Karena kekuatan fotografi dan media sosial, maka para pengguna instagram lain yang memang memiliki beberapa gawai (katakan ponsel canggih dengan beberapa fitur pelengkapnya untuk mengedit hasil jepretannya pada berbagai objek terutama objek makanan adalah hal termudah ditemui dan bahkan hampir tanpa modal.Â
Katakanlah jika kesehariannya memang sarapan dengan sandwitch, susu, dan salad yang memang dengan kemampuan finansialnya mampu untuk hal tersebut kemudian diposting di instagram, hal ini akan menarik perhatian, apalagi ditambahkan deskripsiÂ
"Healthy Food With Good Vibes",Â
dan responnya pun beragam dari para pengguna instagram lain ada yang iri seringnya berkomentar:Â
"itukan anda kaya raya, lah kita mah makan nasi kering dari mejikom sisa kemaren ge udah syukur",Â
Beda lagi dengan respon positif lain sepertiÂ
"wah enaknya, bagi resepnya dong kak"
Memang, itulah media sosial bahkan yang tidak kenal pun bisa menjadi orang yang terdekat yang paling mengerti dengan penggunanya, hal inilah yang perlu disadari dan hanya pengguna media sosial yang bijak yang bisa mengendalikannya.Â
Berbeda lagi dengan jawaban dari Jason G. Miles yang menulis bahasan yang rupanya relevan dengan keadaan instagram sekarang yaitu instagram sebagai media eksistensi baik untuk objeknya dan penggunananya.
Miles menulis buku berjudul "Instagram Power: Build Your Brand and Reach More Customers with the Power of Pictures" membahas beberapa fenomena yang terjadi.
Miles melihat para pengguna Instagram yang memang mengutamakan tampilan visualnya, termasuk pamer apa yang mereka makan agar mendapatkan suatu atensi dari para pengikutnya atau pengguna lain, dan disitulah popularitas akan secara cepat mengubah para pengguna Instagram ini, terlebih jika sudah menjadi suatu pekerjaan dan ada bayarannya dari berbagai postingan.Â