Siapa yang tidak bisa mengupas buah salak ? Loh, kok dimarahi. Tidak apa-apa.Â
Ada yang pernah tertancap duri-duri kecil salak ? tentu saja bisa terjadi jika tidak disortir terlebih dahulu dan langsung diambil dari pohonnya tanpa mengetahui bagaimana memperlakukan salak. Buah salak ini unik, karena di Indonesia tumbuh subur bahkan banyak ragamnya,termasuk yang mulai jarang ditemukan adalah komoditas Salak Manonjaya dari Tasikmalaya.Â
Kondisi kebun salak manonjaya sudah menyempit karena adanya alih fungsi lahan dibuat pembangunan perumahan millenial dan kebun salak milik petani pun berubah menjadi kebun kayu mahoni untuk kebutuhan furnitur dan bangunan.Â
Permasalahan komoditas asli salak Manonjaya sangat kompleks karena disisi lain perubahan selera dan cita rasa terhadap komoditas salak manonjaya tersaingi oleh salak pondoh yang lebih diminati. Hal ini menyebabkan penurunan hasil panen salak manonjaya karena petani salak beralih bercocok tanam bahkan menjual kebun-kebun salaknya karena tidak menghasilkan dalam melengkapi kebutuhan ekonomi.Â
Namun, beberapa petani salak manonjaya bertahan karena memiliki pengalaman tersendiri dari manfaat keberadaan komoditas salak, salak manonjaya dengan jumlah banyak tumbuhannya dapat menyelamatkan banjir dari sungai karena terserap oleh kebun salak.Â
Kustipia R dalam penelitian yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Biologi ITERA 5 November 2022 secara virtual menjelaskan fungsi ekologis salak Manonjaya bagi masyarakat Cilangkap dan pemanfatannya dengan cara perspektif etnoekologi orang sunda.Â
Etnoekologi dalam penelitian ini adalah sebuah gagasan, ide, pengetahuan manusia dan ekologi (interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya) berbasis pengetahuan lokal yang teraplikasi oleh masyarakat itu sendiri dalam mendalami suatu fenomena, mengkaji sumber daya alam, bahkan menemukan solusi dari permasalahan itu sendiri. Â
Hasil penelitian terkait pelestarian ekologis mencakup :
1. Masyarakat dan petani salak percaya dengan keyakinan turun-temurun bahwa kebun salak dapat menjadi penopang aliran sungai dan menerima resapan genangan air dari sungai citanduy dan menahan laju air ke pemukiman.Â
2. Jika kebun salak dialih fungsikan menjadi tanaman kayu, maka hal ini menyebabkan ketidaksuburan bagi tanaman tumpang sari di sekitar kebun salak.Â
3. Tanaman salak memiliki potensi untuk menjaga keseimbangan biodiversitas di sekitarnya, hal ini terlihat adanya komoditas lain yang turut tumbuh dan berkembang seperti tanaman kopi, suweg, talas hutan, nanas merah, dan lempuyang.Â
 4. Pemanfataan salak oleh masyarakat pasir batang dimulai dari batangnya digunakan untuk kerajinan tangan pengganti tikar, daun salak digunakan sebagai bungkus makanan seperti tapai singkong, buah salak manonjaya dijual segar dan dikonsumsi dengancara olah dibuat manisan salak, keripik salak, dan sambal salak, kulit buah salak digunakan sebagai teh salak dan biji salak digunakan sebagai alternatif kopi.
Penelitian ini mengajak kepada para konsumen atau calon pembeli agar melakukan kreativitas resep dari buah salak untuk meningkatkan permintaan salak Manonjaya, agar pohon salak tetap ada dan menghasilkan untuk dinikmati sebagai kebutuhan buah-buahan yang mengandung vitamin C yang setara dengan buah-buahan lainnya. Tidak hanya kepada para calon pembeli atau konsumen, namun para pelestari ekologi, dimana komoditas ini akan sangat berkontribusi bagi keberagaman biodiversitas didalamnya karena dengan adanya pohon salak, berbagai tanaman lembab sumber pangan akan muncul dan banyaknya makhluk lain yang bisa menebar benih-benih karena keberadaan pohon salak.Â
Abstrak penelitian salak yang dipresentasikan bisa dibaca pada tautan ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H