Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Masihkah Berburu Instagenic Food sebagai Kudapan?

6 April 2023   09:12 Diperbarui: 7 April 2023   07:18 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mie Nyemek| Dok istockphoto.com

Semenjak instagram didirikan pada tahun 2010 oleh Kevin Systron dan Mike Krieger, di mana sasaran penggunanya adalah para pengguna iPhone dan lama-lama para pengguna Android dan situs web bisa menggunakannya sesuai perkembangannya baik dengan banyak fitur disajikannya yang bisa dinikmati oleh para penggunanya yang dikenal dengan sebutan instagrammer. 

Menilik tujuan awalnya dibuat Instagram, Kevin dan Mike ingin membuat dan memberikan ruang atau media berbagi foto dengan teman-temannya melalui gambar-gambar dengan cepat dan mudah, dan para pengguna instagram awalnya memanglah para fotografer, pecinta seni, dan para pekerja visual grafis yang bisa dikenali dengan berbagai tagar yang digunakan dan menjadi dokumentasi visual. 

Seiring berjalannya waktu namanya juga media dan ketika media sosial sudah untuk umum, bermunculanlah postingan-postingan yang memang meraih respon yang baik membagikan apapun yang dimiliki dan semakin acak instagram menjadi senjata ajang promosi. 

Apalagi ketika beberapa publik figur, politisi, dan banyak Instagram official dari beberapa instansi serta toko daring bahkan beberapa restoran, kedai kopi, dan banyak hal yang menggunakan instagram sebagai sarana eksistensi diri dibanding media sosial lainnya, karena pengguna Instagram jauh lebih aktif dan responsif. 

istockphoto.com
istockphoto.com

Sekarang instagram sudah banyak fiturnya dimulai dari: 

  • Instagram story yang memang bisa difungsikan sebagai info cepat berbagai informasi, termasuk iklan promo diskon potongan harga sebuah makanan yang bisa menuju kode voucher bahkan link pembelian cepat bagi calon konsumen.
  • Instagram reels juga memiliki kekuatan untuk menarik banyak penonton apalagi jika penggunanya paham akan beberapa musik yang lagi hits dipadukan dengan kalimat yang membujuk atau gen Z bilang "lebih relate aja dengan hidupnya"
  • Instagram live dan IGTV digunakan untuk temu kangen yang ga ribet bisa langsung di klik saja tanpa harus registrasi untuk melihat berbagai event atau jika ingin menyimak dan berkomentar jika para pengguna instagram sedang melakukan live untuk publik termasuk makan bareng atau melakukan live ketika sedang di tempat kuliner, dan penontonnya selalu ramai karena penasaran, ingin mendapatkan rekomendasi makan enak dan cita rasa baru, bahkan sekadar tayangan hiburan yang memang jarang ditemukan di televisi masa kini yang terlalu banyak iklannya dan sudah tidak terlalu menarik karena bisa ditonton pada kanal youtube. 

Instagenic Food

Istilah ini untuk menyebut beberapa tampilan makanan atau minuman bahkan komoditas pangan yang termasuk bahan-bahan makan dari berbagai jenis ditampilkan atau diposting pada media sosial instagram dengan beberapa deksripsi penjelasan yang sesuai dengan postingan foto. 

Apa Fungsi Instagenic Food bagi Para Pengguna Instagram? 

Jika menelaah tujuan awalnya diciptakan instagram adalah untuk membagikan foto yang digunakan oleh para fotografer hal ini sejalan dengan tulisannya Nicole S. Young tentang Food Photography: From Snapshots to Great Shots bahwa tukang potret bukan hanya seputaran acara pernikahan, foto studio, foto jalanan, tapi ada para pekerja lepas yang khusus untuk memotret makanan, sebutannya adalah Food Photographer atau forografer makanan. 

Karena Instagram adalah media sosial yang lebih mengutamakan hal-hal: ciamik, estetik, dan grafik. Maka tidak sedikit para fotografer makanan pun banyak mempostingnya di instagram. 

Menurut Young, gambar atau foto makanan yang menarik dan menghasilkan foto yang berkualitas tinggi dan dengan postingan menarik yang sesuai dengan tampilan, Young menyebutkan bahwa tata letak makanan itu penting, kesesuaian makanan dengan warna, tekstur,dan aksesoris yang tepat akan berpengaruh pada foto makanan karenanya perlu ada pengaturan yang seimbang jika tujuannya adalah fotografi. 

Karena kekuatan fotografi dan media sosial, maka para pengguna instagram lain yang memang memiliki beberapa gawai (katakan ponsel canggih dengan beberapa fitur pelengkapnya untuk mengedit hasil jepretannya pada berbagai objek terutama objek makanan adalah hal termudah ditemui dan bahkan hampir tanpa modal. 

