Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Ngayogjazz 2023: Masyarakat, Budaya, Makanan, dan Musik Jazz dari Dusun

20 November 2023   09:13 Diperbarui: 20 November 2023   15:15 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumentasi pribadi

Ngayogjazz 2023 sedang mencoba membuktikan implementasi inklusivitas, bahkan panggung penampilnya pun berada di dusun, tempat di mana hal-hal kontras tentang fasilitas publik terlihat jelas bahkan bisa dirasakan sebagai pengalaman empiris. Jadi, jika obrolan urbanisme menggelegar di jagad maya, itu hanya untuk area seputarnya saja. 

Ketika ada suara sumbang yang mengatakan "Jazz bukan musik Indonesia". Memanglah bukan musik asli Indonesia jika ditelusuri dengan pendekatan etnomusikologi, perkembangan musik jazz di Indonesia melalui perjalanan yang tidak sebentar.

Diawali dari pengaruh kolonial Belanda yang membawa dan mencari peruntungan musik jazz dengan membawa musisi-musisi dari Eropa bahkan Amerika untuk diperkenalkan ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, hingga musik jazz berkembang, terpengaruh, adanya persilangan dan kombinasi dengan musik-musik tradisional karena alat musik tradisional Indonesia memiliki harmonisasi ketika digabungkan dengan musik jazz

Bahkan musik klasik jazz yang lawas dan acara-acara musik jazz sering diadakan di hotel-hotel Jakarta (dahulu Batavia) dampaknya masyarakat metropolis jauh mengenali jazz lebih dahulu dibanding masyarakat sub-urban bahkan pedesaan. 

Ngayogjazz 2023, ketika melihat debut pertamanya, karena di tahun 2023 ini merupakan acara ke-17 artinya sudah ada beberapa acara sebelumnya yang mengusung jazz di perkampungan.

Hal ini sangat brilian, karena hanya dengan berkesenian, menikmati pagelaran, bahkan hanya ingin menyimak saja musik jazz sudah dekat dengan masyarakat, selain itu dalam perkembangan perekonomian ketika pagelaran musik diadakan di kabupaten, dusun, atau pedesaan bahkan perkampungan hal ini akan memberikan dampak baik seperti: 

1. Warga dilibatkan dalam pagelaran berkesenian dan bercampur untuk kolaborasi karena saling memiliki, bahwa acara ini melibatkan banyak orang. 

2. Perekonomian masyarakat dusun bertambah bahkan meningkat, banyak masyarakat dan warga desa yang berjualan entah itu souvenir, jajanan, jenis-jenis kuliner, makanan tradisional, minuman tradisional, bahkan kuliner kekinian yang harganya tidak terlalu mahal yang diolah oleh warga desa. 

3. Tidak ada batasan kelas sosial ketika semua orang menikmati musik jazz di dusun, yang ada adalah saling menghargai dan apresiasi akan suatu tempat, budaya yang hadir di daerah, dan bertata krama. Hal yang jarang diperhatikan kembali tentang bagaimana menata bahasa, perilaku, sikap, dan menjadi humanis akhir-akhir ini. Suasana desa mengembalikan sejenak bagaimana menjadi warga masyarakat dan manusia sosial. 

Perihal musik jazz bukan musik asli Indonesia, hal ini menjadi pertanyaan umum tentang mengapa selalu ribut tentang asal-usul, sedangkan persilangan budaya bisa mendobrak berbagai potensi lokal untuk suatu perkembangan yang justru lebih relevan dan diminati karena berbeda zaman. 

sumber gambar: tedgioia.com
sumber gambar: tedgioia.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun