Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Inovatif dari 7th UNWTO Forum Pariwisata Gastronomi Dunia untuk Para Pegiat Gastronomi

4 Januari 2023   10:55 Diperbarui: 4 Januari 2023   11:36 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com/disposal

Gastronomi masa kini juga tidak hanya menampilkan budaya dan seni makanan, tapi ada kontribusi dari para pemilik bisnis/nirlaba dimana hal ini menyumbang gagasan perubahan jenis gastronomi. 

Gastronomi ke depannya harus sudah punya sistem pertanian yang bisa memenuhi komoditas pangan lokal dan tradisional sebagai warisan budaya dari negaranya. 

Bahkan sekelas direktur FAO pun mengembalikan lagi pada kelokalan dan mengembalikan identitasnya. 

Bukan berarti impor tidak baik, namun harus mengusahakan dulu potensi lokalnya dan hal ini berpengaruh bagi lapangan kerja dimana para pekerjanya harus diserap dari Sumber Daya Manusia lokal terlebih dahulu. 

Betapa bijaknya sambutan arahannya. Dan ini cocok dengan karakteristik geografis dan budaya di Indonesia dengan penduduk yang banyak, maka tepat sekali pembukaan lapangan pekerjaan di sektor pertanian untuk komoditas pangan lokal harus diperluas.

Beberapa hal yang bisa dipelajari dari Jepang sebagai tuan rumah forum pariwisata gastronomi dunia adalah sebagai berikut : 

1. Feeding Tourist (Menghidangkan Makanan Kepada Wisatawan) 

Sumber: unsplash.com/japantourist
Sumber: unsplash.com/japantourist

Jepang tidak egois dalam hal teknologi pangan, walaupun teknologi pangannya sudah canggih, namun nilai-nilai kebudayaan, makanan tradisional, tradisi menikmati hidangan zaman dulu masih ada bahkan relevan dengan penyesuaian zaman, namun tidak menghilangkannya. 

Seperti contohnya budaya minum teh di Jepang menyediakan dari yang amat tradisional, tradisional, campuran tradisional modern sampai paling modern tersedia. Karena Jepang ingin memperlihatkan bahwa sejarah minum teh demikian adanya di Jepang dan masih bisa dinikmati oleh lintas generasi. 

Mari melihat Indonesia untuk satu hidangan, misalnya es lilin yang tradisional saja sudah jarang bahkan hilang yang berjualannya karena tidak ada jejak turun-temurun, yang ada es lilin sudah modern dengan inovasi rasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun