Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ketika Orang Sunda Menjadi Vegan Murni

8 Juli 2023   09:05 Diperbarui: 8 Juli 2023   10:44 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : dokumentasi pribadi

Bisakah jenis makanan dan pola makan mendefinisikan seseorang ? jawabannya bisa iya bisa tidak, namun ketika membahas jenis konsumsi seseorang, maka hal ini bisa mendefiniskan pola makan dan jenis makanan dari kelompok pangan yang dimakan.

Ada begitu banyak jenis-jenis konsumsi seseorang dengan sebutan-sebutan yang diadopsi dari negara-negara di Eropa seperti gerakan vegan diinisiasi oleh Donald Watson (The Vegan Society) , seorang advokat yang menangani kesejahteraan hak hewan dari Inggris, pendapatnya cukup kontroversial karena seakan-akan melarang manusia menggunakan hewan, singkatnya Watson memberikan narasi bahwa : 

hewan-hewan banyak dipekerjakan namun tidak dipenuhi hak-haknya untuk hewan, seperti : kuda tarik digunakan untuk membajak, sapi diperas untuk memberikan susu padahal susu sapi untuk sapi, ayam memberikan telur, telur akan menghasilkan anak ayam jika tumbuh dan berkembang , ayam jantan dipaksa bereproduksi dengan ayam betina dari manapun, domba diambil bulunya untuk wol, Babi pun digunakan untuk konsumsi dan diolah oleh industri, apa yang sudah diberikan manusia untuk hewan jika kelompok hewan dilakukan demikian ?

Pemikiran Watson cukup sejalan dengan Eva Haifa Giraud, ahli teori budaya kritis yang fokus penelitiannya mencakup aktivisme dan non-antroposentris (tidak pendekatan yang tidak mengutamakan manusia sebagai pusat segala hal). 

Eva menulis buku berjudul Veganism : Politics, Practice, and Theory yang menegaskan bahwa gerakan veganisme itu menyangkut politik yang berdampak bagi ekonomi, politik, budaya dan jenis konsumsi. 

Veganisme bukan sekadar semangkuk salad, namun ada hak-hak suara ketertindasan dan perbudakan, pola konsumsi hanyalah bagian dari rutinitas dan pilihan saja. 

Selebihnya ada gerakan untuk menyuarakan berbagai hak dan tentunya pasti tidak akan berjalan mulus, selalu ada hal yang dijual entah makanan sehat atau bahkan non-pestisida yang lebih organik, memang harga akan jauh lebih tinggi namun harga itu sebanding jika efek konsumsi yang berlebihan dan rakus pada kerusakan lingkungan dari pertanian-pertanian konvensional dan peternakan korporasi. 

 sumber gambar : instagram.com/indonesianfoodanthropology
 sumber gambar : instagram.com/indonesianfoodanthropology

Orang Sunda, Lalapan, dan Vegan 

 sumber gambar : dokumentasi pribadi
 sumber gambar : dokumentasi pribadi

Bagaimana jika gerakan vegan terjadi di Indonesia bahkan di daerah orang sunda ? Jangankan gerakan vegan, gerakan frutarian (pemakan buah) amat sangat lengkap semua ada di Indonesia ini, karena keberkahan geografis yang tropis menjadikan Indonesia mau masuk dalam gerakan pola makan manapun akan masuk dan cocok, disebut gerakan vegan, akan ada karena orang sunda di perbukitan sumber pangannya adalah tanaman liar yang bisa digunakan untuk diolah menjadi sayuran, orang-orang pesisir disebut pescatarian (karena memang kesehariannya konsumsi ikan dan jarang menikmati daging sapi atau unggas lainnya). 

Begitu juga kelompok masyarakat di perkebunan akan lebih banyak mengkonsumsi kopra dan buah-buahan tropis lainnya dan mengurangi karbohidrat karena kandungan gula sederhananya sudah berlimpah dari komoditas buah-buahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun