Adakah yang selalu merasa berat diongkos atas rekomendasi makanan mana yang menyehatkan?
Kalau berkesempatan membaca-baca atau menyimak saran pola makan sehat kok rasanya mahal sekali ya dengan menu berbahasa Inggrisnya, itu karena yang direkomendasikan komoditasnya impor dan komoditas premium yang belanjanya harus ke mall Besar, yang parkirnya per jam bayarnya.
Padahal kalau mau melihat pola makanan yang berbudaya, orang-orang Indonesia dengan keberagaman etnisnya yang banyak adalah orang yang masuk kategori manapun jenis diet atau pola makan yang baru tenar kembali ketika gembar-gembor krisis iklim, slogan andalan "ayo kembali makan sayur, kembali ke nabati".Â
Berbanggalah sejenak, karena orang-orang Indonesia lintas generasi sudah mempraktikannya namun tidak masuk berita global.
Mana ada berita global tentang Semanggi Suroboyo jadi The Best Plant Based Diet dengan penjual mbok-mbok lansia yang pakai kain jarik, berjualan dan memberikan senyuman ketulusan melayani pembelinya walau dengan urat-urat tangan yang terlihat menua. Harusnya diliput dan jadikan itu food culture attraction. Hebat kan negara kita Indonesia?
Kelezatan laksa betawi dan pecak guramenya betawi ngga pernah tuh dijadikan rekomendasi masakan berbumbu menyehatkan, kalau makan di kampung betawi bakalan terhibur dengan penampilan tariannya dan nyanyiannya.
Ngga pernah juga masuk rekomendasi pilihan masakan Orang Asia Tenggara. Padahal banyak yang serupa. Selalu saja minim berita. Yang ada Sesame Salad Mustard Salmon, ya di beberapa wilayah eksotis Indonesia ya tidak ada dan minim, dan lidah orang-orang Indonesia kalau cuma dikasih garam dan merica ditambah minyak, itu penjual ayam geprek dan ayam penyet tertawa dong, ya. Kurang bumbu, nih.Â
Begitu pun dengan jajanan. Siapa yang tidak mengenal tekwan dari Palembang yang kalau dinikmati pas hujan-hujan sambil ngobrol bareng orang suportif itu menambah gizi dari bahan utamanya ikan, apa ngga mencerdaskan dari kandungan omega 3-nya? Tidak pernah juga jadi alternatif pilihan makanan dari negara berbasis maritim?Â
Camilan juga. Indonesia punya teripang, punya berbagai jenis kerupuk ikan, kerupuk kulit, kerupuk kerbau, bahkan kalau cuma dari sisa nasi juga ada.Â
Sajian buah? Lah rujak berbumbu apa bukan dari buah-buahan lokal? Buah gandaria, buah menteng, buah kedongdong, buah limus, buah mangga cengkir, jambu air? Kokosan? Semua ada di pasar tradisional.Â
Makanan anak dong. Itu es lilin, es goyang, es podeng, es gabus, es cendol, soda gembira, rupa-rupa rambut nenek, aromanis, manisan kering buah pepaya. Itu anak-anak juga suka.
Memang, masih belum menarik dikemas, tapi Indonesia lengkap punya berbagai jenis makanan termasuk diet-diet plant based. Indonesia sudah duluan menerapkan bahkan dari zaman kerajaan. Contohnya pecel itu, sudah dari kerajaan mataram kuno dengan segala ramuan jamu dan resep kecantikannya, kosmetik ala kerajaan pada zamannya.Â
Mari menelisik diet plant based versi sejarah dan pemberitaan global.
Asal usul istilah "pola makan nabati" atau plant based diet dikaitkan dengan ahli biokimia dan nutrisi namanya Cornell T. Colin Campbell yang mempresentasikan penelitian dietnya di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat pada tahun 1980.
Namun, plant based diet juga memang selalu mengarah pada sains ketika dipertanyakan: Kapan pola makan nabati dimulai?Â
Bukti orang memilih untuk menghindari produk hewani dapat ditelusuri kembali lebih dari 2.000 tahun.Â
Pada awal 500 SM, filsuf dan matematikawan Yunani Pythagoras mempromosikan kebajikan di antara semua spesies dan mengikuti apa yang dapat digambarkan sebagai pola makan vegetarian, sekarang diimprovisasikan menjadi plant based diet.Â
Robert J Ostfeld, dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada Jurnal Geriatri (khusus lansia), lengkapnya Journ of Geriatr Cardiol. Tahun 2017 publikasinya.Â
Dalam penelitiannya yang berjudul Definition of a Plant-based Diet and Overview of This Special Issue atau Definisi Pola Makan Nabati dan Ikhtisarnya, mendefinisikan bahwa plant based diet adalah pola makan nabati yang terdiri dari semua buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan biji-bijian, rempah-rempah, dan rempah-rempah yang diproses minimal dan tidak termasuk semua produk hewani, namun sesekali daging merah, unggas, ikan, telur, dan produk susu masih bisa dikonsumsi.Â
Nah, bagaimana dengan gado-gado?
Ya, lengkap sudah ya, ditambah dengan tongseng bahkan kepiting saus padang, sekalian susu murninya juga bisa jadi plant based diet.
Silakan berburu kuliner saja untuk membuktikan bahwa definisi plant based diet banyak ditemukan di Indonesia, bahkan di dapur Anda sendiri. Sekeren itu kan komoditas dan daya cipta orang-orang Indonesia.Â
Terima kasih sudah menyantap hidangan nusantara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H