Hal ini bisa mulai ditanyakan, ditagih bahkan dilacak, Indonesia sudah bekerja sama dengan negara-negara tetangga mana saja dalam sistem pangan dan apa layanan jasanya atau produknya?Hal ini adalah hak publik mengetahui perkembangan program-program kerjasama yang sudah dilakukan melalui diplomasi-negosiasi. Dan hal ini bukanlah untuk kebermanfaatan segelintir pihak, tapi merata, dan tentu perlu waktu yang tidak sebentar. Apa saja bentuk kerjasama internasional dengan negara Singapura? jika netizen dan citizen tidak bisa menjawab, perlulah sosialisasi tentang informasi ini, atau jangan-jangan tidak ada kerjasama? Walaupun ada kegiatan ekspor-impor, tujuannya hanya untuk sektor ekonomi saja, dari sisi persilangan budaya, pemberdayaan, dan keakraban bernegara sudahkah petani Indonesia menggarap lahan tani di Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia? Timor-Timur? Papua Nugini? Kamboja? Lao PDR/Laos? Sebagai pergantian pengalaman dan saling memahami kontur ekologis satu benua dan negara-negara bagian dalam menghadapi tantangan krisis iklim pada sektor pangan?
Komitmen pada Persetujuan Global, hal ini semacam reafirmasi (kekuatan) untuk mewujudkan visi misi global terhadap berbagai agenda, misalkan agenda 2030 Transformasi Sistem Pangan yang diusung oleh PBB, yang menekankan pada kerangka kerja Global Biodiversitas Kunming Montreal dan konvensi untuk memerangi Desertifikasi. Kesepakatan Paris/Paris Agreement yang berhubungan dengan kepentingan mendesak pada sistem pangan tangguh pada krisis iklim.
Kerangka Kunming-Montreal dengan tujuan: (a) Memelihara, meningkatkan, memulihkan ekosistem dan kepunahan dihentikan 10x lipat serta mempertahankan genetik, (b) Memanfaatkan keanekaragaman hayati berkelanjutan sebagai kontribusi terhadap manusia, (c) Peningkatan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik dan (d) Tersedianya dan terimplementasinya dari kesenjangan pendanaan 700 milyar dollar pada keanakaragaman hayati.Â
Deklarasi ini menekankan urgensi dan komitmen kolektif terhadap transformasi dan adaptasi sistem pangan global untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketidaksetaraan pangan. dan inilah dokumen Deklarasi Emirates dimana Indonesia pun mendukung dan menyepakatinya.Â
Indonesia: Rehatlah Sejenak dari World System Theory Untuk Kewarasan Berkonsep dan Beraksi Untuk Sistem Pangan Masa Depan Dengan Versi Sendiri Sesuai Dinamika Ekologisnya
Sebagai perwakilan penyimak di COP 28 Paviliun Sistem Pangan, tentunya ada beberapa hal tidak bisa diadaptasi, diadopsi, bahkan dijiplak habis-habisan, tetap sesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi terdekat untuk bertransformasi dan semuanya dimulai dari hal-hal kecil nan sederhana yang bisa dilakukan setiap hari sebagai proses persistensi dari mulai individu, tidak yang terlalu berekspektasi tinggi,tidak terkejar, kurang pendanaan, logistik nanggung dan ketidaksiapan Sumber Daya Manusia karena nyatanya belum terampil dalam memahami sistem pangan Indonesia, baik secara historis atau konsep futuris.Â
Apa itu World System Theory?
Ini adalah pemikiran para sosiolog dunia, kepopuleran World System Theory karena Immanuel Wallerstein seorang pemikir globalis yang terinspirasi oleh Karl Marx (bisa dibilang sebagai filsuf sosialis yang pemikirannya disebut dengan marxisme, sederhananya membahas teori sosial secara kritis).
Wallerstein menulis buku berjudul: Modern Wolrd-System I: Capitalist Agriculture and the Origins of European World Economy in the 16th Century yang intisarinya adalah membahas pembentukan awal sistem dunia kapitalis pada abad ke-16.
Fokusnya adalah transformasi pertanian kapitalis di Eropa dan peran penting perdagangan global dalam membentuk struktur ekonomi dunia.