Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

COP 28: Mandegnya Transformasi Sistem Pangan, Saatnya Indonesia Rehat dari World System Theory

3 Januari 2024   10:27 Diperbarui: 5 Januari 2024   07:25 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua belas hari lamanya konferensi perubahan iklim di Dubai selama bulan Desember 2023 dari Paviliun Sistem Pangan yang hadiri oleh beberapa orang yang berlatar belakang lintas sektoral dan dari berbagai kalangan dari beberapa negara, sebelumnya pada COP 27, sebagai kali pertama adanya pembahasan sistem pangan pada konferensi ini, artikel sebelumnya membahas bagaimana Indonesia bisa bertransformasi dari terjemahan pesan kunci secara global.

Deklarasi Emirates 

Sebelum mengetahui pesan kunci pada konferensi ini, telah diadakan deklarasi Emirates atau dikenal dengan sebutan UAE Declaration/Emirates Declaration untuk keberlanjutan pertanian, resiliensi sistem pangan dan aksi iklim. Intisari dari deklarasi ini ada 5 poin penting:

1. Peningkatan Kegiatan dan Respon Adaptasi dan Ketahanan Pangan 

Hal ini menyasar pengurangan kerentanan semua petani, nelayan, dan produsen pangan terhadap perubahan iklim yang melibatkan dukungan keuangan serta teknis yang mengarah pada berbagai solusi, pembangunan kapasitas seperti perkembangan infrastruktur dan inovasi serta peringatan dini yang berkaitan dengan respon adaptasi ketahanan pangan karena dampaknya, perlunya mempromosikan ketahanan pangan dari mulai produksi hingga tahap gizi yang berkelanjutan dengan prinsip terus lestari, terlindungi, dan bersinergi pada pemulihan alam juga. 

2. Mendorong Keamanan Pangan dan Gizi

Untuk bisa memaksimalkan upaya mendukung kelompok rentan terlebih sistem perlindungan sosial, program pemberian makan untuk anak sekolah, dan program pengadaan publik untuk gizi masyarakat, sehingga bisa mengembangkan penelitian dan inovasi untuk kebutuhan khusus perempuan, anak-anak, dan pemuda, masyarakat adat, petani kecil, petani keluarga, komunitas lokal. dan orang-orang dengan disabilitas.

3. Mendukung Pekerja dalam Pertanian dan Sistem Pangan

Tentang para pekerja di sektor pertanian dan sistem pangan seperti: perempuan dan pemuda yang mata pencahariannya terancam oleh perubahan iklim, serta melindungi pekerjaan secara inklusif dan layak melalui pendekatan yang sesuai dengan konteks sistem pangan (dari mulai peningkatan, penyesuaian, dan diversifikasi pendapatan) 

4. Pengelolaan Air Terpadu

Memperkuat pengelolaan air terpadu dalam sistem pertanian dan pangan untuk seluruh tingkatan dengan tujuan memastikan keberlanjutan dan mengurangi dampak buruk pada komunitas yang bergantung pada air. 

5. Memaksimalkan Manfaat Iklim dan Lingkungan

Tujuannya mengurangi dampak berbahaya pada pertanian dan sistem pangan dengan cara: melestarikan, melindungi, memulihkan tanah dan ekosistem alam, meningkatkan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati serta beralih dari praktik yang menghasilkan gas rumah kaca tinggi ke pendekatan produksi dan dan konsumsi yang ramah lingkungan, termasuk mengurangi kerugian dan pemborosan pangan yang dibarengi dengan mempromosikan pangan biru/pangan air berkelanjutan. 

Apa Pesan Kunci COP 28 dari Paviliun Sistem Pangan?

Hasil deklarasi emirates yang terhubung dengan deklarasi COP 28 UAE mengarah pada pertanian berkelanjutan, sistem pangan tangguh, dan tindakan perubahan iklim dengan harapan masa depan masih hampir sama dengan berbagai antisipasi dan solusi problema ekologi sebelumnya yang menagih beberapa hal seperti:

Ancaman iklim mengancam ketahanan pertanian dan sistem pangan.

Hal ini menyeret persoalan kompleks dari eksistensi kelaparan global, malnutrisi (kondisi tidak tercukupinya kebutuhan gizi), tekanan ekonomi yang banyak terhantam efek dari menurunnya pergerakan uang, dan fenomena yang disoroti dunia adalah dampak besar konflik sosial-ekonomi yang langsung menurunkan kelompok rentan menjadi kelompok marjinal/tersisihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun