Adzan dhuhur telah berkumandang cukup lama, semua orang terlihat  panik. Seharusnya saat ini aku sudah di perjalanan menuju Stasiun Cikampek. Tempat dimana aku untuk memulai perjalanan panjang.
"Sudah jam segini Ina kok belum jemput." Kata budhe sambil terus berjalan dengan gelisah.
"Kebiasaan emang tu anak sukanya mepet." Sahut kak Ita dengan sedikit kesal.
Tidak lama kemudian datanglah Kak Ina untuk mengantarkanku menuju stasiun keberangkatan. Perjalanan cukup jauh, memerlukan waktu sekitar 1 jam .
"Kamu itu In, sudah tau perjalanan menuju stasiun lama ya sukanya mepet." Padhe langsung meyambut Kak Ina dengan omelan.
"Tadi jam  di rumah mati, jadi agak lama bersiapnya." Jawab kak Ina.
"Lain kali jangan gini lagi, kan nanti kalo ketinggalan kereta kasian." Sahut budhe dengan menyudahi perbincangan ini.
Pamitan kali ini cukup membuatku sedih karena rasa rindu belum terobati tetapi perpisahan harus tetap terjadi. Di perjalanan aku cukup terhibur karena ada keponakan yang  ikut mengantar dan  mengajak bercanda sehingga perjalanan terasa cepat dan  tidak membosankan.
Seketika  kepanikan dalam benakku muncul, saat  melihat di persimpangan yang begitu  padat dan macet. Aku semakin gelisah dan selalu membuka hp untuk mengecek jam. Detik demi detik terasa begitu berarti. Jarum jam bergerak cukup cepat, tapi mobil tak berpindah sama sekali. Aku mulai berfikir, "bener kah ini bisa nyampek tepat waktu? Apakah tiket ini hangus dan aku tidak jadi berangkat?"
Sedikit pencerahan kudapatkan, saat stasiun terlihat aku turun dari mobil dan segera mencetak ulang tiket.
"Rey, kamu jalan  aja dari sini untuk cetak tiket. Nanti baranngya biar sama mas jadi kamu selesai cetak mas nyampek." Kak Idan memberiku saran dan ini cukup tepat untuk saat ini.
"Baik mas."
Aku pun langsung berlari menuju loket cetak tiket, disana terdapat petugas yang segera membantuku. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00.
"Mba  mau pake kereta apa?" Tanya petugas.
"Saya pake kereta Jayabaya pak." Jawabku dengan nafas yang putus-putus.
"Kereta Jayabaya sebentar lagi berangkat mba."
"Iya pak, ini saya buru-buru." Sahutku dengan memegang tiket yang sudah tercetak.
"Lain  kali  jangan  mepet  mba, takutnya  ada gangguan  mbanya  bisa  gagal  berangkat." Jelas  petugas.
"Iya pak, terima  kasih  nasehatnya."
Setelah tiket tercetak, Kak Ina dan Kak Idan tiba di tempat  parkir. Aku bergegas mengambil barang dan berpamitan.
"Terima kasih mba untuk semuanya. Maaf kalo sudah merepotkan."
"Nggak Rey, mba seneng kamu bisa datang ke sini."
"Tante.. nanti main kesini lagi yaa kita liburan bareng." Sahut ponakan yang menggemaskan.
"Iya, nanti tante main kesini lagi. Makasih ya mas."
Suara kereta Jayabaya telah terdengar nyaring, aku bergegas menuju jalur kereta dan bersiap untuk naik. Jika aku terlambat 5 menit  maka aku akan tertinggal dan tiketku hangus.
Aku menemukan tempat dudukku. Barang bawaan mulai kurapikan. Setelah semua sesuai aku duduk dan tidak lama kemudian petugas mengecek kehadiranku. Dalam hati aku berkata, "ternyata mengejar kamu (kereta) juga penuh perjuangan dan cerita. Semua akan menjadi pengalaman yang tak akan pernah kulupakan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H