Istilah mindful eating atau pola makan dengan penuh kesadaran rasanya sudah dilakukan oleh banyak orang dan tidak harus selalu mengacu pada pola makannya orang asing kan?Â
Karena orang Indonesia punya rasa yang lebih kompleks, komoditas yang lebih beragam, dan pilihan jajanan yang serba ada, bahkan sudah melalui improvisasi para pengolahnya.Â
Menelisik definisi mindful eating ini lebih banyak mengacu pada definisi ahli diet atau pakar dietetika dari Amerika, Inggris, Australia, tentunya jelas berbeda baik secara geografis maupun psikologis.
Sedangkan mindful eating ini kan harus bisa dinikmati, coba saja lihat apa yang disarankan secara sederhana setelah trend mindful eating ini menjadi pola makan penuh kesadaran, kebanyakan mempertimbangkan: notice (memperhatikan), observe (mengamati), feel (merasakan), taste (mengecap), dan enjoy (menikmati).Â
Rasanya setiap orang sudah bisa melakukan ini bahkan sering. Namun, bagaimana jika mindful eating-nya versi orang sunda?
Jawabannya tentu saja akan sangat subjektif, namun tata cara makan orang sunda dengan menu-menu dadakan yang menyengarkan bukti bahwa orang sunda juga melakukan mindful eating, karena prinsipnya hampir sama seperti :Â
Memperhatikan jenis lalapan yang akan dinikmati dan kebanyakan mengambil dari pekarangan rumah, tanaman obat keluarga, membeli di tukang sayur keliling, pasar tradisional atau bahkan swalayan.Â
Mengamati, tentu saja secara turun-temurun pengetahuan mengamati apa saja yang dihidangkan oleh para pendahulunya selalu diikuti oleh generasi selanjutnya, misalnya saja menyediakan ikan bakar gurame sambal cobek, siapa yang menemukannya pertama kali ? itu tidak terdokumentasi.
Namun jika keluarga orang sunda memiliki kolam ikan disekitar rumahnya, pasti akan merekomendasikan jenis ikan gurame dan akan menyarankan sambal cobek karena bumbunya tersedia di lahan tanaman obat keluarga (resep sambal cobek pada umumnya: kencur, jeruk nipis, kemiri, kunyit, garam, ketumbar, merica, cabai), bahan-bahan tersebut tersedia.Â
Merasakan, jangankan dinikmati sendiri. Kebersamaan orang sunda ketika makan itu disebut "reujeungan" (makan bersama-sama menikmati suatu hidangan yang disajikan).Â