Katakanlah jika kesehariannya memang sarapan dengan sandwitch, susu, dan salad yang memang dengan kemampuan finansialnya mampu untuk hal tersebut kemudian diposting di instagram, hal ini akan menarik perhatian, apalagi ditambahkan deskripsi 

"Healthy Food With Good Vibes", 

dan responnya pun beragam dari para pengguna instagram lain ada yang iri seringnya berkomentar: 

"itukan anda kaya raya, lah kita mah makan nasi kering dari mejikom sisa kemaren ge udah syukur", 

Beda lagi dengan respon positif lain seperti 

"wah enaknya, bagi resepnya dong kak"

Memang, itulah media sosial bahkan yang tidak kenal pun bisa menjadi orang yang terdekat yang paling mengerti dengan penggunanya, hal inilah yang perlu disadari dan hanya pengguna media sosial yang bijak yang bisa mengendalikannya. 

Berbeda lagi dengan jawaban dari Jason G. Miles yang menulis bahasan yang rupanya relevan dengan keadaan instagram sekarang yaitu instagram sebagai media eksistensi baik untuk objeknya dan penggunananya.

Miles menulis buku berjudul "Instagram Power: Build Your Brand and Reach More Customers with the Power of Pictures" membahas beberapa fenomena yang terjadi.

Miles melihat para pengguna Instagram yang memang mengutamakan tampilan visualnya, termasuk pamer apa yang mereka makan agar mendapatkan suatu atensi dari para pengikutnya atau pengguna lain, dan disitulah popularitas akan secara cepat mengubah para pengguna Instagram ini, terlebih jika sudah menjadi suatu pekerjaan dan ada bayarannya dari berbagai postingan. 

Miles melihat Instagram adalah alat pemasaran yang mudah dijangkau dengan pengikut dan pengguna banyak dan inilah sasaran empuk dijadikan pelanggan bagi produsen karena penggunanya memang ketagihan dan ketergantungan.

Pasar di Instagram terlebih makanan sangat mudah menarik konsumen untuk lebih konsumtif karena memainkan emosi pengguna "jika belum merasakan makanan ini ketinggalan dan ga gaul" intinya demikian, dan buku ini memberikan petuah bahwa memang visual yang baik akan mendongkrak pasar dengan sendirinya, hanya karena estetika, tidak heran jika geliat kuliner itu selalu paling laris setelah pakaian.

Karena cita rasa seseorang dipermainkan pasar dan popularitas dengan dibumbui viral. Siapa yang tidak mau ketinggalan dalam hal ini ? 

Apa Saja yang Biasa diposting Para Instagrammer untuk Instagenic Food? 

Semenjak ada banyak pemengaruh atau influencer makanan dan minuman, tentunya magnetnya postingan dan menjadi tren adalah makanan-makanan yang tidak biasa dan bukan makanan keseharian, banyak sekali hal-hal mustahil bagi beberapa pengguna Instagram lainnya dan pada akhirnya para pengguna rela mengeluarkan banyak uang hanya demi mencoba karena penasaran dan terbawa suasana setelah melihat postingan. 

Biasanya memiliki daya tarik visual yang bikin ngiler, warna-warna pun cerah sesuai dengan teknik presentasi fotografi yang menggugah selera dan membuat khayalan rasa bahwa makanan atau minuman ini akan amat sangat nikmat bahkan akan membuat status sosial terdefinisikan termasuk kalangan bukan orang biasa (manusia kan ingin seperti itu pada kenyataannya, suatu pengakuan atau validasi sekali), terlepas makanan ini lokal atau bukan. 

Rumusnya hanya: menarik dan viral. Soal cita rasa itu bukanlah prioritas. 

Ada beberapa jenis makanan yang disukai para instagrammer untuk memposting Instagenic Food diantaranya: 

  • Sajian buah-buahan dengan campuran smoothie ditaburi beberapa toping sereal (apakah makanan seperti ini yang biasa disantap setiap pagi ketika berangkat sekolah, bekerja, bahkan harga havermuth saja sudah mencapai 15 ribu untuk 1 onsnya, secara realita apakah pendapatannya bisa menjawab postingannya ?)

istockphoto.com
istockphoto.com

Gaya santapan dan kudapan orang-orang Eropa bahkan ala-ala keluarga raja-raja Eropa, memang tidak ada yang salah, namun melihat perkembangan budaya pop dengan kondisi ekonomi yang jika secara jujur melihat ke tempatnya langsung amat sangat berbeda.

Maka dari itu kedai-kedai kecil orang lokal dengan tampilan seadanya akan sangat ketar-ketir yang biasanya menyajikan menu dadar gulung dengan kopi hitam hangat atau teh hangat jeruk nipis akan tidak instagenic food. 

Hal ini akan sangat jauh sekali jika yang diusung selalu kedaulatan pangan atau kuliner, karena selalu berbanding terbalik dengan postingan dan keinginan berbagai generasi. 

Bisa sih hal-hal tradisional berkompetisi tapi harus banyak dukungannya dari berbagai pihak minimal dari para penikmatnya. Masalahnya para penikmat kuliner tradisional dan makanan yang tidak instagenic adalah para generasi terdahulu.

Hal ini karena generasi terdahulu amat sangat tidak ribet untuk masalah makan dan cita rasa, bahkan cukup dengan suhunya tersaji panas dan masih ngebul pada semangkuk soto kudus, itulah kenikmatan tiada tara. Hal ini juga karena usia pengguna instagram kebanyakan generasi muda.

istockphoto-589133362-612x612-642f60d908a8b548045c9462.jpg
istockphoto-589133362-612x612-642f60d908a8b548045c9462.jpg
sumber gambar : istockphoto.com

Kopi dan minuman-minuman yang amat sangat estetik dan tidak peduli kualitasnya, kebanyakan memang membeli makanan atau minuman untuk kebutuhan fotografi bukan untuk kenikmatan gastro/perut/lambung. 

Hal ini cukup membahayakan karena jika hal ini adalah gaya hidup, berapa pengeluaran makan dan minum untuk setiap menikmati makanan? Padahal ada banyak alternatif makanan dan minuman enak yang betul-betul dibutuhkan untuk fungsi pencernaan. 

istockphoto-1411720693-612x612-642f60f6eb51ce1411217a92.jpg
istockphoto-1411720693-612x612-642f60f6eb51ce1411217a92.jpg
sumber gambar : istockphoto.com

Makanan manis yang memang sayang disentuh, biasanya kue-kue dan kelompoknya, hal ini akan sangat fungsional untuk kepentingan pesta, karena akan mendukung tema acara, namun apabila dikonsumsi setiap saat dan menjadi ketagihan oleh generasi muda bahkan anak-anak? 

Disitu ada komponen gula yang berlebihan dan memicu penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, dan gangguan gizi lain yang harga perawatan kesehatannya jauh lebih mahal daripada sakit biasa karena tata laksananya harus rutin, sedangkan tujuan makan bukan hanya untuk kenikmatan saja bukan? 

Namun, untuk kesehatan juga agar fungsi tubuh maksimal sehingga manfaatnya terasa, misalnya memilih menikmati pisang ambon daripada pisang impor, khasiatnya jelas kalsium untuk fungsi tubuh dan menambah mood baik, memakmurkan petani lokal, dan bisa diolah menjadi sajian nikmat lainnya, memang tampilannya akan tidak instagramable atau bukan instagenic food. Namun manfaatnya memiliki nilai yang tidak sebanding dengan nilai tombol "like and share" pada media sosial.

istockphoto-492425360-612x612-642f610beb51ce15520a1992.jpg
istockphoto-492425360-612x612-642f610beb51ce15520a1992.jpg
sumber gambar : istockphoto.com

Jadi, Ga Boleh Nih Posting Posting Makanan Estetik? 

Tentu saja itu menjadi kebijakan pengguna Instagram, namun hidup itu tidak selalu berlandaskan standar media sosial dan realita hiduplah yang akan membawa keberkahan dan kenikmatan sebenarnya, apalagi jika kekuatan finansial belum mampu sampai dalam hal-hal estetika, dan mulailah memposting sesuatu bukan untuk estetika saja namun ada suatu nilai yang ditunjukkan bagi publik, jadi tidak terdapat ketimpangan lagi. 

Justru Instagenic Food akan sangat membantu untuk meraup keuntungan jika memiliki idealisme pada makanan-makanan yang menjadi identitas budaya dan generasi muda yang mempopulerkannya dengan bersahaja. 

Namun, ketika dalam keadaan lapar tentu saja keperluan makanan layak santap dan terjangkau untuk keberlanjutan kebutuhan makanan.  

Mengikuti tren dan menikmatinya sesekali tentu saja boleh, yang menjadi bahaya dan membawa dampak buruk adalah hal-hal konsumtif yang tidak tertahan, gengsi ketinggian, butuh pengakuan maya, dan tidak bersyukur dan minder akan apa yang disantap pada kenyataannya. 

Rasanya makanan-makanan non-instagenic food pun masih layak posting, jika ingin berdaulat akan identitas rasa. Sesekali tidak mengikuti tren yang diciptakan mayoritas boleh, kan? Seperti Mie Nyemek ini. Memang tidak estetik dan terlihat murah, semua hanya tentang persepsi saja. 

Mie Nyemek| Dok istockphoto.com
Mie Nyemek| Dok istockphoto.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun