Itulah fungsi antropologi pangan yang sering diabaikan oleh berbagai sektor maupun pendidikan tinggi. Padahal topik pangan adalah topik keberlanjutan di mana itulah ciri manusia secara dasar, yaitu: makan.Â
Kajian antropologi pangan di Indonesia akan sangat menarik dan eksploratif karena proporsi keberagaman etnisnya variatif dan inilah yang akan memperkaya keberagaman dan tidak perlu keseragaman yang kaku.Â
Terlihat bukan bahwa makanan pokok jika dinasionalkan dampaknya pada kehilangan berbagai komoditas pangan asli di mana jika dikaji dari sudut pandang budaya itulah makanan pokok asli penduduk tersebut, namun tergantikan karena adanya stigma sosial, sudut pandang sosial, bahkan rundungan karena bukan pemakan/penikmat suatu komoditas.Â
Harapan ke depannya dari sudut pandang antropologi pangan adalah tentang perilaku konsumsi pangan orang Indonesia dengan kekuatan etnis atau sukunya, karena bagaimanapun, makanan asli penduduk akan berkontribusi penuh pada penanaman dan permintaan pasar selama suatu kelompok masih menikmati komoditas tersebut.Â
Di sisi lain tentang merebaknya kuliner kekinian yang selalu berubah-ubah perlu dikaji juga asal-usul komposisinya, benarkah pangan lokal berjaya pada praktik pengolahan pangan atau hanya sekedar selebrasi dan konsep belaka pada suatu acara atau forum multisektoral? Sementara gempuran produk impor kian merajalela dan sudah masuk pasar bebas via e-commerce yang langsung mudah merangkul dan memanjakan cita rasa konsumen dan laris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H