Bahkan meat lovers/pecinta daging pun ada kelompoknya seperti kelompok masyarakat pastoralis  pun ada, pastoral adalah yang memelihara hewan ternak, tentu saja tingkat konsumsi dagingnya lebih tinggi.Â
Lalapan untuk orang sunda sendiri tidak hanya pelengkap lauk-pauk, namun sudah seperti sumber pangan yang berlimpah, karena kebiasaan menanam di pekarangannya yang pada generasi sebelumnya tanaman-tanaman yang dijadikan lalapan digunakan sebagai pagar rumah, perubahan menjadi pagar besi itu setelah rumah-rumah modern semi industrialis dan minimalis menjadi populer.
Â
Sebelumnya pagar-pagar rumah orang sunda berisi kumpulan tanaman lalapan seperti : terong hijau, daun mangkok, paria/pare, daun kedongdong leuweung/hutan, kumis kucing, terong ungu, pepaya, bahkan singkong-singkong yang ketinggiannya tidak panjang karena mengikuti area pekarangan, disitu menambah fungsi ganda karbohidratnya dari umbi singkong, daun singkongnya digunakan lalapan bahkan dibuat sayur dengan santan dan cabai.Â
Betapa hal-hal seperti ini adalah pasokan ketersediaan pangan, namun adanya modernisme hal-hal menyediakan pangan mandiri seakan enggan karena adanya pasokan yang lebih mudah yaitu : membeli dan mengandalkan yang jualan, padahal prinsip orang sunda terdahulu sudah amat sangat mendukung ketahanan pangan keluarga.Â
Prinsipnya orang sunda jika ingin hidup yang dikatakan kolot baheula/orang tua zaman dahulu sebagai berikut :Â
Imah urang sunda kudu deukeut ka sawah, tukangeun imah kudu aya balong keur lauk, hareupeun imah kebon anu eusina keur lalab, gigireun imah keur kandang hayam, sapi, domba (iinguan). Sangkan teu kalaparan sapopoe.Â
Yang artinya :Â
Rumahnnya orang sunda harus dekat dengan sawah (bermaksud sumber karbohidratnya kan masih nasi dimana hal ini sudah menjadi makanan pokok yang belum bisa tergantikan karena didukung oleh demografinya yang cocok untuk bercocok tanam komoditas padi), belakang rumahnya orang sunda harus ada kolam, hal ini untuk sumber proteinnya yaitu ikan air tawar yang bisa dibudidayakan, depan rumahnya harus kebun yang isinya komoditas tanaman yang bisa dimakan yaitu sumber lalapan, pinggir rumahnya untuk kandang yaitu untuk menampung hewan ternak seperti : ayam kampung, domba, kambing, bahkan sapi selain untuk membajak sawah dan keperluan beternak, ya untuk konsumsi protein hewani lainnya dan sumber pertumbuhan ekonomi dari jual beli hasil budidaya, Agar tidak kelaparan.Â
Sayangnya, modernisme dan developmentalisme menghilangkan prinsip-prinsip hidup tradisional-komunal untuk kepentingan administratif dan digital yang belum tentu bisa memenuhi ketersediaan sumber pangan individu bahkan keluarga, maka ada satu kebiasaan yang hilang yaitu : pelestarian tradisi dimana di zaman modern tergantikan oleh inovasi teknologi yang harganya sama saja bahkan jauh lebih mahal daripada melestarikan kebiasaan yang sering dianggap kampungan.
Orang sunda bisa menjadi vegan ketika musim paceklik atau kemarau, karena yang dikonsumsi adalah umbi-umbian, buah-buahan dari kebun, dan lalapan yang difungsikan sebagai sayur dan pepesan.Â