Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lumbung Ikan Nasional: Hal Utopis tentang Kedaulatan Pangan Air Indonesia

1 Januari 2023   10:43 Diperbarui: 2 Januari 2023   16:28 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekitar 3 ton ikan didaratkan setiap harinya di Pelabuhan Perikanan Pantai, Desa Eri, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku. Foto: Kompas/Fransiskus Pati Herin

Tahun baru 2023 harus dihiasi dengan berbagai pencapaian dari segala hal, termasuk kekayaan sumber daya alam, namun nyatanya banyak hal-hal utopis yang direncanakan besar-besaran tanpa dikaji multisektoral, hal ini jelas mengancam pada keberlanjutan setiap ekosistem yang ada. 

Ingatkah dengan harapan dan gembar-gembor para pejabat publik tentang akan dibangunnya LIN atau Lumbung Ikan Nasional dan Ambon New Port (rasanya seperti akselerasi metropolis) di Maluku dimana Pulau cantik sumber kehidupan masyarakatnya akan terancam jika LIN ini beroperasi, pulau itu bernama Pulau Pombo, dan informasi terbaru proyek LIN ini dibatalkan karena alasan geografis dan historis. 

Mengapa main tancap gas dulu baru dihentikan setelah setengah jalan? Apakah tidak ada para ahli di bidang maritim yang memberikan pengarahan sebelumnya? Apakah penolakan masyarakat sekitar bukan bentuk reaksi atas keberatannya dan ketidaksetujuannya terhadap hal-hal baru? 

Seketika informasi akan adanya Lumbung Ikan Nasional ini seperti harapan besar akan kualitas dan produktivitas pangan air, dan inilah Indonesia dengan kekuatan maritimnya. 

Kejayaan maritim telah kembali. 

Sayangnya tidak, bahkan harapan itu musnah seketika dari hal-hal yang tidak terencana secara matang. Mari menelisik sejenak tentang Budaya Bahari dan Maritim, dari Masa Lalu ke Masa Depan (Kemajuan Ilmu dan Teknologi Kelautan) yang ditulis oleh Fasano dkk yang menjelaskan bahwa : 

Sejak awal sejarah, laut telah menghubungkan dan memisahkan masyarakat manusia. Untuk mengatasi hal ini, solusi teknologi yang semakin cerdik dan inovatif telah dikembangkan, dan laut tidak pernah menjadi penghalang yang tidak dapat diatasi bagi umat manusia.

Bahkan seorang ahli maritim pun mendukung pada kebiasaan dan budaya masyarakat pesisir dan masyarakat sekitarnya dalam bertanggung jawab dan mengurusi ekosistemnya, untuk inovasi dan teknologi, sudahlah tidak usah serakah, toh pada akhirnya jika para nelayan sejahtera, hasil tangkap ikan pun akan lebih banyak dan tidak adanya eksploitasi berlebihan. 

Hal lain Fasano dkk menyebutkan : 

Aspek konseptual dan teoretis yang berkaitan dengan budaya bahari dan maritim meliputi: sejarah kapal dan navigasi; museum dan perpustakaan maritim; arsitektur angkatan laut dan evolusi teknik kelautan; konservasi warisan bahari dan maritim; kapal dan desain bahari; karir di laut; dan evolusi tepi laut dan lingkungan laut pesisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun