Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ketika Youtuber Pemula Menawarkan "Bayar Pakai Exposure" untuk Pariwisata Gastronomi

3 April 2023   08:32 Diperbarui: 5 April 2023   02:35 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah bayar pakai exposure memanglah tidak asing, karena kekuatan fans minimum yang ribuan bahkan jutaan, apalagi dibuktikan dengan banyaknya penonton yang memberikan reaksi. 

Sebetulnya sah-sah saja jika saling sepakat diawal, namun yang terjadi adalah keuntungan yang didapat biasanya sepihak saja yaitu hanya milik konten kreator, itu yang menjadi problem bagi para pemilik bisnis baik produk atau jasa, karena ada produk dan jasa yang ditawarkan untuk menutupi modal. 

Memang sejauh ini di Indonesia belum memiliki standar yang dikeluarkan dinas ketenagakerjaan dalam aturan pekerja kreatif ini alias masih menggunakan metode "ga enakan", padahal jika hal ini sudah menjadi kebutuhan pasar, harus diberlakukan juga beberapa aturan untuk sama-sama melindungi pembuat konten dan yang akan diliput. 

Terlalu banyak citizen journalist juga jadi berantakan dan banyaknya konten kreator yang segera ingin viral dan populer, kadang mereka tidak riset dan laporan spontan saja. 

Beda dengan jurnalis kredibel yang jika ingin melaporkan sesuatu memiliki skrip tersusun, minimal punya intisari dari hasil dokumentasi atau observasi dan tentunya ada izin terlebih dahulu atau sesuai prosedur. Sehingga publik mengenal "oh dari stasiun tv". 

Beda dengan individu yang namanya belum populer, publik pun enggan, apalagi jika sampai membongkar rahasia dapur atau resep yang belum disepakati. 

Saya akan menceritakan pengalaman melayani jasa pariwisata gastronomi untuk salah satu Youtuber yang fokus meliput wisata makanan berbasis budaya ketika tahun 2016, di mana menjadi Youtuber dengan 5000/5k subscribers adalah hal yang besar, karena belum setenar sekarang, namun iklan sudah masuk bagi pembuat konten/Youtuber ini. 

Berikut adalah pelajaran yang saya dapatkan dari kehadiran Youtuber pemula saat menikmati jasa pariwisata gastronomi yang saya tawarkan: 

Ketika saya membuka jasa pariwisata gastronomi, saya sudah memberi harga 1x tur gastro tourism adalah Rp150.000 (sudah termasuk makan, e-certificate, dan materi yang diberikan dalam e-paper dengan 5 destinasi kunjungan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan wisata). Dalam keterangannya saya memberikan 50% diskon bagi media/pers bagi yang ingin meliput. 

Kendalanya adalah kadang para konten kreator selalu memaksa atas nama popularitas, padahal saya tidak peduli seberapa populernya media atau individu tersebut, bagi saya adalah saya menjual jasa pariwisata gastronomi dan bagi hasil dengan beberapa mitra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun