Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Norman Ernest Borlaug, Si Paling Revolusi Hijau Sedunia

2 Januari 2023   10:14 Diperbarui: 2 Januari 2023   10:30 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : nobelprize.org

sumber gambar : istockphoto.com/agriculture

Apa yang terlintas ketika mendengar "Revolusi Hijau" di Indonesia ? Pasti akan mengarah pada orde baru. Lupakan sejenak karena itu akan mengarah pada pembahasan politik di Indonesia masa kini nantinya, namun jika menelusuri siapa di balik ide revolusi hijau dunia dimana orang ini mendapat penghargaan bergengsi setingkat Nobel. 

Penghargaan ini diperuntukkan bagi orang atau lembaga yang melakukan penelitian yang luar biasa, menemukan teknik atau peralatan yang baru, atau telah melakukan kontribusi luar biasa kepada masyarakat. Mari garis bawahi kata yang menakjubkan adalah : Penelitian luar biasa.  Artinya Revolusi hijau memberikan dampak secara positif dan negatif yang luar biasa. Dialah : 

Norman Ernest Borlaug yang dikenal sebagai Bapak Revolusi Hijau Dunia. 

sumber gambar : nobelprize.org
sumber gambar : nobelprize.org

Perkenalkan inilah Norman Ernest Borlaug seperti dikutip pada biografi penghargaan nobel bahwa beliau adalah tokoh sentral dalam revolusi hijau kelahiran 25 Maret 1914 di Cresco, Iowa (Negara bagian Amerika Serikat yang terletak di barat). Pekerjaannya adalah seorang ilmuwan Meksiko yang berfokus pada penelitian gandum dan bekerja sama dengan ilmuwan lain di dunia untuk daerah India dan Pakistan dalam adaptasi gandum baru ke lahan baru agar produksinya meningkat. 

Sekilas tentang rekam jejak latar belakang pendidikannya tercatat sebagai lulusan sarjana kehutanan Universitas Minnesota dan bekerja di US Forestry Service di Idaho dan kembali lagi mempelajari patologi tumbuhan dan menyelesaikan gelar magister dan doktoralnya di universitas yang sama. Hingga akhirnya bekerja sebagai ahli mikrobiologi yang fokus kepakarannya : bakterisida, fungisida, dan pengawet industri dan pertanian. 

Beliau pun menjadi ahli genetika dan patologi tanaman yang ahli mengatur dan pengarahkan program penelitian produksi gandum di koperasi Meksiko dan bekerja sama dengan Yayasan Rockefeller dimana misi utama penelitiannya adalah di bidang genetika, pemuliaan tanaman, patologi tanaman, entomologi (serangga), agronomi (lmu dan teknologi dalam memproduksi dan memanfaatkan tumbuhan untuk bahan pangan, bahan bakar, serat, dan aplikasi lingkungan seperti reklamasi), ilmu tanah, dan teknologi serealia (biji-bijian yang memiliki kandungan karbohidrat dan pati). 

Selama 2o tahun, beliau menemukan gandum hasil panen dengan durasi cepat dan tahan penyakit dan inilah kontribusinya dalam mengintervensi gandum yang dikategorikan sebagai serealbaru ke produksi yang ditujukan untuk memberikan makan bagi orang-orang kelaparan di dunia karena beliau menyadari akan ledakan populasi dimana ketersediaan pangan tidak mencukupi sehingga kelaparan sering menjadi konflik antar manusia. Akhirnya gandum revolusioner baru ini bisa dipanen di Meksiko, India, dan Pakistan dan momen inilah Penghargaan nobel diberikan. Bahkan tidak hanya ketiga negara tersebut, gandum pun menyebar ke negara Amerika Latin,Timur, Tengah bahkan beberapa ke Afrika.

Pusat peningkatan Jagung dan Gandum Internasional didirikan di Meksiko atas bantuan Yayasan Rockefeller dan Ford agar meneliti gandum dan Bourlaglah sebagai dewan pengawas dan direktur program perbaikan gandum Internasionalnya. Sebagai ilmuwan beliaulah ilmuwan muda yang membuat metode penelitian dan produksi gandum di Meksiko dan sering melakukan eksperimen biji-bijian dan mengamati kualitas nutrisinya.

Beberapa penelitian Bourlag yang mengisiasi revolusi hijau yang diawali dari produksi gandum sebagai berikut : 

Dampak Penelitian Pertanian terhadap Produksi Gandum Meksiko, penelitian ini menghasilkan informasi tentang budaya menanam gandum di Meksiko pada awal 1520-an oleh Spanyol setelah penaklukannya. Konsumsi gandum meningkat karena dikonsumsi sebagian besar dalam bentuk gulungan gandum yang disebut dengan balillo dan berkembang menjadi roti gandum dan tepung gandum. Masalah akan muncul pada produksi diantaranya seperti : fenomena biologis dan ini perlu diwaspadai. 

Pemuliaan Gandum dan dampaknya terhadap Pasokan Dunia, hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa : program riset gandum di Meksiko bukanlah orientasi pada produksi semata namun adanya urgensi sebagai jalan pintas penghematan waktu dan peningkatan efisiensi panen gandum agar hasilnya berlimpah yang berfokus pada beberapa aspek diantaranya : perbaikan variaetas yang hasilnya tinggi, pengembangan varietas dengan ketahanan yang baik terhadap batang dan daun, percobaan pengembangan perbenihan dengan perluasan, serta adanya swasembada varietas unggul yang memiliki karakteristik sehingga meminimalisir permasalahan varietas dan dapat membantu menambah pasokan ketersediaan pangan dunia. 

sumber gambar : Borlaug, Norman E.,
sumber gambar : Borlaug, Norman E., "The Impact of Agricultural Research on Mexican Wheat Production", Transactions of the New York Academy of Science, 20 (1958) 278-295

sumber gambar : Borlaug, Norman E., Wheat Breeding and Its Impact on World Food Supply. Public lecture at the Third International Wheat Genetics Symposium, August 5-9, 1968. Canberra, Australia, Australian Academy of Science, 1968.
sumber gambar : Borlaug, Norman E., Wheat Breeding and Its Impact on World Food Supply. Public lecture at the Third International Wheat Genetics Symposium, August 5-9, 1968. Canberra, Australia, Australian Academy of Science, 1968.

Itulah rekam jejak keahlian Bapak Revolusi Hijau dengan ketertarikannya pada gandum yang menjadi cikal-bakal dari revolusi hijau. Dan definisi revolusi hijau secara sederhana dan umum merujuk pada : 

upaya pemerintah untuk memodernisasi sistem dan budaya pertanian.

Masalah baru akan muncul, seperti yang selalu terjadi ketika berhadapan dengan fenomena biologis. 

Tidak perlu langsung sentimen pada orde baru tentang revolusi hijau atas carut marutnya tata kelola pertanian dalam menghasilkan penetrasi produksi pangan dengan kualitas unggul walau sempat menyandang penghargaan swasembada beras pada tahun 1984 dari FAO atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia). 

Nyatanya revolusi hijau pun dirasakan oleh negara-negara lain yang melakukannya, inilah dampak positif dari Revolusi Hijau : 

1. Menjadikan negara percobaan gagasan revolusi hijau menjadi negara swasembada pangan. 

2. Mampu membuat kesejahteraan petani meningkat dengan produksi yang baik dan komoditas unggul karena bantuan pupuk. 

3. Setelah kesejahteraan petani meningkat berkaitan juga dengan ketahanan pangan nasional negara yang menggunakan revolusi hijau meningkat, karena adanya keterbukaan masyarakat baik di desa atau kota dimana mayoritas pekerja sebagai petani mau dan terbuka pada inovasi pertanian dan mencoba berbagai teknologi pertanian untuk kebutuhan produksi yang melimpah dan berkualitas serta meninggalkan pertanian tradisional yang berbasis budaya dan sudah menjadi tradisi. 

Dampak positif ini ternyata tidak merata dan belum menyeluruh, sehingga adanya kesenjangan hingga saat ini dalam sistem pangan dan inilah fakta yang tidak perlu ditutup-tutupi, justru dengan keterbukaan fakta seperti ini, maka petani diharapkan bisa berbenah dan memiliki bekal informasi sebagai pembelajaran terhadap revolusi hijau. 

Karena tujuan revolusi hijau adalah menyediakan ketersediaan pangan yang berkualitas, unggul, dan murah karena produksi berlebih sehingga jika diimplementasikan pada kebutuhan pangan pokok akan menjadi murah dan dampak langsungnya harga pangan pokok terjangkau dan murah meriah, sehingga ibu-ibu atau keluarga akan banyak belanja dan menyajikan sajian nikmat, sehat dan bergizi. 

Dampak negatif dari revolusi hijau pun bisa dirasakan oleh negara-negara yang melakukan dan mengadaptasi revolusi hijau. Seperti : 

  • Para petani ketergantungan terhadap pertanian modern karena perlunya pupuk kimia dan pestisida yang tidak selalu ramah lingkungan. 
  • Teknologi dan inovasi modern pertanian di beberapa daerah di sebuah negara tidak selalu merata dan timbulnya kesenjangan baru, kecemburuan sosial karena dianaktirikan, dan konflik lahan karena ada beberapa lahan pertanian yang dibangun di lahan baru (sebutannya ekstensifikasi pertanian). 
  • Revolusi hijau dapat memicu konsekuensi negatif yang tidak diinginkan karena teknologi pertanian yang tidak merata disebabkan oleh kebijakan yang mendorong intensifikasi (pengadaan bibit unggul, tanah, irigasi, pemupukan, pemberantasan hama) cepat pada sistem pertanian dan peningkatan pasokan pangan). 
  • Tidak adanya konsep keberlanjutan pertanian dari pasca revolusi hijau sehingga sulit dikembangkan bahkan dilakukan mitigasi akibat kerusakan lingkungan pertanian yang tidak sehat bagi berbagai ekosistem. 
  • Pasar global dan mega kapitalisme sektor pertanian adalah sasaran empuk yang mudah dipermainkan, karena merupakan kebutuhan paling dasar dari manusia bahkan seluruh makhluk hidup, sehingga rantai sistem pangan sering tidak terkontrol permainannya dimana, entah itu hilirisasi, atau bahkan satu rantai sistem pangan diganggu secara sengaja misalnya : rantai distribusi dari keseluruhan sistem pangans secara singkat (produksi - distribusi - konsumsi). 

Itu hanyalah dampak negarif secara general, yang paling parah dan berlanjut hingga saat ini menurut hasil penelitian Prabhu L Pingali dari Bill and Melinda Gates Foundation dengan penelitian yang mengusut : dampak, keterbatasan, dan  batasan masa depan sebagai berikut : 

Keterbatasan Strategi Pertumbuhan yang dilakukan oleh Revolusi hijau berkontribusi pada pengentasan kemiskinan secara luas, mencegah kelaparan secara global, dan menghindari konversi ribuan hektar lahan menjadi budidaya pertanian. 

Lantas, bagaimana memitigasi dampak historis revolusi hijau di masa sekarang dan mendatang ? Indonesia masih punya kekuatan budaya dan sudah terbukti tradisi pertanian tradisional bisa menyediakan ketersediaan pangan dalam waktu lama. Silakan pertimbangkan kembali pengetahuan lokal bagaimana masyarakat hukum adat dan warga lokal menyiapkan apa yang perlu dimakan dan disimpan. Hal ini harus cepat-cepat disebarkan ilmunya, karena pelaku pertanian tradisional berbudaya sudah mulai menua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun