistosen tengah akhir di Afrika.
Stinger berpendapat bahwa adanya kemungkinan besar, catatan fosil Afrika akan mencatat anggota-anggota awal dari garis keturunan Homo sapiens yang hanya menunjukkan beberapa fitur turunan dari anggota-anggota terakhir dari garis keturunan tersebut dari data morfologi dan jejak keturunan.
Zaman pun berkembang, penelusuran dan kajian antropologis tentang manusia dan ekologi kebanyakan mengarah pada ekosistem hutan dalam jejaknya, manusia yang tinggal di hutan secara jejak historis karena keterikatan budaya turun-temurun, pusat transaksi ekonomi dengan metode barter (tukar komoditas atau species) untuk melengkapi kebutuhan, jauh sebelum itu masyarakat peramu dan pemburu sudah memaksimalkan potensi hutan.Â
Homo EconomikusÂ
Pemahaman Antropologi Ekonomi (Marshall Sahlins)Â
Homo economikus lekat hubungannya dengan kiprah manusia sebagai agen logis untuk mengembangkan keuntungan pribadi dalam suatu kegiatan atau keputusan ekonomi. Dari bahasa latin Homo (manusia) dan ekonomikus asal katanya adalah oeconomicus mengarah pada oikonomikos (manusia ekonomi).Â
Konsep antropologi ekonomi memandang homo ekonomikus dipandang dari antropolog Marshall Sahlins sebagai hal-hal usang dalam ekonomi konvensional, sehingga pemikiran Sahlins dituangkan pada bukunya "Stone Age Economics" yang membahas ekonomi subsisten orang-orang Pra-Agrar (orang-orang yang hidup sebelum revolusi pertanian/kondisi masyarakat beralih pada kegiatan bertani dan pertanian dalam perubahan besar diawali dari penanaman dan pemeliharaan tanaman serta perkembangbiakan hewan sehingga mempengaruhi gaya hidup kelompok pemburu dan pengumpul menuju masyarakat agraris dan titik awal mulainya peradaban perkotaan dilanjutkan dengan perkembangan rantai pasok pangan dan komoditas lainnya).Â
Sahlins meneliti berbagai masyarakat prasejarah dan tradisional di seluruh dunia untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki sistem ekonomi yang berbeda dengan konsep homo ekonomikus dalam ekonomi klasik, bahwa "kekayaan material yang mendefinisikan kecukupan" dimana masyarakat pra-agrar hidup dalam keseimbangan dengan lingkungan mereka, memperoleh cukup sumber daya untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa mengejar pertumbuhan ekonomi tak terbatas dengan cara pandang masyarakat terhadap konsep kekayaan, kerja, dan nilai, serta bagaimana hal ini berbeda dengan pandangan yang dianut oleh ekonomi konvensional.Â
Sahlins mengingatkan tentang pemahaman manusia tentang sifat manusia dalam hubungannya dengan ekonomi, menunjukkan bahwa masyarakat primitif tidak selalu hidup dalam kemiskinan, tetapi seringkali hidup dalam keberlimpahan yang berbeda dari kekayaan material. Mengapa manusia modern mempermasalahkan kemudahan yang diaksesnya yang tidak membutuhkan nilai tukar atau uang dalam transaksi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup ?Â