Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Pesan Moral Animasi Pendek "Let's Eat": Makanan adalah Pemersatu Perasaan yang Saling Terhubung

26 Februari 2023   23:22 Diperbarui: 27 Februari 2023   21:10 6066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: letseatshortfilm.com

Apa yang bisa diharapkan dari film animasi berdurasi pendek? Jawabannya pasti tidak ada. Memang tidak ada bahkan 8 menit hanya cukup menikmati dua iringan lagu pop saja, bukan? 

Namun, berbeda dengan animasi pendek karya Dixon Wong di mana Wong adalah seorang penulis dan sutradara film Amerika, dan merupakan salah satu pemilik Anamon Studios, sebuah studio independen kecil yang berbasis di San Francisco. 

"Let's Eat" adalah film pendek animasi berdurasi 8 setengah menit, dan merupakan debutnya sebagai penulis dan sutradara.

Dia ingin bercerita tentang bagaimana seseorang sering kehilangan pandangan dan meremehkan orang, dan untuk menunjukkan penghargaan kepada mereka yang menjaga dan mendukung setiap anak sejak awal adalah orangtua, seburuk apapun orangtua, dalam lubuk hati terdalamnya ingin mengusahakan agar anaknya kelak dapat bertumbuh dengan baik.

Ego inilah yang harus dilebur dan film ini kembali mengingatkan dan menyadarkan walau tidak banyak dialog, tapi gerak-gerik tokohnya menyampaikan pesan dengan baik. 

Sinopsis Let's Eat 

Jika melihat deskripsi singkat yang dipublikasikan pada website resminya, Let's Eat adalah film pendek animasi berdurasi 8 menit yang berpusat pada hubungan antara ibu dan anak dalam keluarga imigran Tionghoa-Amerika.

Film ini berusaha menyajikan tontonan pada semua golongan untuk menjadi kisah universal yang diceritakan melalui suara khas Asia-Amerika. 

Sebagai orangtua tunggal di negara asing, seluruh hidup Ma (Ibu Luan) berpusat pada membesarkan Luan, anak perempuannya yang nakal.

Demikian pula, Luan menghabiskan masa kecilnya dengan menikmati waktu berkualitas tanpa akhir dengan ibunya yang suka bermain dan penyayang. 

Namun, saat Luan tumbuh dewasa, tidak lama kemudian kehidupan sehari-hari mengganggu dan menyebabkan ibu dan anak perempuannya berpisah.

Dengan menyalurkan perasaan mereka ke dalam masakan, keduanya berusaha untuk menemukan jalan kembali satu sama lain, satu makanan rumahan pada satu waktu.

Kisah Ma dan Luan menyentuh hubungan ibu dan anak perempuan, pengalaman imigran Amerika, dan terjemahan cinta yang tak terucapkan ke dalam makanan mengubah cara pandang baru yang sering diabaikan dan terabaikan karena kesibukan masing-masing yang semakin hari anak semakin dewasa.

Begitu juga orangtua semakin hari semakin menua dan menuju tiada karena usia bahkan sudah mulai sakit-sakitan, dari fase inilah semuanya akan merasakan hal yang sama: Kehilangan momen, dimana hal-hal sederhanalah yang akan menjadi kenangan bahkan hidangan tak seberapa akan sangat berharga sekali. Bukan makanannya, melainkan dengan siapa menikmatinya dimana melalui masakan dan hidanganlah ekspresi yang tak terucap akan terasa.

Setidaknya ada empat hal atau momen yang bisa kita sorot dari film pendek animasi ini.

Pertama. Ma sebagai seorang ibu yang tetap menyajikan sarapan untuk Luan, walau malamnya sudah bertengkar hebat karena beda pendapat (Hal ini memang fase menjadi dewasa tanpa sesosok Ayah memanglah tidak mudah).

Hingga pada pagi harinya Luan tidak mau makan masakan ibunya, padahal ibunya menyiapkannya walau sedang bertengkar dan belum baikan, itulah cinta kasih seorang ibu. Dan momen inilah yang akan dirindukan Luan, ketika ibunya sudah tidak ada, Luan merindukan masakan ibunya. 

Kedua. Seburuk apapun hubungan ibu dan anak, tetaplah menjadi ibu tidaklah mudah, menebak cita rasa kesukaan anaknya yang semakin hari semakin dewasa dan menyesuaikan dengan cita rasanya sendiri, bisa saja Ma mengorbankan cita rasanya pada masakan kesenangannya demi Luan, agar Luan bisa menikmatinya. 

Keempat. Luan yang bertambah dewasa yang semakin sibuk dengan kegiatan dan pencapaian karir yang dengan perjuangan keras (terlihat beberapa cuplikan penghargaan yang diraihnya), membuat Luan lupa akan keberadaan ibunya di rumah yang sedang berulang tahun, tidak seperti Luan ketika kecil yang selalu memberikan ucapan selamat ulang tahun dengan kado terindah yang Luan gambar sendiri berubah gambar Luan, Ibu, dan balon.

Kali ini Luan lupa dan mementingkan kesibukan duniawinya karena karir. Ketika Luan pulang, ibunya yang sedang memasak sup, tergeletak dan dibawa ke Rumah Sakit sehingga diharuskan dirawat, Luan merawatnya hingga ibunya tiada. 

4. Setelah kepergian ibunya Luan, Luan pun memiliki seorang putri yang sangat cantik, dan Luan hanya menangis di dapur sambil memasak, karena mengenang momen hidupnya bersama ibu Luan yang telah tiada yang selalu dihabiskannya didapur: Bercanda, diajarinya memasak, bermain, bahkan bertengkar hingga menikmati kembali hidangan di dapur, aroma masakan terselimuti kasih sayang keduanya bahkan masakan ibunya luan adalah simbol rasa sayangnya pada anaknya.

Luan pun bersedih, namun anaknya adalah penyemangatnya, di mana Luan harus mencontoh kasih sayang ibunya dan harus tetap semangat dan ceria menghadapi anaknya. 

Reaksi Penyimak 

Secara pribadi, cerita film animasi pendek ini memang bukan alur yang sulit, namun kedekatan inilah yang sering terlupakan, rupanya banyak sekali pesan-pesan terselip dalam setiap cuplikannya melalui gerak-gerik pemainnya, bahkan pemainnya pun hanya 3: Ma, Luan, dan anak Luan.

Namun, intisari pesan sudah bisa ditangkap bahkan jika mengingat masakan seorang ibu atau wali bahkan orang yang pernah mengurus dari kecil, tak terasa akan meneteskan air mata, saking terharunya. 

Cerita film animasi ini begitu dekat dengan budaya orang Asia, dari Asia manapun dimana hubungan makanan atau hidangan selalu identik dengan perjuangan dan kepedulian seseorang yang jika salah seorang tiada, makanan yang sama selalu bisa mengingatkan kembali momentum berharga. 

Let's Eat rasanya perlu ditonton untuk menanamkan kembali keakraban hubungan keluarga yang merenggang lewat hidangan, dan hanya dengan pertemuan semuanya bisa tercurahkan, bahkan dengan pelukan untuk melepas kerinduan yang tidak sempat terucapkan. 

Salam dan Terimakasih untuk semua ibu yang sudah menyempatkan menghidangkan aneka masakan di rumah, peluk hangat dari anak-anakmu dari manapun. 

Filmnya bisa ditonton pada tautan berikut:


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun