Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Slow Living dan Slow Food, Mari Melambat Sejenak

27 Oktober 2022   05:15 Diperbarui: 29 Oktober 2022   19:30 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka berpendapat slow living adalah respons kompleks terhadap proses era modern yang menghubungkan etika dan kesenangan, termasuk kehidupan global dan lokal. Ini adalah kehidupan harian kontemporer. 

Semua orang bernegosiasi terhadap waktu dan ruang yang berbeda, namun bagaimana dengan kelambatan ini membuat kualitas hidup lebih bernilai tanpa perlu direpotkan oleh hal-hal buru-buru namun tidak selalu sempurna hasilnya dan asal jadi. Bagi mereka slow living menambah kualitas menikmati hidup. 

Bagaimana dengan orang Indonesia? Ah, rupanya patut bersyukur karena hampir kehidupan orang-orang Indonesia memang campursari. 

Slow living sudah dipraktikan oleh masyarakat hukum adat, orang desa, orang yang berbudaya, orang yang mencintai kearifan lokal, orang yang tidak mau diburu-buru dan masih banyak lagi karakter lain yang mengarah pada hidup santai yang menikmati ritme dan fase hidup. 

Slow food di Indonesia pun sudah banyak ditemukan bahkan hampir setiap orang Indonesia menikmatinya, berbanggalah sejenak jika sudah menikmati berbagi makanan tradisional dan aneka jajanan pasar, serta makanan khas daerah dengan harga yang murah meriah. 

Dan terimakasih sudah menikmatinya, selain membantu ekonomi para pengolah makanan, ada rasa bangga ketika mencicipinya dan itulah identitas makanan suatu etnis di beberapa lokasi. Bahkan makanan tradisional dan perkembangannya sudah bisa dinikmati di tempat lain. 

Contoh beberapa makanan yang sudah dinikmati di tempat lain adalah Nasi Liwet, tidak hanya di daerah Jawa Barat namun nasi liwet bisa dinikmati di Mall yang ada di Yogyakarta, kemudian rendang, tidak harus ke Padang dan Sumatera. 

Namun di kota-kota besar bahkan di setiap daerah ada Rumah Makan Padang yang menjual rendang. Betapa nikmatnya penjelajahan cita rasa ini. 

Masih bingung slow food seperti apa? Slow food tidak menggunakan bahan dan cara olah yang sulit, dan cenderung mudah dibuat dan tekniknya santai dan tidak diburu-buru. 

Bahkan pengemasannya pun ada yang masih tradisional dan menggunakan hasil dari koleksi tanaman pekarangan. Seperti kue bugis yang masih dibungkus dengan daun pisang atau daun pandan. 

Jika berminat melakukan praktik Slow Living dan menikmati Slow Food, ada beberapa cara yang sudah pernah dipraktikan : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun