Patut berterimakasih pada perkembangan yang terjadi dan generasi 80-90-an inilah sebagai penggerak segala perubahan pada hal-hal modern, namun berbicara cita rasa, masih ada turun-temurun dari generasi sebelumnya.
Tetapi menu-menu yang mendefinisikan kebebasan dan tidak kaku, generasi inilah yang berani menampilkan dan mencoba dan mereka sering menikmati sesuatu yang segar, panas, hangat di sore hari dengan rasa yang enak dan bisa diterima oleh semua kalangan seperti ini kalau di Tasikmalaya:Â
Dari satu menu saja:Â Bakso.Â
Bakso yang disukai generasi 90-90-an di Tasikmalaya itu banyak ragamnya ada yang menyukai Bakso babat, Bakso Tangkar, Bakso Kuah Kacang, Bakso Urat, Bakso Halus, Bakso Cincang, Bakso Ikan, Bakso Tusuk, Bakso Kecil. Itu baru dari bakso tapi eksperimen mengecap rasa dan perkembangan selera inilah yang membuat menu-menu bakso itu jadi berkembang dan banyak ragamnya.Â
Kelompok Masa Kini Setelah Tahun MilleniumÂ
Ada kesedihan juga melihat fenomena perkembangan kuliner, karena cara menikmati makanan sudah siap saji, mengikuti hal-hal viral dan umum dirasakan, namun masih potensial dikembangkan sebagai bisnis kuliner.Â
Ada beberapa hal yang hilang yaitu makanan tradisional yang tidak diminati karena tidak estetik atau terkesan kampungan.
Minuman tradisional sudah dianggap minuman murah yang tidak bisa menjadi suatu hal untuk menaikkan gengsi sosial, dan identitas makanan atau kuliner daerah tidak diekspos, harusnya yang muda yang memviralkan bahwa ada tradisi menikmati makanan dari daerahnya sehingga esensi budaya makannya yang viral dan tontonan netizen Indonesia jadi pengetahuan baru lewat influencer makanan.
Coba saja lihat kebiasaan sekarang itu nongkrongnya dimana jika sore hari?
Kedai kopi waralaba dari luar, kafe yang menyajikan menu-menu yang orangtuanya sendiri tidak pernah memberikannya atau tidak dinikmati secara rutin, Restoran dengan berbagai atraksi yang jauh dari etiket makan (makan itu adalah seni menikmati hasil olahan dengan keadaan baik, bukan untuk mendapat caci maki), Kuliner yang entah dari mana asalnya dan terbuat dari komoditas pangan yang bentuknya sudah serbuk dengan kemasan instan dan suasana individualis atau solitude (menyendiri).Â