Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Norman Ernest Borlaug, Si Paling Revolusi Hijau Sedunia

2 Januari 2023   10:14 Diperbarui: 2 Januari 2023   10:30 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Borlaug, Norman E., "The Impact of Agricultural Research on Mexican Wheat Production", Transactions of the New York Academy of Science, 20 (1958) 278-295

2. Mampu membuat kesejahteraan petani meningkat dengan produksi yang baik dan komoditas unggul karena bantuan pupuk. 

3. Setelah kesejahteraan petani meningkat berkaitan juga dengan ketahanan pangan nasional negara yang menggunakan revolusi hijau meningkat, karena adanya keterbukaan masyarakat baik di desa atau kota dimana mayoritas pekerja sebagai petani mau dan terbuka pada inovasi pertanian dan mencoba berbagai teknologi pertanian untuk kebutuhan produksi yang melimpah dan berkualitas serta meninggalkan pertanian tradisional yang berbasis budaya dan sudah menjadi tradisi. 

Dampak positif ini ternyata tidak merata dan belum menyeluruh, sehingga adanya kesenjangan hingga saat ini dalam sistem pangan dan inilah fakta yang tidak perlu ditutup-tutupi, justru dengan keterbukaan fakta seperti ini, maka petani diharapkan bisa berbenah dan memiliki bekal informasi sebagai pembelajaran terhadap revolusi hijau. 

Karena tujuan revolusi hijau adalah menyediakan ketersediaan pangan yang berkualitas, unggul, dan murah karena produksi berlebih sehingga jika diimplementasikan pada kebutuhan pangan pokok akan menjadi murah dan dampak langsungnya harga pangan pokok terjangkau dan murah meriah, sehingga ibu-ibu atau keluarga akan banyak belanja dan menyajikan sajian nikmat, sehat dan bergizi. 

Dampak negatif dari revolusi hijau pun bisa dirasakan oleh negara-negara yang melakukan dan mengadaptasi revolusi hijau. Seperti : 

  • Para petani ketergantungan terhadap pertanian modern karena perlunya pupuk kimia dan pestisida yang tidak selalu ramah lingkungan. 
  • Teknologi dan inovasi modern pertanian di beberapa daerah di sebuah negara tidak selalu merata dan timbulnya kesenjangan baru, kecemburuan sosial karena dianaktirikan, dan konflik lahan karena ada beberapa lahan pertanian yang dibangun di lahan baru (sebutannya ekstensifikasi pertanian). 
  • Revolusi hijau dapat memicu konsekuensi negatif yang tidak diinginkan karena teknologi pertanian yang tidak merata disebabkan oleh kebijakan yang mendorong intensifikasi (pengadaan bibit unggul, tanah, irigasi, pemupukan, pemberantasan hama) cepat pada sistem pertanian dan peningkatan pasokan pangan). 
  • Tidak adanya konsep keberlanjutan pertanian dari pasca revolusi hijau sehingga sulit dikembangkan bahkan dilakukan mitigasi akibat kerusakan lingkungan pertanian yang tidak sehat bagi berbagai ekosistem. 
  • Pasar global dan mega kapitalisme sektor pertanian adalah sasaran empuk yang mudah dipermainkan, karena merupakan kebutuhan paling dasar dari manusia bahkan seluruh makhluk hidup, sehingga rantai sistem pangan sering tidak terkontrol permainannya dimana, entah itu hilirisasi, atau bahkan satu rantai sistem pangan diganggu secara sengaja misalnya : rantai distribusi dari keseluruhan sistem pangans secara singkat (produksi - distribusi - konsumsi). 

Itu hanyalah dampak negarif secara general, yang paling parah dan berlanjut hingga saat ini menurut hasil penelitian Prabhu L Pingali dari Bill and Melinda Gates Foundation dengan penelitian yang mengusut : dampak, keterbatasan, dan  batasan masa depan sebagai berikut : 

Keterbatasan Strategi Pertumbuhan yang dilakukan oleh Revolusi hijau berkontribusi pada pengentasan kemiskinan secara luas, mencegah kelaparan secara global, dan menghindari konversi ribuan hektar lahan menjadi budidaya pertanian. 

Lantas, bagaimana memitigasi dampak historis revolusi hijau di masa sekarang dan mendatang ? Indonesia masih punya kekuatan budaya dan sudah terbukti tradisi pertanian tradisional bisa menyediakan ketersediaan pangan dalam waktu lama. Silakan pertimbangkan kembali pengetahuan lokal bagaimana masyarakat hukum adat dan warga lokal menyiapkan apa yang perlu dimakan dan disimpan. Hal ini harus cepat-cepat disebarkan ilmunya, karena pelaku pertanian tradisional berbudaya sudah mulai menua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun