Gastronomi masa kini juga tidak hanya menampilkan budaya dan seni makanan, tapi ada kontribusi dari para pemilik bisnis/nirlaba dimana hal ini menyumbang gagasan perubahan jenis gastronomi.Â
Gastronomi ke depannya harus sudah punya sistem pertanian yang bisa memenuhi komoditas pangan lokal dan tradisional sebagai warisan budaya dari negaranya.Â
Bahkan sekelas direktur FAO pun mengembalikan lagi pada kelokalan dan mengembalikan identitasnya.Â
Bukan berarti impor tidak baik, namun harus mengusahakan dulu potensi lokalnya dan hal ini berpengaruh bagi lapangan kerja dimana para pekerjanya harus diserap dari Sumber Daya Manusia lokal terlebih dahulu.Â
Betapa bijaknya sambutan arahannya. Dan ini cocok dengan karakteristik geografis dan budaya di Indonesia dengan penduduk yang banyak, maka tepat sekali pembukaan lapangan pekerjaan di sektor pertanian untuk komoditas pangan lokal harus diperluas.
Beberapa hal yang bisa dipelajari dari Jepang sebagai tuan rumah forum pariwisata gastronomi dunia adalah sebagai berikut :Â
1. Feeding Tourist (Menghidangkan Makanan Kepada Wisatawan)Â
Jepang tidak egois dalam hal teknologi pangan, walaupun teknologi pangannya sudah canggih, namun nilai-nilai kebudayaan, makanan tradisional, tradisi menikmati hidangan zaman dulu masih ada bahkan relevan dengan penyesuaian zaman, namun tidak menghilangkannya.Â
Seperti contohnya budaya minum teh di Jepang menyediakan dari yang amat tradisional, tradisional, campuran tradisional modern sampai paling modern tersedia. Karena Jepang ingin memperlihatkan bahwa sejarah minum teh demikian adanya di Jepang dan masih bisa dinikmati oleh lintas generasi.Â
Mari melihat Indonesia untuk satu hidangan, misalnya es lilin yang tradisional saja sudah jarang bahkan hilang yang berjualannya karena tidak ada jejak turun-temurun, yang ada es lilin sudah modern dengan inovasi rasa.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!